Senin, 22 April 2013

Sandi-Sandi Cinta, Kala Cinta Menyapa

Susah, memang susah. Rasanya jika kita menguraikan makna cinta, ia memiliki banyak makna tergantung siapa yang menerjemahkannya. Tidak cukup mulut mengatakan makna-maknanya, pun kertas tak muat untuk menuliskannya, dan siapa pun tak kan usang membicarakan makna cinta. Ya, begitulah cinta. Ia sebagai bahasa jiwa, jadi biarlah sang jiwa yang mengurai maknanya menjadi tulisan atau kata.

Kala cinta menyapa, tidak salah kita pun balik menyapa. Itu adalah fitrah yang telah Allah berikan kepada setiap manusia. Tapi semoga kita sapa ia dengan cara yang tepat. Jangan sampai cinta sebagai fitrah menjadi badai yang seketika menjatuhkan kita pada fitnah dari fitrahnya.

Kala cinta menyapa, saking senangnya kadang ia membuat hati berdegup-degup, jantung meloncat-loncat, raut muka sumringah bahagia, seolah si dia membisikan syair-syair yang menyihir benak dan rasa. Maka jangan heran ketika ada rekan kita senyum-senyum girang saat saling sapa, atau berpapasan dengan si dia. Karena memang begitulah cinta, ia menggelitik hati membawa riak-riak yang berubah menjadi gelombang lamunan yang amat jauh.

Ah, memang begitu lah cinta. ia hadir menjadi sebuah gelombang yang merubah struktur jiwa dan karakter manusia. Cinta dapat merubah manusia menjadi apapun. Majnun kah seperti cinta laila, Gila seperti cinta Romeo Juliet, Cemburu seperti Aisyah pada rosul atas khadijah, sengsara seperti cinta Fatkai yang berhujung “begitulah cinta, penderitaannya tiada akhir”.

Semoga kita tidak salah memberikan makna dan ruang atas cinta. biarkan cinta kita mengalir atas fitrah kesucian yang telah diberikan oleh ia yang maha Suci. sehingga ada dua jenis cinta yang beberapa kalangan sampaikan yaitu cinta imani dan cinta syahwat. Cinta imani ialah cinta yang semakin mendekatkan diri pada Rabb yang memberikan cinta dalam bingkai syariah yang lahir atas konsekuensi iman. Sedangkan cinta syahwat, ialah cinta yang hanya berlandaskan keinginan nafsu dan hasrat pribadi.

Kala cinta menyapa, maka akan ada sandi-sandi yang lahir tanpa adanya kordinasi dan komunikasi, sandi itu lahir atas keserasian rasa dan jiwa dari mereka yang sedang merasakan getar cinta. maka wajar jika cinta adalah hasil dari hati-hati yang saling mengenali. Jika kata rekan kampusku, “akhi, tau ga? jika orang yang sedang jatuh hati/cinta, itu kerasa.

Kerasa saat berpapasan, kerasa saat berkata, kerasa saat diberikan senyum. seolah ada getaran yang menggelombang”. Ungkapan saudaraku ini, mungkin ungkapaan karena ia sedang terserang penyakit cinta. Bisa jadi memang seperti itu rasanya. biasanya pelaku lebih valid, dibandingkan pengamat. Semoga Allah tetap menjaga antum akhi...

Kala cinta menyapa, ada sandi-sandi yang menautkan antara dua hati. Mungkin kita pernah menyaksikan pasangan suami istri, atau pasangan pengantin muda yang sedang dilanda badai cinta, ia begitu terlihat mesra, kompak dan bersahaja. Sepertinya benar menjadi keluarga Asmara yang kala pada resepsi banyak doa yang disampaikan pada kedua pasangan.

Saat mereka berbicara, bertindak, dan meminta, keduanya saling mengerti meski bukan kata yang bicara hanya mata yang mengerling saja. Inilah sandi-sandi cinta, kala cinta menyapa keduanya saling memahami dan mengerti. karena jiwa mereka telah bertaut, menyatu atas iman dan cinta pada tuhannya.

Hati mereka menjadi satu, sehingga wajar hati, kata salim A fillah “bicara tanpa kata, menjawab tanpa suara, dan sering menyengat tanpa terlihat. tapi terasa”. Semoga Allah SWT tetap menjaga diri kita atas hadiah yang Allah berikan kepada manusia yaitu cinta, semoga kala cinta menyapa, sandi-sandi itu di terjemahkan kala pada waktunya saja. Wallahua’lam

:: Artikel dikirim oleh Nurdin Hoerrudin | sekarang tinggal di Jakarta-Depok | @BangNadash


Rumah Motivasi Online menerima tulisan, artikel membangun jiwa, motivasi. Kirim tulisan sahabat ke email saya; cepypram@yahoo.com atau infokan @CepPangeran

0 komentar:

Posting Komentar