“Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah)”. (QS Ibrahim: 34)
Pernahkah kita merenungi dan menyadari akan adanya kasih sayang yang diberikan Allah SWT kepada kita? Jika kita mampu membaca dan merenungi apa yang ada di alam dunia ini, maka kita akan dapati bahwa kasih sayang Allah SWT begitu besar kepada makhluk-Nya
Dalam ayat diatas, tersirat betapa banyaknya dan besarnya kasih sayang Allah SWT kepada kita. Ayat di atas hadir untuk mengingatkan manusia akan kasih sayang Allah SWT yang memberikan segala yang dibutuhkan, sekaligus merupakan perintah untuk senantiasa membaca karunia tersebut agar tidak termasuk orang yang zalim, apalagi kufur nikmat seperti yang disebutkan di kalimat terakhir ayat tersebut di atas ‘Sesungguhnya manusia itu sangat zalim lagi sangat ingkar nikmat.’
Membaca dan menyadari kasih sayang yang Allah SWT berikan merupakan langkah awal bagi umat manusia untuk mensyukuri nikmat Nya. Sudah menjadi kewajiban kita untuk mensyukuri segala nikmat yang telah Allah SWT limpahkan kepada kita. Sedang jika kita diberi sesuatu oleh manusia saja kita mengucapkan ‘terima kasih’, lalu mengapa kita tidak mau mensyukuri nikmat yang Allah SWT berikan kepada kita?
Rasa syukur atas segala karunia dan kasih sayang yang Allah SWT limpahkan kepada kita semua merupakan suatu hal yang wajib dimiliki oleh setiap insan. Namun, tidak sedikit manusia yang lalai untuk selalu bersyukur, bahkan nikmat yang Allah SWT turunkan justru menjadikannya berlaku sombong di atas bumi ini. Mereka inilah yang telah terkena bisikan dari iblis dan kaumnya.
Maha Suci Allah, Zat yang mengaruniakan kasih sayang kepada semua makhlukNya. Tidaklah kasih sayang melekat pada diri seseorang, kecuali akan memperindah orang tersebut. Dan tidaklah kasih sayang terlepas dari diri seseorang, kecuali akan memperburuk dan menghinakan orang tersebut.
Jika kemampuan kita menyayangi orang lain tercerabut, maka itulah biang dari segala bencana, karena kasih sayang Allah SWT hanya akan diberikan kepada orang-orang yang hatinya masih memiliki kasih sayang
Rasulullah SAW bersabda, “Allah SWT mempunyai seratus rahmat (kasih sayang), dan menurunkan satu rahmat kepada jin, manusia, binatang, dan hewan melata. Dengan rahmat itu mereka saling berbelas-kasih dan berkasih sayang, dan dengannya pula binatang-binatang buas menyayangi anak-anaknya. Dan Ia menangguhkan 99 bagian rahmat itu sebagai kasih sayang-Nya pada hari kiamat nanti”. (HR Muslim).
Dari hadis ini tampak bahwa walaupun hanya satu rahmat-Nya yang diturunkan ke bumi, namun dampaknya bagi seluruh makhluk sungguh luar biasa dahsyatnya. Karena itu sudah sepantasnyalah jika kita merindukan kasih sayang, perhatian, dan perlindungan Allah SWT.
Tanyakanlah kembali pada diri ini sampai sejauhmana kita menghidupkan kalbu (hati) untuk berkasih sayang dengan makhluk lain? Kasih sayang dapat diibaratkan pancaran sinar matahari di pagi hari yang terus menerus datang.
Sejak dulu sampai sekarang, ia secara terus-menerus memancarkan sinarnya kepada kita semua, dan ia tidak mengharap sedikit pun sang cahaya yang telah terpancar kembali pada dirinya. Seharusnya seperti itulah sumber kasih sayang di kalbu kita yang melimpah terus tidak pernah ada habisnya
Kasih sayang, merupakan hal yang alami terjadi sepanjang masa, sepanjang waktu, sepanjang hari. Bahkan cinta (mahabbah) yang dipandang dari beberapa segi dalam upaya mengutarakan makna cinta yang sesungguhnya. Wallahua'lam
0 komentar:
Posting Komentar