--- Mendung, benarkah pertanda akan segera turun hujan. Deras, agar semua basah yang ada di muka bumi. Siramilah juga jiwa kami semua. Yang tengah dirundung kegalauan. Roda zaman menggilas kita, terseret tertatih-tatih. Sungguh hidup terus diburu berpacu dengan waktu ---
Ehm, syair di atas milik Ebiet G Ade. Tembang lawas yang pernah hits di eranya ini, memiliki arti tersendiri buat saya.
Selain maknanya yang menyentuh, lagu ini menceritakan nasehat bahwa sesibuk apapun aktifitas yang kita lakukan hendaknya kita harus tetap mengingat Allah SWT.
Kita hanyalah mahluk yang dhaif. Walaupun ada banyak persoalan kehidupan yang dihadapi, jika kita tidak mampu mengelolanya dengan baik, maka kitalah yang akan tergerus oleh perubahan zaman. Sejatinya kita membutuhkan Allah sebagai tempat bernaung dan memohon segala pengharapan.
Di bumi yang tengah berputar, ada yang merasa sesak oleh manisnya lisan, palsunya ucapan dan basinya perbuatan. Namun, betapa teduh dan syahdu firman-Nya Yang Maha Benar, suci dan menjadi referensi nyata, yang ketika berinteraksi dengan-Nya senantiasa ditemukan hal-hal yang dapat membangun spirit keimanan.
Kawan, hari ini kita tengah dikepung oleh berbagai macam perubahan yang sangat cepat. Namun, yang membinasakan kita adalah manakala kita terlambat untuk berubah, yakni selalu nyaman karena merasa di zona aman. Tanpa kita sadari, kitapun terjebak dalam lika-liku persoalan kehidupan yang secara perlahan menggerus kita. Kita gagal memaknai waktu yang ada.
Kembali ke syair di atas, “sungguh hidup terus diburu berpacu dengan waktu.” Meskipun terkadang aktifitas yang dilakukan lebih banyak daripada waktu yang tersedia, saling berkejar-kejaran dengan waktu seyogyanya tak menjadikan kita melepaskan ibadah kita terhadap-Nya.
Tidak juga membuat kita terlena dengan hal-hal lain yang dapat membuat kita jadi bermalas-malasan. Mencoba untuk memaknai waktu bisa jadi dengan membuat skala prioritas kegiatan agar waktu yang kita miliki dapat terkelola apik.
Oleh karena itu kawan, berusahalah juga memaknai waktu dengan mendekat selalu kepada-Nya. Membiasakan lisan untuk berbincang lembut dengan Allah, mesra dan tawadu. Membaca Al-Qur’an ketika sendiri sembari menghayati arti, tanpa sadar telah mengalir air mata di pipi, dan Allah bersemayam di dalam hati. Wallahu a’lam
:: Artikel dikirim oleh Azzura Arsyiah (azzura4rsyiah@yahoo.com) | sekarang tinggal di Jakarta, berasal dari Medan | @azura_sely
Rumah Motivasi Online menerima tulisan, artikel membangun jiwa, motivasi. Kirim tulisan sahabat ke email saya; cepypram@yahoo.com atau infokan @CepPangeran
0 komentar:
Posting Komentar