Wisata alam pedesaan dan kembali kepada alam merupakan salah satu alternatif wisata yang paling dicari banyak orang.
Jika ingin berwisata sekaligus sebagai tempat pendidikan khususnya bagi para pelajar yang ingin mengenal alam lebih dekat, maka wisata alam ‘Kampung 99 Pepohonan’ yang terletak di Jl KH Muhasan II, Kelurahan Meruyung, Kecamatan Limo, Depok, ini adalah pilihan yang tepat.
Kampung 99 tidak jauh dari Masjid Kubah Mas, Cinere. Dari seberang masjid, masuk ke sebuah gang yang ada gapura dan berjalan sekitar 500 meter. Sampai di jempatan kecil lalu berbelok ke kiri sekira 50 meter dan sampailah di kampung nan asri itu.
Kesan pertama yang tertangkap adalah suasananya sejuk. Pepohonan rindang dengan berbagai jenis.
Di kejauhan juga terdapat lapangan luas dan terbuka, membentang mata yang melihatnya.
Ditambah kicau burung dan suara binatang lain menambah harmoni komposisi alam. Sesuai namanya, Kampung 99 Pepohonan adalah sebuah kampung wisata yang penuh pepohonan juga nilai-nilai pendidikan (edukasi).
Selain rumah-rumah panggung dari kayu, lahan seluas 5 hektar ini juga dipenuhi deretan pepohonan. Di antaranya pohon Jati Putih, Maja, Trembesi, Rengas, Bintaro, Karet, Gandaria, Ulin, Menteng, Mahoni, Meranti, Kemang, dan beberapa rumpun bambu yang cukup lebat serta pohon-pohon langka lainnya.
Kampung 99 Pepohonan merupakan sebuah area yang dirancang oleh pemiliknya sebagai hunian yang bersahabat dengan alam, dengan menjalankan konsep gaya hidup organik, kembali ke alam.
Awal terbentuknya Kampung 99 Pepohonan adalah dari keinginan untuk mengaplikasikan hidup sehat di lingkungan yang sehat. Sehingga terbentuk pola hidup yang sehat.
Angka 99 sendiri dipilih sebagai nama dari kampung ini, karena 9 merupakan angka tertinggi dalam perhitungan matematika, ia mencakup angka 0, 1 hingga 9, jadi merupakan gambaran agar setiap kegiatan yang dilakukan oleh penguni atau penanggungjawab kampung ini selalu berupaya melakukan yang terbaik agar mencapai hasil yang maksimal.
Suasana yang sejuk, membuat siapa pun yang datang kesini enggan beranjak dan ingin berlama-lama.
Lahan hunian berkonsep alam pertanian dan hutan botani ini terbentang memanjang di antara dua sumber air yang tak pernah kering, kali irigasi yang sudah ada sejak zaman Belanda dan Sungai Pesanggrahan.
Deretan pohon jati putih di sekeliling Kampung 99 Pepohonan itu menambah keasrian dan kesejukan tempat wisata ini. Dengan kondisi tanah yang berjenjang, menambah keindahan pemandangan kampung yang dihuni 20 keluarga dengan 140 jiwa.
Saya bersama dua orang kawan kantor, bapak Slamet Widodo dan bapak Hendi Hendarsyah berkesempatan untuk berkunjung ke Kampung 99 Pepohonan pada awal Mei 2012 dan diterima langsung oleh ibu Yani Nursanti (Santi) dan ibu Emi Hermawati (Emi) yang mengajak untuk berkeliling lokasi sambil mengobrol.
Aktifitas diawali dengan tracking keliling Kampung 99 Pepohonan yang dipandu oleh ibu Santi dan ibu Emi. Selama tracking, ibu Santi menjelaskan berbagai hal, seperti pola kehidupan penghuni yang menyatu dengan alam.
Ibu Santi bercerita bahwa pendiri Kampung 99 Pepohonan tak pernah membayangkan lahan yang mulai ditanami sejak tahun 2002 itu, kini menjadi areal hunian yang hijau, rindang sekaligus sejuk dalam kurun waktu yang cukup cepat. Karena, ketika menanam, lahan ini adalah areal persawahan kritis yang gersang karena pestisida.
Selain itu, saluran irigasi untuk mengaliri sawah juga rusak berat. Tanahnya juga pecah-pecah.
Pohon yang tumbuh di sana awalnya hanya beberapa batang saja, seperti pohon jambu, rengas, dan mangga.
Padahal, cerita ibu Santi, warga setempat menceritakan, dulunya kawasan ini merupakan bukit yang lebat.
“Awalnya di sini panasnya bisa mencapai 35 derajat Celsius. Namun perlahan, suhu udara di Kampung 99 Pepohonan turun. Kini pada malam hari, jika hujan berturut-turut selama tiga hari bisa mencapai 23 derajat celcius bahkan pernah mencapai dibawah 20 derajat celcius," cerita ibu Santi.
Menurut ibu Santi, itu berkat pohon jati putih. “Pohon jati putih ternyata bisa mengikat suhu dan melepaskan dalam bentuk cairan. Jadi, kalau kita ada di bawahnya akan melihat ada cairan menetes, makanya lembab,” katanya.
Disini juga terdapat satu dapur umum yang menyuplai kebutuhan konsumsi semua penghuni. Lalu kami juga diajak ke kandang rusa jenis Timorensis yang sengaja dikembangbiakkan disini sekaligus memberikan makan rumput.
Selain itu juga peternakan sapi dan kambing. Disana dipelajari berbagai jenis sapi dan kambing, pemberian pakannya, dan perawatannya.
Menurut ibu Emi, bahwa di Kampung 99 ini memiliki 131 sapi dan sekitar 800 kambing yang sehat dan gemuk.
Sapi-sapi dan kambing itu dijaga dan dirawat dengan baik, dan setiap dua kali sehari sapi-sapi ini dimandikan.
Bahkan ada beberapa sapi yang beratnya mencapai 1 ton. Setelah usia dan berat badan cukup, sapi dijual ke masyarakat sekitar.
Penghasilan tersebut digunakan untuk kebutuhan warga kampung. Jika membutuhkan uang, tinggal meminta ke bendahara sebagai imbalan dari kerja mereka.
Di tempat ini, kita juga diajak mengenal perilaku masyarakat kampung dalam menanam padi, memanen, membajak, berkebun memelihara ikan, menanam pohon, bersampan, membuat rakit memasak, member makan ternak, memanen padi dan sayur mayor, membuat roti, memerah susu kambing.
Berbagai kegiatan bertema lingkungan yang edukatif dan menghibur yang bisa dilakukan di Kampung 99 Pepohonan. Program outbound sekaligus edukasi buat para pelajar seperti tracking di alam terbuka dengan berjalan mengelilingi areal, mengenal lingkungan dan tumbuhan.
Bahkan beberapa permainan outbound seperti flying fox, spider web, dan naik sampan di sungai juga bisa dilakukan, yang bisa membuat wisata sekaligus liburan bersama sekolah semakin ceria.
Ada juga kegiatan mempraktekkan menanam biji tanaman, memindahkan bibit pohon yang sudah disediakan dalam polibag atau yang tumbuh di alam bebas.
Selain itu, memetik padi dengan menggunakan alat ani-ani pada padi yang sudah cukup umurnya, memetik atau mencabut sayuran yang sudah siap panen, mengolah sawah menjadi lahan siap semai.
Selain itu, memberikan pakan ternak seperti rumput, buah-buahan atau sayur yang disukai rusa, member makan ikan seperti cente dan pellet.
Turun ke dalam kolam dan menangkap ikan, membersihkan kulit kambing dan sapi dari lumpur, serta mengambil cairan susu dari kambing betina dan memberikan susu sapi atau tajin dari botol dot ke anak kambing domba dan masih banyak lagi kegiatan edukasi yang bisa di dapatkan di Kampung 99 Pepohonan ini.
Hunian yang ramah lingkungan dan terbuka ini dibangun dengan konsep alam. Luas setiap rumah kayu yang dibangun tak lebih dari 100 meter persegi, tanpa pagar, dan dibangun bersama oleh seluruh penghuni Kampung 99 Pepohonan. Setiap keluarga mempunyai kolam penyangga untuk memelihara ikan atau ternak dan kebun minimal 100 meter persegi.
Kampung 99 Pepohonan ini pada awalnya tidak dibangun untuk tujuan bisnis atau dijadikan tempat wisata melainkan hanya untuk tempat hunian semata dengan tujuan awal ingin hidup sehat, yang mana benar-benar hanya sekedar tempat tinggal bagi Abi panggilan akrab dari Eddy Jamalluddin Suedi beserta anak-anak dan menantunya serta kerabat.
Tapi karena pada dasarnya keluarga cinta lingkungan lahan kosong yang mereka tempati tahun 2005 itu pun dibenahi.
Karena itu, tak perlu jauh-jauh ke luar Jakarta jika ingin berwisata sekaligus sebagai tempat pendidikan khususnya bagi para pelajar yang ingin mengenal dan merasakan alam lebih dekat dan sejuk ini. Ketika adik-adik pelajar dan sekolah hanya memiliki waktu liburan yang singkat, mungkin Kampung 99 Pepohonan bisa menjadi pilihan alternatif yang tepat. Selamat berwisata!
>> follow @CepPangeran
Kampung 99 Pepohonan
Jl KH Muhasan II (masuk Depan Masjid Kubah Emas)
Kelurahan Meruyung, Kecamatan Limo, Depok
Telp. (021) 77883623, (021) 99955610, (021) 99453886
Hp. 081288899926
Fax. (021) 77885410
Dengan semangat, Hendi Hendarsyah mengangkat anak kambing
Hendi dan Widodo memperhatikan hasil tangkapan lele super dumbo
Memerah susu sapi
Tiap hari kandang kambing harus dibersihkan
0 komentar:
Posting Komentar