Kamis, 03 Oktober 2013

Keluargaku adalah Beranda Surga Bagiku

Rasa kasih dan sayang sangat lekat dalam diri kita. Rasa inilah yang mewarnai kehidupan berumahtangga bersama istri, suami, anak, dan orang-orang yang kita cintai dalam keluarga.

Rasa yang menjelma dalam warna-warna indah itu terhimpun menjadi keinginan yang membuncah. Keinginan untuk membangun surga dalam keluarga sehingga kebahagiaan mengisi setiap jenak perjalanan hidup kita.

Setiap keluarga mendambakan sebuah ketenangan. Di dalamnya, penuh jalinan cinta dan kasih sayang dalam membangun mahligai kebahagiaan. Dan kebahagiaan yang hakiki adalah ketika kita dapat meraih surga di akhirat nanti. Hal itu menuntut kita untuk mampu menjadikan seluruh lingkungan, termasuk rumah keluarga menjadi taman-taman atau beranda surga duniawi yang mampu menghantarkan semua keluarga kita menuju taman-taman surga ukhrawi.

Baiti Jannati, rumahku laksana surga bagiku. Begitulah ungkapan yang terlontar dari lisan Rasulullah SAW. Keberhasilan Rasulullah SAW patut menjadi tauladan bagi setiap umatnya dalam membina hubungan berumah tangga. Ungkapan inipun menjadi semboyan oleh setiap rumah tangga muslim yang mendambakan rumah tangga bahagia.

Keluarga sakinah, mawaddah dan rahmah (Samara) merupakan dambaan setiap insan yang menjalani bahtera rumah tangga. Ia bagaikan beranda surga di dalam keluarga. Keindahan surga rumah tangga tersebut dapat diwujudkan dengan upaya bersama buah dari peduli dan berbagi suami dan istri. Yang satu tidak menjadi beban bagi yang lainnya, tapi sebaliknya memperkuat satu sama lain.

Kebahagiaan itu sangat dekat dengan diri manusia. Sebab kebahagiaan itu ada di dalam hati. Ekpresi jiwa akan menggambar suasana hati manusia. Sedih, tertawa, gembira, gelisah, marah atau perasaan takut bermula dari hati. Karena itu adalah wilayah yang mendominasi hati. Materi kehidupan hanyalah alat yang menopang kebutuhan manusia. Ia bukan sumber kebahagiaan. Di dalamnya ada kecemasan, kegelisahan dan ketidakharmonisan.

Tentunya kita berharap rumahtangga yang kita jalani menjadi damai bagaikan surga, yang di dalamnya ada pasangan yang penuh perhatian, cinta, selalu akur, dan nyaman sehingga terkadang mereka lebih betah di rumah ketimbang mengisi hari-hari luang di luar rumah. Rumah tangga seperti ini tidaklah didapatkan, tetapi ia dibangun dan dibina sedemikian rupa.

Pertama, adanya saling kepercayaan. Kedua, adanya saling keterbukaan. Suami adalah pelindung bagi istri, dan istri adalah selimut sekaligus bendahara bagi suami. Suami yang baik selalu terbuka dalam hal apa pun, begitu pula sebaliknya. Keduanya juga harus mampu menjaga kehormatan dan dapat menyenangkan hati pasangan.

Ketiga, perlu pembiasaan seorang istri dengan menyambut suami dan suami seringlah bercanda-tawa dengan istri. Hal ini dapat meningkatkan keharmonisan dalam rumah tangga. Keempat, jangan menyebarkan aib. Apa yang terjadi dalam rumah tangga, cukuplah pasangan tersebut yang merasakan kekurangan dan kelebihannya.

Orang lain tidak perlu tahu masalah yang dihadapinya. Orang tua sekali pun. Aib pasangan kita, jika keluar dari rumah, hanya akan menambah kehinaan dan kerendahan rumah tangga itu sendiri, tidak lebih. Jadi, jika bisa utamakan komunikasi, musyawarah, sharing, diskusi dan pencarian solusi.

Kelima, jadikan rumah tangga taman-taman surga, yaitu dengan zikir, fikir, dan amal soleh. Hal ini penting untuk mempertahankan suasana religius. Selain itu, kegiatan tersebut dapat mendamaikan hati dan menghiasi rumah tangga tanpa adanya gangguan setan yang sewaktu-waktu menyelinap dalam hati.


0 komentar:

Posting Komentar