Minggu, 30 Desember 2012

Perjalanan ke titik start tak kalah seru (catatan-3)

Nikmatnya berarung jeram, sekaligus bisa menyatu dengan alam dapat memberikan kenyamanan pada hidup kita. Dengan berjalan dan bermain di alam terbuka, ada kesenangan lebih, karena bisa mengeksplorasi untuk menambah pengalaman.

Terlebih sungai Citarik ini dipilih jadi lokasi outbond karena kawasan ini memiliki daya tarik wisata air yang menarik dan menantang.

Setelah semuanya siap mengenakan baju pelampung, topi, dan masing-masing membawa dayung, peserta diangkut dengan mobil pick up menuju titik start.

Perjalanan ke titik start juga tidak kalah seru dan menegangkan. Dengan menggunakan tiga mobil bak terbuka, peserta dibawa melintasi jalan pedesaan yang sempit, berkelok-kelok, naik dan turun.

Semua rombongan naik mobil pick-up kecil dan besar dengan tempat duduk kayu disisi kiri dan kanannya.

Saya sendiri duduk bersama Ketua DPC PKS Pesanggrahan, Mohammad Yamin yang terlihat cukup santai ikut nongkrong diatas bak pick-up. Kurang lebih 5 km kami menuju tempat “start” menyusuri jalan bebatuan dan berkelak-kelok.

Akhirnya rombongan tiba di lokasi, kami pun langsung diajak ke pinggir sungai dimana sebanyak enam perahu telah menunggu untuk dinaiki. Satu persatu, peserta naik di atas perahu karet. Setiap perahu, dijaga seorang pemandu (guide). Sedangkan jika ada anak-anak, setiap anak akan dijaga dua pemandu.

Di atas perahu karet, kami diberikan “briefing” singkat terlebih dahulu oleh pemandu. Di awali dengan informasi dari pemandu SELARAS yang memberikan tips jelang berarung jeram. Maju, mundur, geser kiri, geser kanan, buum...!!.

Demikian instruksi pemandu yang harus diikuti oleh peserta arung jeram saat menembus derasnya gemuruh air sungai Citarik.

Untuk kata yang terakhir ini adalah posisi ketika kita menghadapi turunan jeram yang curam atau menghindari ranting pohon di pinggir sungai dengan cara menundukkan badan ke bawah dengan posisi tangan memegang ujung kayuh berada didasar perahu, ini gunanya supaya tidak terlempar dari perahu ketika akan bertabrakan keras dengan batu atau perahu lainnya serta untuk menghindari ranting-ranting pohon.

Kami lalu diminta duduk di pinggir perahu karet dan meletakkan kaki kami ditempat yang disediakan didalam perahu karet agar kondisi selalu stabil selama diombang-ambingkan arus sungai. “Mari kita berdoa dulu sebelum berangkat ya,” kata kang Akes pemandu perahu yang saya tumpangi.

Kami berlima pun khusyuk berdoa yang dipimpin oleh Mohammad Yamin. Setelah doa selesai dipanjatkan, kami berempat pekikan takbir, “Allahu Akbar” sebanyak tiga kali yang dilanjutkan dengan aba-aba dari pemandu. “Siap berangkat,” kata kang Akes. “Siap, Allahu Akbar,” jawab kami semuanya. Berangkattttttt..majuuuuuu... - @CepPangeran



0 komentar:

Posting Komentar