Surga merupakan kerinduan setiap jiwa umat manusia sebagai kediaman di masa kekekalannya kelak. Surga, itulah puncak tujuan dan harapan yang tertanam dalam sanubari setiap mukmin.
Dari Abdullah Jabir bin Abdillah Al-Anshari ra, bahwasanya seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah saw, “Bagaimana pendapatmu, jika aku melaksanakan shalat-shalat fardhu, berpuasa di bulan Ramadhan, menghalalkan yang halal dan mengharamkan yang haram, serta aku tidak menambah dengan sesuatu apapun selain itu, apakah (dengan hal tersebut) bisa menjadikan aku masuk surga?” Rasulullah saw menjawab, “Ya.” (HR Muslim)
Masuk surga merupakan visi hidup jangka panjang setiap muslim. Harapan meraih surga itu yang menggerakkan generasi awal umat Islam dalam menyambut ajakan Allah dan Rasul-Nya, membela agama-Nya, dan bersegera meraih keridhaan-Nya. “Majulah kalian menuju surga yang luasnya seluas langit dan bumi!” (HR Muslim).
Tidak ada permohonan yang datang dari lubuk dan ucapan setiap muslim kecuali dapat merasakan nikmat surga di akhirat kelak. Seorang mukmin yakin bahwa kehidupan di dunia hanyalah sementara. Seorang mukmin juga yakin bahwa perjalanan masih panjang karena masih ada dua jenjang kehidupan lagi, yaitu kehidupan di alam kubur dan kehidupan akhirat yang kekal abadi.
Tujuan utama diturunkannya agama Islam ialah memberi rahmat bagi seluruh alam beserta isinya. Islam memberikan haluan berupa perintah dan larangan yang harus ditaati dalam segala aspek kehidupan.
Perintah dan larangan ini haruslah dilakukan dengan tegas dan konsistem. Jangan menghalalkan segala yang diharamkan, dan jangan pula mengharamkan atas segala yang dihalalkan.
Seringkali para sahabat mengajukan pertanyaan kepada nabi, “Ya Rasulullah, beritahu kami amalan yang dapat memasukkan ke surga?”. Mereka sangatlah merindukan surga. Pola kehidupannya dibangun dengan amalan-amalan yang dapat memasukkan diri ke surga.
Rasul SAW pun selalu membangkitkan rasa rindu surga dikalangan para sahabat, dengan memberikan beberapa amalan yang menjadikan pelakunya masuk surge. Contohnya beribadah kepada Allah SAW dan tidak menyekutukan-Nya, melakukan salat, zakat, puasa ramadhan serta menjaga silaturahmi.
Pastikan makanan dan minuman halal, banyak bergaul dengan orang shaleh, duduk di majelis ilmu, membiasakan saling menasehati dalam kebaikan dan kebenaran, serta memperbanyak istighfar.
Prinsip beribadah di dalam agam Islam, bukanlah sekali beramal, namun haruslah dilakukan dengan konsisten atau terus menerus. Meskipun nilai ibadah kecil namun dilakukan dengan konsisten akan lebih baik dibandingkan ibadah yang nilainya besar namun dilakukan sekali. Sedikit tapi terus menerus.
Surga tidak diraih melainkan bila mengikhlaskan peribadahan hanya untuk Dzat yang mencipta alam semesta dan mengamalkan perintah agama. Bagaimana generasi awal umat ini, perkara yang menyibukkan pikiran mereka adalah upaya meraih surga Allah dan menjauh dari azab-Nya.
Mereka datang meminta bimbingan dan arahan kepada Nabi tentang jalan yang mengantarkan kepada cita-cita yang mulia ini. Masih adakah kiranya orang di zaman sekarang yang meminta bimbingan kepada ulama dan nasihat mereka?
Kebanyakan manusia lebih memilih atau memikirkan bagaimana kehidupan dunianya, walaupun harus binasa akhiratnya. “Mereka mengetahui yang lahir (tampak) dari kehidupan dunia; sedangkan terhadap (kehidupan) akhirat mereka lalai”. (QS Ar Rum: 7). Semoga kita menjadi generasi yang beriman, bertakwa, dan mengerti betul apa yang harus dilakukan untuk mencari jalan menuju surga. Wallahua’lam
0 komentar:
Posting Komentar