Istri adalah belahan jiwa, belahan hati bagi suaminya. Namun, terkadang ada hal yang mengganjal disana. Banyak sekali, hanya masalah sepele, bisa menjadi retak suatu rumah tangga. Nah, hal sepele itulah yang harus menjadi perhatian bagi mereka yang sudah berumah tangga.
Berikut ini adalah catatan kisah yang terjadi di kebanyakan keluarga, untuk menjadi pelajaran kita semuanya. Nah, sahabat semuanya, selamat menyimak yah. Mari kita masuk dimensi ruang keluarga tanpa sekat yang menjadikan kita berbeda dengan pasangan kita, istri.
Istimewanya, seorang istri adalah setiap perbuatan dan apa yang dilakukan oleh jari-jemari halusnya di dalam ruang lingkup rumahtangganya akan mendatangkan pahala dari Allah SWT. Namun ada hal yang terkadang jarang diperhatikan kebanyakan seorang istri, yaitu perihal menyambut kepulangan suami.
Setiap kali suami pulang ke rumah, apalagi dengan slogan ‘Rumahku Surgaku’, ‘Rumahku Keluargaku’ atau ‘Rumahku Tempat Belajarku’, tentunya suami memerlukan bantuan isterinya untuk menghilangkan rasa penat, letih, lapar, bahkan stress serta beban lainnya yang sedang ditanggungnya.
Karenanya, hal itu bisa menjadi pembelajaran sang istri dalam menyambutnya. Terkadang, isteri yang menyambut suami, hendaklah pandai memahami ‘mood’ dan kehendak suaminya saat itu.
Sambutlah kepulangan sang suami dengan wajah yang gembira, penuh dengan senyuman, senyuman khas sang istri. Tunjukkanlah wajah yang semanis dan secantik mungkin serta senyuman terindah, karena hal itu akan menghilangkan sebagian keletihan, rasa penat bahkan stress sang suami. Hindari bersikap acuh tak acuh, apalagi dengan muka yang masam atau muram saat suami hadir di muka pintu.
Rasulullah SAW pernah memberikan kita semua nasihat yang amat penting: "Siapa saja (seorang isteri) bermuka muram di hadapan suaminya, maka ia dalam kemurkaan Allah SWT, hingga ia dapat membuat suasana riang gembira kepada suaminya dan memohon kerelaannya." (Al Hadits)
Begitu besarnya, harga senyuman seorang isteri kepada suaminya. Senyuman akan membuat suasana senang dan gembira. Hal itulah yang dikehendaki oleh semua suami ketika pulang, terutamanya jika ia sedang dalam kelelahan dan keletihan yang sangat kuat.
Muka yang masam tidak saja akan menimbulkan kemarahan suami, namun akan menyebabkan Allah SWT juga murka. Kemurkaan Allah itu akan kekal hingga isteri itu bisa mengembalikan kepada suasana gembira dan memohon ampunan dari suami. Sesungguhnya keridhaan Allah terletak pada keridhaan suami. Namun keridhaan suami bukanlah hal mainan belaka, namun harus dijadikan perhatian sang suami juga.
Nah, bila suami pulang segeralah membukakan pintu. Persilakan masuk dengan penuh hormat dan dengan kata-kata yang lemah lembut. Sambutlah tangan suami dan ciumi ia (cium tangan-seperti adat ketimuran Indonesia) sebagai tanda hormat serta meminta maaf, walaupun isteri merasakan tidak berbuat dan melakukan kesalahan pada hari itu. Bukannya sang isteri yang mengulurkan tangannya untuk dicium oleh suami, sebagaimana yang dilakukan oleh kebanyakan orang-orang di dunia Barat.
Namun, hal itu tidak hanya dilakukan ketika sang suami pulang kerja saja, namun perbuatan baik ini bisa dilakukan ketika selesai shalat berjamaah, hendak keluar rumah atau setelah berbuat kesalahan kecil maupun besar, agar senantiasa mendapat ampunan dari Allah SWT. Jika mereka mempunyai keturunan (anak-anak), maka ajarkan anak-anak untuk selalu bersalaman dengan ayahnya. Hal ini dapat memupuk rasa kasih dan hormat anak-anak kepada orang tua.
Jika suami pulang membawa oleh-oleh, maka sambutlah dengan ucapan terima kasih. Jangan biarkan oleh-oleh itu lama di tangannya atau suami meletakkannya sendiri di dapur. Hali itu menandakan isteri tidak menghargai oleh-oleh (buah tangan) yang dibawa suami.
Dan yang sering terjadi adalah, sang istri menanyakan oleh-oleh yang telah dipesannya. “Kok gak bawa oleh-oleh yang saya pesan?, begitulah yang sering banyak terjadi, walaupun hal itu sah-sah saja. Atau pertanyaan-pertanyaan yang bertubi-tubi ketika suami sedang penat hanya akan membosankan suami, malah bisa jadi menimbulkan ketidaksukaannya bahkan kemarahannya.
Di zaman Rasulullah, pernah dikisahkan dalam riwayat, ada seorang wanita yang bakal masuk surga lebih dahulu daripada anaknya Rasulullah, Siti Fatimah. Wanita itu begitu taat dan sangat memuliakan suaminya. Dia menunggu kepulangan suaminya dengan pakaian yang bersih serta menyejukkan; disediakannya sang suami air sejuk, lap kering serta sebuah rotan.
Segala perbuatan yang dilakukannya membuat Siti Fatimah bertanya kepadanya. Lalu Fatimah bertanya kepada wanita shahabiyah itu untuk mengetahui di perbuatan yang dilakukan sang wanita itu.
Wanita itu pun mengatakan: "Aku selalu bersiap-siap (bersolek) untuk suamiku jika ia menginginkanku. Adapun lap ini adalah untuk menyeka (membasuh) keringatnya, air ini untuk menghilangkan rasa lelahnya dan rotan ini adalah untuk dia menghukum saya jika saya berbuat kesalahan."
Oleh karena itu, kebahagiaan berumah tangga, bukan terletak banyaknya harta, rumah yang mewah. Namun, kebahagiaan berumah tangga itu terletak pada akhlak dan budi pekerti sang istri. Walaupun isteri tidak cantik dan menarik, namun jika cukup sempurna melayani dalam rumah tangganya dan berakhlak baik pula, tentu ia akan menjadi penghibur dalam rumah tangganya.
Karena itu, khusus kepada para wanita atau isteri, hendaklah berlomba-lomba untuk menjadi seorang isteri yang shalehah, yang bertakwa, berakhlak mulia serta selalu taat kepada suami. Insya Allah, seorang isteri itu akan selalu disayangi Allah SWT, suami, bahkan seluruh makhluk di dunia.
Rasulullah SAW bersabda; "Sungguh-sungguh meminta ampun untuk seorang isteri yang berbakti kepada suaminya, yaitu burung-burung di udara, ikan-ikan di air dan malaikat di langit selama dia senantiasa dalam keridhaan suaminya."
Bagi sahabat yang sudah berkeluarga, jika seorang istri mengharapkan cintanya diterima, maka banyak-banyaklah sang isteri mencari keridhaan Allah SWT melalui suami. Namun, jika ia keluar jalur dari yang di ridhai Allah SWT, maka istri tidak wajib taat kepada suami. Wallahua'lam
0 komentar:
Posting Komentar