Sabtu, 09 Maret 2013

Tawazun

Goresan tulisan tentang tawazun ini ditujukan agar setiap manusia memahami makna dan hakikat tawazun, mengetahui potensi-potensi yang ada pada diri manusia dan kebutuhan-kebutuhannya, serta termotivasi untuk dapat hidup tawazun.

Tawazun berarti keseimbangan. Sebagaimana Allah telah menjadikan alam beserta isinya berada dalam sebuah keseimbangan.

Yang menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Tidak akan kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pengasih. Maka lihatlah sekali lagi, adakah kamu lihat sesuatu yang cacat?” (QS Al Mulk: 3).

Manusia dan agama lslam kedua-duanya merupakan ciptaan Allah yang sesuai dengan fitrah Allah. Mustahil Allah SWT menciptakan agama lslam untuk manusia yang tidak sesuai Allah”. (QS Ar Rum: 30).

Ayat diatas menjelaskan pada kita bahwa manusia itu diciptakan sesuai dengan fitrah Allah yaitu memiliki naluri beragama (agama tauhid: Al-Islam) dan Allah menghendaki manusia untuk tetap dalam fitrah itu.

Jika ada manusia yang tidak beragama tauhid, itu hanyalah karena pengaruh lingkungan (Hadits: “Setiap bayi terlahir daIam keadaan fitrah, orang tuanyalah yang menjadikan ia sebagai Yahudi, Nasrani atau Majusi”)

Sesuai dengan fitrah Allah, manusia memiliki 3 potensi, yaitu Jasmani (Al-Jasad), akal (Al-Aql) dan rohani (Ar-Ruh). Islam menghendaki ketiga dimensi tersebut berada dalam keadaan tawazun (seimbang). Perintah untuk menegakkan neraca keseimbangan ini dapat dilihat pada QS Ar Rahman: 7-9.

Ketiga potensi tawazun ini membutuhkan makanannya masing-masing:

Jasmani
Mukmin yang kuat itu lebih baik dan lebih disukai Allah daripada mukmin yang lemah (HR. Muslim). Kebutuhannya adalah makanan, yaitu makanan yang halaalan thayyiban (halal dan baik) (QS Abasa: 24, QS Al Baqarah: 168), beristiharat (QS An Naba: 9), kebutuhan biologis (QS Ar Rum: 20-21) dan hal-hal lain yang menjadikan jasmani kuat.

Akal
Yang membedakan manusia dengan hewan adalah akalya. Akal pulalah yang menjadikan manusia lebih mulia dari makhluk-makhluk lainnya. Dengan akal manusia mampu mengenal hakikat sesuatu, mencegahnya dari kejahatan dan perbuatan jelek.

Membantunya dalam memanfaatkan kekayaan alam yang oleh Allah diperuntukkan baginya. Supaya manusia dapat melaksanakan tugasnya sebagai khalifatullah fil-ardh (wakil Allah di atas bumi) (QS Al Baqarah: 30, QS Al Ahzab: 72). Kebutuhan akal adalah ilmu (QS Ali Imran: 190) untuk pemenuhan sarana kehidupannya.

Ruh (hati)
Kebutuhannya adalah dzikrullah (QS Ar Ra’du: 28, QS Al Jumu’ah: 9-10). Pemenuhan kebutuhan rohani sangat penting, agar ruh/jiwa tetap memiliki semangat hidup, tanpa pemenuhan kebutuhan tersebut jiwa akan mati dan tidak sanggup mengemban amanah besar yang dilimpahkan kepadanya.

Dengan keseimbangan manusia dapat meraih kebahagian hakiki yang merupakan nikmat Allah. Karena pelaksanaan syariah sesuai dengan fitrahnya. Untuk skala umat, ke-tawazunan akan menempatkan umat lslam menjadi umat pertengahan/ummatan wasathon (QS Al Baqarah: 143).

Kebahagiaan itu dapat berupa:
1. Kebahagiaan batin atau jiwa, dalam bentuk ketenangan jiwa (QS Ar Ra’du: 28)
2. Kebahagian zahir atau gerak, dalam bentuk kestabilan, ketenangan beribadah, bekerja dan aktivitas lainnya.

Dengan menyeimbangkan dirinya maka manusia tersebut tergolong sebagai hamba yang pandai mensyukuri nikmat Allah. Dialah yang disebut manusia seutuhnya. Wallahua'lam

0 komentar:

Posting Komentar