Senin, 11 Februari 2013

Kasih Sayang Allah Sepanjang Masa


Pernahkah kita merenungi dan menyadari akan adanya kasih sayang yang diberikan Allah SWT kepada kita? Jika kita mampu membaca dan merenungi apa yang ada di alam dunia ini, maka kita akan dapati bahwa kasih sayang Allah SWT begitu besar kepada makhluk-Nya

Dan Dia telah memberikan kepadamu segala apa yang kamu mohonkan kepada-Nya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak dapat menghitungnya. Sungguh, manusia itu sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah)”. (QS Ibrahim: 34)

Ayat diatas, tersirat betapa banyaknya dan besarnya kasih sayang Allah SWT kepada kita. Ayat di atas juga mengingatkan manusia akan kasih sayang Allah SWT yang memberikan segala yang dibutuhkan, sekaligus merupakan perintah untuk senantiasa membaca karunia tersebut agar tidak termasuk orang yang zalim, apalagi kufur nikmat seperti yang disebutkan di kalimat terakhir ayat tersebut di atas, "Sesungguhnya manusia itu sangat zalim lagi sangat mengingkar nikmat Allah".

Membaca dan menyadari kasih sayang yang Allah SWT merupakan langkah awal bagi umat manusia untuk mensyukuri nikmat-Nya. Sudah menjadi kewajiban kita untuk mensyukuri segala nikmat yang telah Allah SWT limpahkan kepada kita.

Sedang jika kita diberi sesuatu oleh manusia saja kita mengucapkan ‘terima kasih’, lalu mengapa kita tidak mau mensyukuri nikmat yang Allah SWT berikan kepada kita?

Marilah kita renungkan, apakah kita sudah bersyukur atas nikmat yang Allah SWT berikan atau belum. Lantas, bagaimana kita membuktikan bahwa kita sudah bersyukur kepada Allah SWT? Setidaknya ada empat bukti yang dapat kita temukan pada orang-orang yang selalu mensyukuri nikmat Allah SWT.

Keempat bukti tersebut adalah:
1. Mengekspresikan kegembiraan dengan kehadiran nikmat dari Allah SWT tersebut
2. Mengapresiasikan rasa syukur dengan ungkapan lisan dalam bentuk pujian
3. Membangun komitmen dengan memelihara dan memanfaatkan nikmat tersebut di jalan Allah SWT
4. Mengembangkan dan memberdayakan nikmat Allah SWT dengan sebaik-baiknya

Rasa syukur atas segala karunia dan kasih sayang yang Allah SWT limpahkan kepada kita semua merupakan suatu hal yang wajib dimiliki oleh setiap insan. Namun, tidak sedikit manusia yang lalai untuk selalu bersyukur, bahkan nikmat yang Allah SWT turunkan justru menjadikannya berlaku sombong di atas bumi ini. Mereka inilah yang telah terkena bisikan dari iblis dan kaumnya.

Maha Suci Allah, zat yang mengaruniakan kasih sayang kepada semua makhlukNya. Tidaklah kasih sayang melekat pada diri seseorang, kecuali akan memperindah orang tersebut. Dan tidaklah kasih sayang terlepas dari diri seseorang, kecuali akan memperburuk dan menghinakan orang tersebut.

Jika kemampuan kita menyayangi orang lain tercerabut, maka itulah biang dari segala bencana, karena kasih sayang Allah SWT hanya akan diberikan kepada orang-orang yang hatinya masih memiliki kasih sayang

Rasulullah SAW bersabda, “Allah SWT mempunyai seratus rahmat (kasih sayang), dan menurunkan satu rahmat kepada jin, manusia, binatang, dan hewan melata. Dengan rahmat itu mereka saling berbelas-kasih dan berkasih sayang, dan dengannya pula binatang-binatang buas menyayangi anak-anaknya. Dan Ia menangguhkan 99 bagian rahmat itu sebagai kasih sayang-Nya pada hari kiamat nanti”. (HR Muslim).

Dari hadis ini tampak bahwa walaupun hanya satu rahmat-Nya yang diturunkan ke bumi, namun dampaknya bagi seluruh makhluk sungguh luar biasa. Karena itu sudah sepantasnya jika kita merindukan kasih sayang, perhatian, dan perlindungan Allah SWT. Tanyakanlah kembali pada diri ini sampai sejauhmana kita menghidupkan kalbu (hati) untuk berkasih sayang dengan makhluk lain?

Kasih sayang dapat diibaratkan pancaran sinar matahari di pagi hari yang terus menerus datang. Sejak dulu sampai sekarang, ia secara terus-menerus memancarkan sinarnya kepada kita semua, dan ia tidak mengharap sedikit pun sang cahaya yang telah terpancar kembali pada dirinya. Seharusnya seperti itulah sumber kasih sayang di kalbu kita yang melimpah terus tidak pernah ada habisnya

Kasih sayang, merupakan hal yang alami terjadi sepanjang masa, sepanjang waktu, sepanjang hari. Bahkan cinta (mahabbah) yang dipandang dari beberapa segi dalam upaya mengutarakan makna cinta yang sesungguhnya. Wallahua'lam

0 komentar:

Posting Komentar