Beberapa waktu lalu, saya mengikuti acara pengajian di awal bulan yang bertempat di Pesantren AlQuran, Al Amanah, dimana anak saya, Muhammad Ammar Azmi ikut nyatri di dalamnya
Pengajian awal bulanan yang berlokasi di Jl H. Awi Kampung Pedurenan RT 011 RW 03 Kelurahan Jatiluhur, Kecamatan Jatiasih, Kota Bekasi itu diisi oleh DR Ahzami Samiun Jazuli, MA
Kehidupan di dunia ini, kata DR Ahzami, tidak lepas dari pertarungan manusia melawan syetan. Pertarungan yang tidak akan henti sampai ajal menjemput. Pertarungan yang berlaku bagi seluruh manusia tanpa pandang bulu. Hasilnya, manusia bisa menang atau kalah.
Pada dasarnya syetan ini lemah, namun mereka dapat memiliki peluang untuk mengalahkan manusia, jika saja manusia lebih lemah daripada syetan. Tetapi sebaliknya, manusia bisa menang, jika ia memiliki senjata yang sangat ampuh, yakni senjata Iman.
Sangatlah berbahaya memang jika manusia tidak punya bekal senjata IMAN. Karena kenyataannya, perang melawan syetan tidaklah berimbang. Syetan dari golongan jin bisa melihat manusia dan mereka saling bekerja sama (bergerombol) satu sama lain. Lalu, adakah kiat agar mampu memenangi pertarungan melawan syetan?
Pertama, perbaharui terus Iman, kapan dan dimana saja berada. Sesungguhnya syetan itu bersemayam dalam hati manusia. Saat manusia berdzikir kepada Allah SWT, maka syetan akan berlari ketakutan. Namun, saat manusia lupa untuk berdzikir, maka syetan akan datang kembali membisiki manusia ke jalan kejahatan.
Karena itu, Nabi SAW memerintahkan untuk senantiasa memperbaharui Iman. Lalu para sahabat bertanya, bagaimana caranya? Nabi SAW menjawab, perbanyaklah membaca, memahami dan mengamalkan laa ilaha illallah.
Rasul SAW dan para sahabat saja, yang paling benar imannya, selalu memperbaharui iman mereka dengan berbagai cara. Misalnya berzikir, pengajian, shalat berjamaah, jihad, dan lain sebagainya.
Tidak ada waktu yang tersisa, untuk memberikan kesempatan syetan menjegal kehidupan kita. Maka hadirkanlah selalu iman kapan dan dimana kita berada. Iman tidak hanya hadir di masjid saja, namun ia hadir dimana-mana dalam aspek kehidupan.
Kita patut belajar dari kisah dialog antara pengembala kambing dengan Umar bin Khatab ra. Seorang pengembala sapi yang notabene memiliki tingkat intelektual yang relatif rendah, namun memiliki nuansa keimanan yang sangat tinggi.
Saat pengembala dites keimananannya oleh sahabat Umar bin Khatab ra untuk dibeli kambingnya. Umar berkata, “Bilang saja kepada majikanmu, kambing dimakan serigala”. Pengembala pun berkata, “Dimana Allah?”. Mendengar jawaban ini, Umar pun menangis.
Kedua, mentadabburi AlQuran. Kiat kedua untuk memenangi pertarungan dengan syetan adalah dengan mentadabburi AlQuran. Dalam berbagai ayat AlQuran, dikatakan bahwa merenungi dan menghayati AlQuran akan berkorelasi dengan penambahan iman dan otomatis syetan akan menjauh.
Ketika berinteraksi dengan AlQuran, maka iman akan bertambah. Dan inilah yang membedakan antara orang yang beriman dengan orang munafik. Orang yang beriman akan bertambah imannya, sementara orang munafik maka akan bertambah penyakit nifaknya, sampai mati dalam keadaan kafir.
“Dan apabila diturunkan suatu surah, maka di antara mereka (orang-orang munafik) ada yang berkata, “Siapakah di antara kamu yang bertambah imannya dengan (turunnya) surah ini?” Adapun orang-orang yang beriman, maka surah ini menambah imannya, dan mereka merasa gembira”. (QS At Taubah: 124)
Jadi, merenungi AlQuran merupakan kebutuhan yang lebih besar dibandingkan makan dan minum. Saat tidak makan, maka bahaya ektrimnya adalah sakit. Namun, jika kita tidak tadabur AlQuran, maka konsekwensinya bukan hanya mati secara fisik namun juga hati nurani.
Hati akan terkunci untuk menerima nasehat dan akhirnya mati dalam keadaan kafir. “Maka tidaklah mereka menghayati AlQuran, ataukah hati mereka sudah terkunci?” (QS Muhammad: 24)
Dalam kondisi hidup di dunia ini yang penuh dengan fitnah, maka kita diharuskan untuk selalu mentadaburi AlQuran. Karena inilah sumber energi yang akan hadir untuk mengalahkan syetan. Imam Ahmad bin Hambal, seorang shaleh, saat diminta bantuan meruqyah seseorang yang kesurupan jin. Sang Imam tidak bersedia datang. Ia cukup mengirimkan sandalnya. Dan syetan pun langsung lari.
Ketiga, komitmen untuk selalu Berjamaah dengan orang-orang yang Benar dan Jujur. Kiat ketiga adalah selalu berkomitem untuk selalu berjamaah dengan orang benar dan jujur dalam aqidah, ibadah dan akhlak. Sebagaimana tercantum dalam QS At Taubah 119. “Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar”
Orang yang sendirian, maka ia akan relatif mudah terperangkap tipu daya syetan dan tenggelam dalam perbuatan haram. Awalnya, coba-coba, namun akhirnya menjadi kebiasaan. Saat syetan menggoda manusia, maka sebagian mereka saling mendukung kelompok lainnya, sehingga kalau manusia sendirian, maka syetan akan mudah menjadi pemenang.
Dalam Islam, apa saja yang berjamaah, memiliki pahala yang besar, misalnya shalat berjamaah, makan berjamaah, berpergian berjamaah, dan lain-lain. Berjamaah akan memberikan kekuatan dan sinergi satu sama lain.
Seorang mukmin akan kuat karena disebabkan saudaranya. Jangan bingung memilih ‘label’ jamaah. Karena dasar pemilihan jamaah berdasar tuntutan AlQuran dan Hadits bukan atas dasar label, namun berdasarkan kriteria yakni mereka yang benar dan jujur.
Keempat, memahami Islam secara Mendalam. Kiat keempat adalah memahami Islam secara mendalam. Tidak mungkin orang yang ‘bodoh’ akan memiliki iman kuat sehingga memenangi pertempuran dengan syetan. Dalam sebuah hadits, “Barangsiapa dikehendaki Allah baik, maka ia diberi pemahaman islam baik”. Syetan akan menyerah saat berhadapan orang yang berilmu (paham), karena seorang faqih akan mengetahui tipu daya syetan.
Ayat pertama AlQuran yang turun menyeru tentang pemahaman (ilmu) bukan soalan jihad, sholat, dan ibadah lainnya. Karena semua ibadah tidak akan diterima Allah SWT jika tidak didasari ilmu yang dimiliki. Jadi jangan mengikuti sesuatu yang kita tidak mengetahuinya.
Jangan pernah bosan memahami Islam, sebagai modal melawan syetan yang tidak pernah akan berhenti menggoda manusia sampai kiamat. Perbanyak kajian yang didasari kesadaran diri (bukan karena ikut-ikutan) bahwa pertarungan dengan syetan tidak akan pernah berhenti. Dan semoga kita dimudahkan mencintai ilmu AlQuran, sunah dan bersama orang-orang yang shaleh. Wallahua’lam
0 komentar:
Posting Komentar