Judul diatas bukanlah mengada-ada. Itu murni datang dari hati yang paling dalam. Mungkin juga Anda yang sudah pernah ke tanah suci untuk ibadah umroh atau haji sama dengan saya, rindu untuk ke tanah suci.
Sudah belasan kawan yang berangkat ibadah Umroh, aku selalu minta titipkan doa. Bukan hanya doa untuk diriku, tetapi juga keluarga besar, dan lainnya.
Bersyukur, kawan saya yang juga Kepala Regional 1 Jawa, Cecep M Ismail (nama depan sama denganku) di tempat saya bekerja, mendapat panggilan dari Allah SWT untuk melaksanakan ibadah umroh, bersama kawan-kawan yang lainnya, sejak Rabu, 6 Maret 2013 hingga Sabtu, 16 Maret 2013. Selain Cecep M Ismail, ada juga Andjar Radite, Aan Suherlan dan Heru Kusnanto yang ikut menunaikan ibadah umroh
Selain saya minta titip doa untuk saya dan keluarga, sejak keberangkatannya saya juga selalu menanyakan kabar, aktifitas ibadah umroh, baik saat di Madinah maupun saat sekarang di Mekkah melalui BlackBerry Messenger (BBM) sesama pengguna Telkomsel (hahaha promosi).
Kebetulan diantara kawan kantor yang membawa BB dan berhasil melakukan komunikasi, hanya dengan pak Cecep M Ismail saja yang bisa sambung menyambung via BBM. Saya pun tak segan meminta beliau untuk menceritakan kegiatan ibadah di Madinah dan Mekkah.
Tujuannya satu, agar saya juga tetap merasakan apa yang dirasakan oleh pak Cecep M Ismail dan kawan-kawan, yaitu merasakan getaran-getaran nada dan panggilan: “Labaik allahumma labaik, labaik laa syarikalak, innal hamda, wani’mata laka wal mulk, la syarikalak”. Semoga getaran-getaran nada dan panggilan ini juga terpatri dalam hatiku.
Rabu malam, 13 Maret 2013, waktu di Jakarta menunjukkan pukul 21.05 WIB, atau pukul 17.00 lewat waktu Arab Saudi (WAS), lewat BBM saya sapa pak Cecep M Ismail. “Pak Cecep, boleh minta tolong dikirimin foto antum di depan Ka’bah donk,” pinta saya kepada beliau.
Tidak berapa lama, foto yang saya minta pun dikirimkan pak Cecep M Ismail. Lalu saya lihat, "Subhanallah......". Spontan saja mengucapkan kata Mulia itu. Semoga saya bisa kembali kesana, Ya Allah.
Ya, foto pak Cecep M Ismail (memakai peci putih) yang sudah selesai melaksanakan Thawaf, dan berfoto di depan Ka’bah. Terlihat di foto, dengan latar belakang bangunan Ka’bah.
Selain itu terlihat alat-alat berat berupa derek-derek yang dipergunakan dalam proyek perluasan Masjidil Haram terlihat melatarbelakangi jamaah umroh yang sedang beraktivitas di sekitar Ka’bah, sehingga pelaksanaan thawaf hanya bisa dilakukan di sekeliling Ka'bah saja.
Mungkin saja perluasan dilakukan untuk meningkatkan daya tampung terhadap jamaah yang selalu bertambah dari tahun ke tahun. Semoga sebelum musim haji tahun ini sudah selesai dan bangunan baru dapat dimanfaatkan.
Diantara nikmat yang wajib disyukuri adalah nikmat ibadah yang dianugerahkan oleh Allah SWT kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya. Karena diantara begitu banyak manusia yang diberikan petunjuk untuk menganut agama Islam yang diyakini kebenarannya tidak semua orang mendapat anugerah kemampuan untuk melaksanakan beribadah kepada-Nya.
Salah satu wujud mensyukuri nikmat ibadah adalah menceritakan dan mengajak orang lain dengan tujuan untuk memberikan sugesti (anjuran, saran, dorongan atau pengaruh yang dapat menggerakkan hati orang) untuk melakukannya, bukan bertujuan untuk pamer (riya) atau popularitas dan sebagainya.
Dengan begitu, ia bisa menceritakan kenikmatan yang dirasakan akan membuat orang termotivasi untuk melakukannya, dan pada gilirannya, jika ajakannya dikerjakan, tanpa mengurangi pahala pelaku ibadah tersebut, kedua-duanya mendapat pahala yang sama.
Antusias umat Islam untuk merespon sugesti tersebut tidak tanggung-tanggung, dimana dua tanah haram Mekkah dan Madinah dipenuhi manusia untuk melakukan ibadah umrah plus ziarah ke makam Rasul SAW.
Selalu saja ada cerita, pengalaman dan kisah menarik yang dialami mereka yang berangkat ke tanah suci untuk melakukan haji dan umrah. Perintah ibadah haji dan umrah ini dipertegas Allah SWT dalam Alquran berbunyi, “Dan sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karena Allah”. (QS Al Baqarah: 196)
Tidak seorang manusia di dunia ini yang telah wafat ribuan tahun lalu, yang paling lengkap sejarahnya selain dari Nabi Muhammad SAW, dan lebih mengagumkan lagi semua tingkah laku gerak gerik bahkan anjurannya tetap diikuti sampai dunia ini mengakhiri tugasnya (kiamat).
Bulan Maret 2013, suhu dingin dimalam hari berkisar 18 derajat, sedangkan cuaca panas di siang hari mencapai 36 derajat lebih, namun ternyata tidak menghalangi mereka dalam melaksanakan ibadah umroh meskipun sedang melakukan ibadah puasa, dan dalam keadaan stamina yang menurun. Jika tidak karena berharap pahala dari Allah SWT, tentu tidak akan dilakukan dengan mati-matian.
Walaupun ibadah umrah, dikatakan ibadah haji kecil, namun sungguh umroh merupakan ibadah yang berat dikerjakan, apalagi bagi jamaah umroh yang datang dari negeri yang terbiasa dengan iklim sedang, seperti Indonesia, tiba-tiba dihadapkan pada kondisi panas yang cukup menyengat, tentu saja hal itu memerlukan kesiapan fisik untuk beradabtasi.
Pengalaman tersebut hanya satu dari beragam pengalaman yang saya alami selama menunaikan ibadah umroh. Ada banyak kisah ruhani, emosional namun penuh pelajaran dan motivasi, yang dapat melengkapi bekal dalam melaksanakan ibadah umrah.
Menjadi tamu Allah di Tanah Suci memang diperlukan persiapan yang cukup matang, lahir dan batin. Tak hanya itu, harus pula membekali diri dengan pengalaman orang lain yang pernah menunaikan ibadah umroh atau haji ini, akan semakin memantapkan diri dan menguatkan kita dalam melaksanakan ibadah umroh ataupun haji. Amin
1 komentar:
sudah pernah tinggal di madinah dari th 2009--------------sampai 2014
Posting Komentar