“Mereka bertanya kepadamu tentang anak-anak yatim. Katakanlah, “Memperbaiki keadaan mereka adalah baik!” Dan jika kamu mempergauli mereka, maka mereka adalah saudara-saudaramu. Allah mengetahui orang yang berbuat kerusakan dan yang berbuat kebaikan. Dan jika Allah menghendaki, niscaya Dia datangkan kesulitan kepadamu. Sunggu Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana.” (QS Al Baqarah: 220)
Setiap manusia selalu ingin mencapai tujuan hidup bahagia lahir maupun batin. Konsep tentang kebahagiaan sangat beragam dengan versi kebenaran masing-masing. Namun, dalam kehidupan ini, manusia beralih dari keadaan bahagia menjadi menderita.
Hal itu tidak ada bedanya, baik yang masih kecil maupun yang sudah dewasa. Penjara kehidupan, serta beban beratnya juga berbeda-beda tingkatan. Ada yang kecil dan berlangsung sementara, namun ada pula yang besar dan berlangsung sangat panjang.
Banyak duka dan derita mengisi kehidupan ini. Ia tidak akan berbelas kasihan kepada siapapun, dan tidak ada seorang pun yang bisa meneguk air yang benar-benar jernih dari segelas kehidupan.
Gambaran kehidupan tersebut merupakan sebagian dari derita kehidupan yang dialami oleh sebagian orang diantara kita, yang pahit hidupnya mereka rasakan dalam waktu yang panjang. Kepahitan yang dirasakan oleh orang-orang yang lemah (kurang mampu), yang lebih dahulu merasakan pahitnya kehidupan sebelum merasakan manisnya kehidupan.
Mereka adalah anak-anak yatim. Anak yang kehilangan sosok yang mencari bekal hidupnya, sebelum mereka tahu apa itu pekerjaan, membimbing mereka sebelum mereka mengerti apa-apa. Merekalah anak yatim, anak yang dikejutkan oleh kematian ayahnya, sebelum mereka merasakan perlindungan seorang ayah.
hidup seseorang pun bisa terjadi, apalagi kebutuhan pokoknya tidak dapat terpenuhi. Seperti halnya dengan anak yatim. Mereka merasakan kesulitan hidup untuk memenuhi kebutuhan jiwa, yaitu kebutuhan akan kasih sayang dari sosok sang ayah.
Namun derita mereka, para anak yatim, akan terasa ringan beban yang diemban, apabila datang kepada mereka tangan-tangan ‘surga’ yang peduli dengan kondisi mereka alami, baik dari saudara dekat mereka sendiri atau dari kalangan masyarakat umum. Hal itu sangat membantu mereka dalam menghadapi kenyataan hidup. Sebab mereka belum dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri tanpa bantuan orang lain.
Untuk mewujudkan pembangunan manusia seutuhnya, agama merupakan salah satu sarana pokok yang seimbang dan sesuai dengan tujuan pembangunan bangsa. Pembinaan mental spiritual juga harus dilakukan secara terus menerus, sejak manusia dilahirkan sampai pertumbuhannya sempurna. Tentu saja yang pertama bertanggungjawab terhadap pembinaan anak adalah orang tua atau keluarga.
Namun, kenyataannya berbeda, menunjukan bahwa banyak terdapat anak yang mengalami hambatan sosial ekonomi, seperti anak yatim dan anak-anak yang orang tuanya tidak mampu memenuhi kebutuhan anak. Dalam menolong dan memberi perlindungan terhadap anak yatim adalah suatu keharusan dalam Islam. Salah satu orang yang mendustakan agama adalah orang yang menghardik anak yatim. (QS Al Maa’un: 1-2).
Dan Islam sangat mendorong para pemeluknya agar mempunyai akhlak yang mulia. Salah satu akhlak tersebut adalah menyantuni anak yatim, memotivasi semangat mereka untuk bangkit menuju harapan yang dicitakan mereka. Karena anak yatim adalah manusia yang sangat membutuhkan pertolongan dan kasih sayang kita semua.
Karena mereka adalah anak yang kehilangan seorang ayah dan hidup hanya bersama ibunya pada saat mereka membutuhkan seorang ayah. Mereka membutuhkan pertolongan dan kasih sayang kita, sebab mereka tidak mungkin lagi mendapatkan kasih sayang ayahnya yang telah tiada. Mari sayangi dan bantu mereka untuk menatap masa depan mereka. Wallahua’lam
:: tulisan ini juga dimuat di website PKPU (Pos Keadilan Peduli Ummat)
0 komentar:
Posting Komentar