Hari Sabtu, tanggal 6 April 2013, di komplek tempat saya tinggal diadakan pengajian rutin bulanan untuk semua bapak-bapak yang tinggal di komplek.
Hari itu, yang ketempatan pengajian rutin bulanan ini adalah rumah ustadz Suharsono, Lc sedangkan saya diminta untuk memberikan tausiyah ataupun kultum.
Sebenarnya saya sendiri belum tahu jadwal hari itu siapa yang mengisi tausiyah, namun saat acara dimulai, pak Heru Kusnanto (pak RT dilingkungan Komplek saya) menginformasikan jika saya yang tertera di jadwal pengisi tausiyah. Bismillah.
Dengan meminjam mushaf Alquran punya tuan rumah, bismillah, saya pun sharing tausiyah tentang: “Tawakal”. Yang hadir (Pak Suharsono, Pak Bobby, Pak Heru, Pak Jumroni, Pak Broto, Pak Anto, Pak Ena, Pak Yono, Pak Jajang, Pak Supri, Pak Aan dan saya sendiri)
Di dalam Islam, tawakal berarti berserah diri sepenuhnya kepada Allah SWT atas semua hal yang menimpa kita. Tawakal juga bisa berarti menyerahkan nasib diri dan nasib usaha kita kepada Allah SWT.
Namun kita sendiri juga tidak mengurangi usaha dan ikhtiar dalam hal itu. Jika apa yang kita inginkan itu dapat tercapai, maka hanya Allah yang punya kuasa. Sedangkan jika gagal, maka hanya Allah pulalah yang punya kuasa.
Seorang muslim yang bertawakal adalah yang selalu menyerahkan, menyandarkan dan mempercayakan kepada Allah SWT atas segala yang sudah dilakukannya. Namun perlu diingat juga, bahwa tawakal tidak sama dengan pasrah, tawakal adalah sebuah tindakan aktif dengan segala usaha keras yang dilakukan, sementara pasrah adalah tindakan pasif, menunggu saja.
“Apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang-orang yang bertawakal." (QS Ali Imran: 159)
Ayat diatas menjelaskan bahwa tawakal dilakukan setelah kita berikhtiar melakukan usaha yang terbaik sebanyak yang kita dapat atau sanggup lakukan. Sedangkan hasil yang diperoleh dari tawakal setelah berikhtiar harus kita hadapi dengan ikhlas, dan menerima dengan lapang dada apapun yang Allah SWT putuskan
Oleh karena itu, teruslah kita selalu berikhtiar untuk meraih yang kita inginkan. Setelah semua ikhtiar tercukupkan, maka bertawakallah kepada Allah. Serahkan semua hasilnya kepada Allah SWT.
Kita harus tetap optimis akan keberhasilan usaha secara maksimal dari kita dan berfikir positif terhadap kehendak Allah. Jika usaha kita berhasil, maka bersyukurlah kepada Allah atas karunia dan pertolongannya.
Namun apabila gagal, maka bersabarlah dan tidak berputus asa serta masih kuat kemampuannya untuk terus berusaha lagi. Mengapa seperti itu? karena Allah SWT Yang Maha Mengetahui apa yang terbaik untuk hambanya.
Hal yang jangan dilupakan adalah dengan berdoa. Ikhtiar, tawakal, ikhlas tidak akan sempurna tanpa dibarengi dengan doa. “Allahuma yassir wa laa tu'assir. Ya Allah, mudahkanlah jangan dipersulit”.
Dalam tawakal diperlukan satu keyakinan bahwa pada hakikatnya segala kekuatan, kebutuhan, dan keperluan berasal dari Allah SWT. Semua itu tidak berasal dari selain Allah, tidak berasal dari para penghuni alam semesta ini, dan tidak berasal dari sebab atau sarana.
Jika Allah berkehendak, maka Dia akan menghadirkan sebab atau sarana kepada makhluk, dan jika Dia telah berkehendak pula, maka dengan kekuasaan-Nya, Allah dapat mencukupkan rezeki si hamba tanpa disertai sebab atau sarana.
Jika kita meyakini kebenaran pernyataan ini, menghindarkan hati dari kesibukan-kesibukan manusia dan sebab (sarana) atau ketergantungan-ketergantungan dari selain Allah, serta mempergunakan potensi-potensi yang ada untuk mengingat Allah, niscaya kita telah bertawakkal dengan benar.
Buah tawakal kepada Allah SWT adalah berupa ketenangan dan ketentraman, kekuatan, ridha, penuh harapan. Disamping itu untuk dapat melaksanakan tawakal dengan sebenarnya, terdapat beberapa pendorong tawakal, yaitu:
1. Mengetahui Allah dengan Asmaul Husnanya
2. Percaya kepada Allah SWT
3. Mengetahui diri sendiri dan kelemahannya
4. Mengetahui keutamaan tawakal dan keadaan orang-orang yang bertawakal serta bergaul dengan mereka
"Dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan barang siapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan-Nya. Sungguh Allah telah mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu." (QS At Talaq: 3).
0 komentar:
Posting Komentar