Rabu, 29 Mei 2013

KISAH SEBUAH SITAR


Alkisah, hiduplah seorang yang baik hati yang sedang berada di dalam pencariaannya menuju kebahagiaan, mencari jalan menuju kebenaran. Pada suatu hari, dia pergi mencari seorang tua yang bijaksana, yang diyakininya dapat menunjukkan jalan kepadanya untuk mencapai tujuan tersebut.

Orang tua yang bijaksana itu menerima kedatangannya dengan hangat. Ketika itu dia sedang duduk di muka pintu tendanya. Sambil menjamu tamunya dengan segelas teh hangat rasa menthol, orang tua itu menjelaskan rahasia menuju kebahagiaan dan kebenaran.

"Itu merupakan perjalanan yang jauh," kata orang tua itu, "tapi kamu pasti dapat menemukannya. Kamu harus mendatangi sebuah desa yang akan saya jelaskan nanti, disana rahasia itu akan kamu temukan. "Memang itu perjalanan yang jauh. Si pencari melewati banyak lembah dan menyeberangi banyak sungai. Pada akhirnya dia sampai juga di desa itu. Katanya dalam hati, "Ini tempatnya. Pasti ini tempatnya".

Dia yakin bahwa ini tempatnya. Dia menemukan tiga toko kecil. Ketika dia masuk ke dalam toko-toko tersebut si pencari sangat kecewa. Di toko yang pertama, dia hanya menemukan gulungan kabel. Di toko kedua dia menemukan tak lebih dari beberapa keping kayu. Dan di toko ketiga, hanya ada beberapa besi yang bentuknya tidak beraturan.

Lebih dari putus asa, dia meninggalkan desa itu dan menemukan tempat istirahat malam itu. Sebuah daerah terbuka yang tidak terlalu jauh dari desa. Ketika malam tiba, bulan purnama menyinari tempat itu dengan cahayanya yang lembut. Sesaat sebelum dia tertidur, terdengarlah olehnya suara indah berasal dari desa. Alat musik apakah yang sanggup melahirkan sebuah harmoni yang sempurna. Segera dia berdiri dan berjalan menuju dimana kemungkinan si musisi berada. Dia terpukau ketika menemukan bahwa suara indah itu berasal dari sebuah sitar. Sitar yang sederhana yang terbuat dari kawat, kayu dan kepingan besi yang dia remehkan sebelumnya. Saat itu juga dia menyadari dan mengerti bahwa kebahagiaan adalah gabungan dari hal-hal yang telah ada di dalam diri kita selama ini.

0 komentar:

Posting Komentar