Sabtu, 26 Januari 2013

Jadikan Zakat Sebagai Budaya Hidup

Zakat, infak dan sedekah (ZIS) merupakan satu ajaran luar biasa dalam Islam yang tidak akan membuat pelakunya akan jatuh miskin. Manfaatnya tak sekadar dinikmati penerimanya (dhuafa) tetapi juga akan diterima oleh pemberinya (aghniya) dengan manfaat berlipat-lipat.

Seharusnya zakat, infak, dan sedekah juga dijadikan prioritas pertama dalam pemenuhan kebutuhan keluarga berupa manajemen keuangan, lalu disusul dengan tabungan dan pemenuhan kebutuhan sehari-hari.

Dengan berzakat, infak, dan sedekah, harta yang dikeluarkan akan mengembangkan harta yang dimiliki pemberi. Dengan mengeluarkan zakat, infak dan sedekah akan menyebabkan kita kaya secara batin. Oleh karena itu, berzakat perlu dijadikan sebagai lifestyle, bahkan menjadi budaya hidup umat muslim.

Tentunya dengan berzakat, infak, dan sedekah, hati dan pikiran akan merasa nyaman, tenang dan tidak bingung. Dan selanjutnya akan berimbas pada ketajaman pikiran dan hati, yang akan berbuah empati dan simpati kepada orang lain.

Perlu diketahui, potensi zakat di negeri mayoritas berpenduduk muslim ini mencapai Rp 100 triliun, namun yang dapat teraktualisasikan baru sekitar Rp 1,2 triliun. Jika kita bandingkan dengan Negara lain yang telah berhasil memaksimalkan potensi zakatnya.

Sebut saja Malaysia, yang umat Islamnya hanya 52% dari total jumlah penduduk atau sekitar 11 juta jiwa, zakat yang teraktualisasikannya sekitar Rp 37 triliun. Negeri kaya minyak Kuwait mencapai Rp 380 triliun. Sedangkan di Arab Saudi lebih banyak lagi karena perusahaan sudah diwajibkan zakatnya, yaitu sekitar Rp 1.000 triliun.

Jika umat Islam Indonesia berzakat dengan baik dan dikelola dengan manajemen yang baik pula, maka persoalan kemiskinan yang telah membelit bangsa ini bisa diatasi. Karena, dengan dana besar tersebut, berbagai proyek pengentasan kemiskinan dan pemberdayaan kemandirian dapat berjalan lancar. Dan hal ini merupakan sebuah potensi kekuatan yang sangat besar.

Nabi Muhammad SAW mengatakan bahwa orang yang suka memberi akan dekat dengan Allah dan manusia, jika ia meninggal dekat dengan surga dan jauh dari neraka. Sebaliknya, orang yang kikir jauh dari Allah, jauh dari manusia, jauh dari surga, dan dekat dengan neraka. Wallahua'lam

0 komentar:

Posting Komentar