Rabu, 13 Maret 2013

Belajar Sabar dari Istri Fir’aun

Dan Allah membuat perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, istri Fir’aun, ketika dia berkata, “Ya Tuhanku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga dan selamatkanlah aku dari Fir’aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang zalim”. (QS At Tahrim: 11)

Ayat tersebut adalah bercerita tentang seorang istri yang sabar menghadapi perilaku buruk suaminya, dan sekaligus membantu mempertahankan keutuhan rumah tangga. Dalam kasus tersebut, istri Fira’aun, Asiyah binti Muzahim, sangat sabar menerima kekejaman Fir’aun terhadap dirinya.

Wanita paling utama di surga adalah Khadijah binti Kuwalid, Fatimah binti Muhammad, Maryam binti Imran dan Asiyah binti Muzahim istri Fir’aun.” (HR Ahmad dan Thabrani). Dirinya tetap tabah dan sabar menghadapi kekejaman suaminya dan hanya pasrah pada Allah SWT.

Seorang istri penyabar seperti istri Fir’aun yang Allah SWT gambarkan pada ayat tersebut tentu memberikan jasa sangat besar dalam memelihara keutuhan rumah tangga, kebahagiaan suami dan kegembiraan anak-anaknya.

Ia tidak akan mudah menceritakan kesulitan dan berbagai permasalahan yang akan menyedihkan dan mecemaskan suaminya. Walaupun sebenarnya istri menyimpan kepahitan dalam hatinya, semua kesulitan dihadapinya dengan penuh ketabahan dan sikap pasrah kepada Allah. Hal itu menjadikan rumah tangganya selalu dipenuhi kegembiraan, keceriaan dan penuh tawa.

Sabar dalam bahasa Arab bisa diartikan lapang dada menerima kesulitan, kepahitan dan rintangan tanpa keluh kesah, menggerutu dan lainnya. Bila seseorang menggerutu menghadapi kesulitan, jengkel dan marah menghadapi rintangan. Dia dikatakan tidak sabar.

Istri yang sabar, maka ia akan memberikan semangat, motivasi dan dorongan hidup kepada suaminya  menghadapi segala macam hadangan dan rintangan, namun ia juga dapat menjaga kehormatan suami di hadapan anak-anak, orang lain dan lain sebagainya.

Walaupun dalam kondisi nyata, riil, pada kehidupan sekarang ini sangat sulit, susah, jarang terjadi dan lainnya. Namun, sikap semacam ini akan memunculkan hubungan yang cukup mesra dalam rumah tangga, karena anak-anak selalu menaruh hormat kepada bapaknya.

Dan sebaliknya, jika istri seorang yang pemarah, serta karakter kurang baik lainnya, maka akan menimbulkan konflik berkepanjangan dalam rumah tangganya. Bahkan konflik tersebut bisa melebar kepada anak-anak, orang tua, tetangga, bahkan masyarakat.

Jika hal ini terjadi, pasti anak-anak dalam rumah tangga semacam ini akan mengalami stress dan kebingungan. Selain itu, tetangga pun akan merasa enggan berdekatan dengan rumah tangga yang dipenuhi konflik.

Oleh karena itu, setiap laki-laki sangat perlu memperhatikan sifat calon istrinya (--begitu pula sebaliknya, setiap wanita juga sangat perlu untuk memperhatikan sifat calon suaminya--) apakah dia bersifat penyabar atau pemarah, tabah menempuh kesulitan atau manja.

Hal ini perlu diketahui oleh pasangan (calon suami dan istri), sebab sifat buruk banyak berpengaruh dalam hidup berumah tangga. Karena itu pastinya tidak ada orang yang mau membangun rumah tangga dengan suasana penuh permusuhan, pertentangan, perselisihan dan yang hanya akan menciptakan hidup penuh derita dan nestapa.

Semoga keluarga atau mahligai pernikahan yang sudah kita bangun dari awal tidak kandas di tengah jalan. Semoga bahtera ini akan terus berjalan hingga layar terus berkembang tiba ditempat yang dituju.  Wallahua’lam.


0 komentar:

Posting Komentar