Senin, 14 Januari 2013

Kebahagiaan Hidup Berumah Tangga dari Muhammad Anshar dan Siti Rofiah

Menikah atau berumah tangga berarti menyatukan dua keluarga besar yang harus dipahami seluk beluknya dan dihargai hak serta pendapatnya dan dijunjung tinggi harkat dan martabatnya.

Iktikad untuk mewujudkan keluarga sakinah, mawaddah, dan warrahmah (Samara) tidak bisa datang dari sebelah pihak, akan tapi keduanya harus saling bahu membahu dan saling berbagi tugas serta peran sebagai isteri, sebagai ibu, sebagai sahabat.

Begitu pula demikian dengan suami. Ia memainkan peran sebagai kepala rumah tangga, sebagai teman dan sebagai sosok yang memberikan dukungan dalam banyak hal. Ditambah karunia Allah SWT berupa anak, tentunya membuat pasangan suami istri harus mempersiapkan berbagai bekal terutama ilmu pengetahuan dunia dan akhirat untuk anak-anaknya nanti.

Saya bersyukur, karena berkesempatan bertemu dengan pasangan bahagia, yaitu pasangan Bapak Muhammad Anshari (72) dengan Ibu Siti Rofiah (69) tinggal di Purwakarta, Jawa Barat dan telah dikaruniai 11 anak, cucu bahkan cicit ini.

Mereka berdua memiliki konsep keluarga sakinah sejak memulai hidup baru puluhan tahun silam. Sejak menikah mereka berdua sudah bercita-cita mendirikan keluarga sakinah. Semua persoalan dalam rumah tangga diselesaikan dengan segera. Begitu cerita kedua pasangan kakek nenek yang berbahagia ini.

“Tidak boleh ada yang tersisa sampai besok, semua harus tuntas sehingga tidak ada yang mengganjal. Dengan begitu setiap hari selalu dimulai dengan hal-hal yang baru dan setiap hari tetap tumbuh rasa cinta serta saling pengertian”. Begitu kata bapak Muhammad Anshari kepada saya.

Dengan komitmen seperti itu hingga sekarang terus memacu semangat hidup dan bekerja sebagai pasangan yang mempunyai hak dan kewajiban masing-masing. Rumah menjadi tempat berlindung yang hangat, tempat bertemu setelah bekerja seharian dengan profesi masing-masing, cerita bapak Anshari dengan penuh semangat.

Rasa lelah bekerja terbalas dengan sikap yang saling pengertian dan saling mendukung. Terutama saat mempersiapkan diri menjadi seorang ibu tatkala masa kehamilan tiba, tambah Ibu Siti Rofiah yang bercerita dengan penuh semangat juga.

Ibu Siti, begitu ia biasa dipanggil, mengungkapkan bahwa dirinya menyadari sepenuhnya, untuk menjadi ibu mempunyai tanggung jawab yang besar. “Saat masa kehamilan berlangsung, saya lebih banyak melakukan aktivitas keagamaan. Shalat wajib dan sunnat, puasa, membaca Al Quran. Suami menjadi lebih sabar dan menyiapkan diri untuk menjadi seorang ayah”. Demikian ungkap pak Anshari yang sambil menggendong sang cucu.

Mereka berdua bekerja sama untuk menciptakan kenyamanan dan ketenangan menantikan buah hati hingga lahir kedunia. Keduanya juga sepakat untuk menyiasati diri agar komunikasi yang hangat semakin terjalin dengan hadirnya buah hati mereka.

Sebagai orang tua, tentu harus menyadari bahwa anak adalah titipan Allah SWT yang harus dipenuhi hak-haknya. Mereka harus diberikan bekal seimbang dunia akhirat. Kita harus sadar bahwa mereka ibarat anak panah yang satu hari akan keluar dari busurnya, melesat jauh dan menempatkan diri pada tambatan hatinya. Karena itu harus diberikan bekal yang cukup agar mereka bisa meniti hidup dan berguna untuk orang lain. Wallahua'lam


0 komentar:

Posting Komentar