Kamis, 03 Januari 2013

Arus Deras Invasi Pemikiran bernama GHAZWUL FIKRI

Dalam arus globalisasi saat ini, tidak ada satu informasi yang dapat disembunyikan. Arus informasi ini telah masuk kedalam segala aspek sendi-sendi kehidupan. Dengan menonton televisi, pada saat bersamaan kita dapat dengan mudah melihat beberapa peristiwa yang terjadi disegala penjuru dunia.

Dengan menggunakan dan melihat internet, dimanapun kita berada, dapat dengan mudah menerima dan mengirim informasi. Bahkan sekalipun kita sedang berada di kamar kecil, misalnya.

Disatu sisi arus informasi tersebut dapat digunakan sebagai wahana untuk meningkatkan pengetahuan, peningkatan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT, peningkatan ukhuwah Islamiyah dan peningkatan sumber daya manusia sekaligus media informasi dakwah. Melalui media televisi dapat dengan mudah kita memperoleh informasi yang mutakhir.

Begitu pula dengan internet. Melalui internet dengan mudah kita menerima informasi yang paling mutakhir sekalipun tentang penemuan-penemuan baru, teori-teori, faham, kita dapat dengan mudah tukar menukar informasi antar sesama muslim sejagat melalui jejaring sosial media. Kita juga menyadari bahwa melalui jalur internet kita dapat menyebarkan ukhuwah Islamiyah ke seluruh dunia.

Tetapi di lain pihak, mudahnya arus informasi ini dapat dipandang sebagai “musuh” jaman modern yang apabila kita tidak memiliki benteng pertahanan yang kuat, maka akan dengan mudah merusak tatanan kehidupan dan tatanan agama, yang pada akhirnya akan merusak mental dan akhlak.

Bagi mereka yang sering, bahkan 24 jam menggunakan internet, akan menemukan lembaran-lembaran biru, faham-faham sekulerisme, liberalisme, caci maki, serta bentuk lainnya yang dengan tanpa sensor sedikitpun dapat dengan mudah kita nikmati.

Sadar tidak sadar, ada pihak-pihak tertentu yang memanfaatkan kemajuan teknologi ini untuk menyebarluaskan paham-paham tertentu yang tidak sesuai dengan ajaran Islam. Kedua kutub tersebut ternyata pada akhirnya akan menimbulkan perang jaman modern yang tidak perlu lagi memerlukan senjata pembom atau senjata biologis yang dapat melemahkan syaraf manusia maupun membumi hanguskan manusia, tetapi ternyata kemampuannya lebih dasyat, melebihi kedua jenis senjata tadi.

Perang tersebut dinamakan perang pemikiran (BATTLE MIND) atau GHOZWUL FIKRI. Dalam menghadapi perang pemikiran tersebut apabila tidak dibekali dengan senjata yang ampuh, pada akhirnya akan kalah dalam pengertian terjerumus menjadi kambing-kambing pengembik yang sekalipun berpendidikan tinggi, tetapi mental dan akhlaknya rusak. Lalu yang menjadi pertanyaan adalah senjata apakah yang dapat dengan ampuh melawan perang tersebut?

Banyak senjata yang dapat digunakan, salah satunya antara lain adalah melalui pendidikan Islami yang terpadu, yaitu pendidikan yang tidak memisahkan antara ilmu pengetahuan dan agama. Melalui pendidikan yang Islami ini diharapkan selain mempersiapkan diri menjadi orang yang berilmu pengetahuan (pinter) tetapi juga memiliki keimanan yang kuat sebagai landasan amal.

Dan amaliyah hati adalah lebih penting daripada amal fisik. Kita juga senantiasa berusaha menyelaraskan antara kedua segi amaliyah dalam bentuk yang sesempurna mungkin sehingga kita tidak menjadi manusia yang keblinger.

Allah SWT berfirman dalam alquran, “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu kedalam Islam keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu”. (QS Al Baqarah: 208).

Pendidikan merupakan asas utama bagi kehidupan di dunia dan diakhirat yang dapat membedakan antara manusia dan binatang. Ilmu dan pendidikan merupakan asas perkembangan intelektual. Pendidikan juga dapat membedakan kemampuan dan derajat seseorang. Allah Swt menekankan bahwa derajat peradaban manusia sangat bergan-tung kepada pendidikan.

“Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, “Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis,” niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengeta-huan beberapa derajat. Dan Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan”. (QS Al Mujaadilah: 11)

Dengan adanya pendidikan jelas bahwa derajat manusia akan meningkat karena adanya pendidikan (ilmu), amal, dan keimanan. Ketika peradaban manusia dalam keadaan yang sangat terbelakang saja, yaitu pada jaman jahiliyah, wahyu pertama yang diturunkan Allah Swt kepada Nabi Muhammad Saw juga merupakan kegiatan yang berkenaan dengan perlunya ber-pikir dan belajar: “Bacalah dan Tuhanmulah yang maha pemurah. Yang mengajar manusia dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”. (QS Al Alaq: 3-5).

Untuk mengatasi informasi yang datang sangat deras itu diperlukan pendidikan yang Islami untuk melawan dan memanfaatkannya. Namun sekali lagi, pengetahuan dimaksud bukan hanya menjadikan pintar saja melainkan juga berakhlak baik.

Pendidikan yang Islami pada hakikatnya dibangun atas landasan: Pertama, konsep penciptaan manusia yang memiliki fitrah hanifah. Kedua, membantu pertumbuhan yang seimbang dari keseluruhan kepribadian. Ketiga, merealisasikan kepasrahan yang total dan utuh kepada Allah SWT, baik pada tingkat individual, komunal, maupun pada tingkat umat.

Pendidikan yang Islami adalah pendidikan yang melatih kepekaan kita sedemikian rupa sehingga membentuk perilaku dan memiliki wawasan pengetahuan yang sesuai dengan nuansa Alquran dan As Sunnah.

Pendidikan secara Islami pada hakekatnya bertujuan: Pertama, menyadarkan manusia akan kedudukannya terhadap Allh SWT sehingga dapat menumbuhan motivasi dan membina diri (aktualisasi diri) dan menumbuhkan amanah serta tanggung jawab. Kedua, menyadarkan manusia secara individual pada kedudukan dan tugasnya sebagai khalifah sehingga dapat menumbuhkan sifat apresiatif, partisipatif, dan kontributif.

Lalu pertanyaannya, siapkah kita tidak lagi membuka internet yang akan menimbulkan konflik batin bagi kita? Siapkah kita mendidik diri sendiri dengan konsep pendidikan Islam secara terpadu seperti dikemukakan di atas disertai dengan senantiasa berdoa dan berusaha?

Siapkah kita senantiasa paling tidak pernah menyebarluaskan ukhuwah Islamiyah melalui salah satu keunggulan era globalisasi ini? Siapkah kita untuk selalu senantiasa menyebarkan kebaikan-kebaikan dan dakwah Islamiyah melalui media internet ini?. Jika siap, ucapkan Bismillah, sebagai langkah awal dalam mengemban nilai-nilai dakwah Islamiyah.

Dan janganlah kamu memohon kepada selain Allah, apa saja yang tidak dapat memberi manfaat dan tidak pula memberi mudharat kepadamu, maka apabila kamu kerjakan, maka kamu termasuk orang-orang yang dzalim”. (QS Yunus: 106)


0 komentar:

Posting Komentar