Berbagai macam alasan mengapa seseorang itu menikah, dari yang bersifat lahiriah atau fisik hingga yang bersifat alasan agama.
Hal tersebut memang dibolehkan dalam agama seperti dalam hadits Rasulullah SAW, “Seorang wanita dinikahi karena empat perkara: karena hartanya, keturunannya, kecantikannya dan agamanya. Maka pilihlah wanita yang mempunyai agama, niscaya kamu beruntung”. (HR Bukhari dan Muslim)
Dalam hadits lainnya, Rasulullah SAW bersabda, “Dunia adalah kesenangan sementara, dan sebaik-baiknya kesenangan dunia adalah wanita (istri) yang sholehah”. (HR Muslim, An Nasa’i).
Dalam hadits tersebut Rasulullah SAW menyerahkan pilihan kepada setiap orang, tetapi Nabi menggaris bawahi untuk menentukan pilihannya yang taat beragama, baik calon mempelai pria atau wanita. Dari apa yang disampaikan Nabi SAW sangat luas sekali pengertiannya, dan dalam maksudnya.
Disinilah kunci awal kesuksesan seseorang dalam berumah tangga atau berkeluarga. Apa yang mendasari seseorang untuk memutuskan dirinya menikah. Di dalam AlQur’an Allah SWT memberikan gambaran beberapa alasan seseorang itu menikah atau berumahtangga.
Pertama, karena rasa cinta diri atau kecenderungan. Cinta model ini merupakan tingkatan terendah, karena menikah atau berkeluarga hanya mendasarkan hanya kepada lahiriyah atau fisik semata berupa penyaluran seksual yang hanya mengharapkan kenikmatan sesaat dan harta berlimpah (QS Ali Imran: 14).
Kedua, karena semangat saling memberi. Cinta model ini merupakan cinta yang memiliki semangat memiliki. Bila seseorang dalam menikah itu landasannya adalah saling cinta kasih dan kasih sayang, maka akan terbangun antara suami dan istri adanya semangat saling memberi, saling menyayangi, saling melengkapi dan saling menghormati.
Ketiga, karena semangat saling melindungi. Cinta model ini adalah cinta yang terbangun atas dasar ketidakrelaan seorang suami istri. Tidak rela apabila salah seorang anggota keluarga menderita, maka akan terdorong untuk saling melindungi, menghormati dan saling menghargai maka akan tertanam adanya komitmen bersama, tanggungjawab dan pengorbanan.
Keempat, karena semangat saling menerima apa adanya. Cinta model ini adalah cinta yang memerdekakan. Cinta yang tidak memiliki syarat apapun. Dengan cinta model ini, maka seorang suami istri akan saling menerima apa adanya, apapun kondisinya terkait dengan lahiriyah atau fisik, materi dan lainnya.
:: Foto diatas adalah foto pernikahan seorang rekan kerja, namanya Rizki Adawiyah bersama suami, menikah pada hari Minggu, 29 April 2012 atau bertepatan dengan 7 Jumadil Akhir 1433 H
0 komentar:
Posting Komentar