Sabtu, 29 Desember 2012

Membangun keharmonisan rumah tangga

Membangun sebuah keharmonisan dalam rumah tangga tak semudah seperti membalikkan telapak tangan, karena pernikahan atau berumahtangga adalah penyatuan dua pribadi yang berasal dari latar belakang berbeda, baik itu kultur sosial, budaya, ekonomi serta lingkungan keluarga.

Ada kultur keluarga Betawi, Sunda, Jawa, Padang, Madura, Makassar dan lainnya. Karena itu, seringkali kita mendengar meski pernikahan sudah dijalani selama bertahun-tahun, namun masih saja terkendala dengan hambatan dalam membangun keharmonisan dalam rumah tangga.

Banyak penyebab yang menjadi pemicu pertengkaran dengan pasangan suami istri. Mulai dari yang kecil yang terlalu dibesar-besarkan, masalah keuangan, kebiasaan hidup serta masalah komunikasi antara suami istri yang sering menemui jalan buntu.

Kebuntuan komunikasi suami istri seringkali menjadi penyebab sulitnya pasangan untuk dapat saling mengenali dan memahami satu sama lainnya. Meskipun demikian setiap individu pastinya memiliki perbedaan, namun sebenarnya tetap bisa diselaraskan dengan baik sepanjang ada kemauan untuk melakukan keterbukaan komunikasi antara suami istri.

Untuk memecahkan kebuntuan komunikasi dengan suami atau isteri, sebaiknya mereka harus berusaha untuk berlatih mengungkapkan segala perasaan, keinginan, dan ketidaknyamanan pada pasangannya.

Bila masih takut, ragu, nggak enakan, maka cobalah untuk menulis surat dulu sebagai surat cinta kepada pasangan kita. Namun, pasangan (suami-istri) juga perlu berlatih untuk dapat menjadi pendengar yang baik dan tetap diam, penuh perhatian dan hindari berbantahan ketika saling mengungkapkan perasaan masing-masing.

Namun, yang perlu diperhatikan saat adalah keinginan membuka komunikasi dengan pasangan kita (suami-isteri), lakukanlah saat kondisi yang tepat. Misalnya, ketika sedang mesra atau akur dengan pasangan, berpergian, atau keadaan enjoy. Dan coba hindari membuka komunikasi saat pasangan kita dalam kondisi tengah lelah, lapar, mengantuk atau ketika sedang sedih dan gundah gulana.

Bila pola komunikasi pasangan sudah terbangun dengan baik, maka akan lebih mudah bagi masing-masing pasangan untuk dapat saling memahami. Seharusnya, setelah menikah tidak ada lagi, pasangan (suami-istri) yang saling menonjolkan “ego” nya masing-masing.

Karena setelah membina berumah tangga, hubungan suami isteri bukanlah hubungan antara “aku” dan “kamu” lagi, akan tetapi hubungan “kami”. Karenanya, dalam memutuskan apapun dari pasangan kita menjadi sangat penting, karena suami-isteri adalah satu kesatuan yang utuh dan bukanlah terpisah.

Jadikan pasangan kita sebagai partner dalam suka dan duka, sekaligus sahabat yang hubungannya berlandaskan rasa cinta dan kasih sayang. Rasa cinta itu sendiri harus senantiasa dipelihara dan dipupuk agar tumbuh, berkembang dan kokoh saat beragam masalah kehidupan datang menerpa kehidupan rumah tangganya.

Lihatlah, ingatlah dan carilah sebanyak mungkin kebaikan-kebaikan dari pasangan kita. Lalu carilah, ingatlah dan sadarilah juga kekurangan-kekurangan diri sendiri. Mungkin hal ini terdengar klise dan sepele.

Pada akhirnya, setiap hati adalah milik Allah SWT, maka untuk mengetuk hati dekatilah Sang pemilik hati. Mintalah kepada Allah SWT dengan memperbanyak ibadah dan doa agar hati ini selalu berpadu dalam cinta kepada-Nya. Wallahua'lam

0 komentar:

Posting Komentar