Minggu, 18 November 2012

Tarbiyah Dzatiyah

Tarbiyah dzatiyah adalah sarana tarbiyah (pembinaan), yang diberikan orang muslim atau muslimah kepada dirinya sendiri untuk membentuk kepribadian Islam yang sempurna di seluruh sisinya, baik iman, akhlak, ilmiah, sosial, dan sebagainya.

Dengan kata lain tarbiyah dzatiyah adalah tarbiyah seseorang terhadap dirinya dengan dirinya sendiri. Dalam pengertian ini tarbiyah dzatiyah setara dengan tarbiyah jama’iyah. Dengan mengikuti forum-forum tarbiyah, secara otomatis diri seseorang akan tertarbiyah.

Adapun urgensi tarbiyah dzatiyah:

1. Menjaga diri sendiri didahulukan daripada menjaga orang lain. Allah SWT berfirman, “Hai orang-orang yang beriman jagalah diri dan keluarga kalian dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu”. (QS At Tahrim: 6)
2. Siapa lagi yang mentarbiyah diri selain diri kita sendiri.
3. Yaumal hisab yang pasti terjadi kelak bersifat individual. “Dan setiap mereka datang kepada Allah pada hari kiamat sendiri-sendiri” (QS Maryam: 95)
4. Lebih mampu menciptakan perubahan
5. Tarbiyah dzatiyah sarana yang dapat membuat istiqomah
6. Merupakan dakwah yang efektif
7. Keistimewaan tarbiyah dzatiyah, membentuk pribadi yang berkarakter

Ada pula beberapa faktor penyebab seseorang meninggalkan tarbiyah dzatiyah:

a) Minimnya ilmu
b) Tidak memiliki tujuan hidup yang jelas
c) Lengket dengan dunia
d) Memiliki pemahaman yang salah tentang tarbiyah. Merasa tidak membutuhkan tarbiyah dzatiyah karena telah melakukan ibadah-ibadah yang wajib, sehingga memahami bahwa tidak perlu ibadah-ibadah tambahan lainnya.
e) Minimnya basis tarbiyah
f) Langkanya seorang murobbi (pembina)
g) Perasaan akan panjangnya angan-angan. Merasa hidupnya masih panjang, dan masih banyak waktu untuk tarbiyah dzatiyah.
Lalu, apa saja sarana tarbiyah dzatiyah?

Berikut beberapa sarana tarbiyah yang dapat dijalani oleh seorang muslim.

1. Muhasabah. “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat)”. (QS Al Hasyr: 18)”

Urgensi muhasabah: Ibnu Al Qayyim berkata mengenai muhasabah, “Hal yang paling bermanfaat bagi seseorang ialah ia duduk sesaat ketika hendak tidur. Ia lakukan muhasabah terhadap dirinya pada saat tersebut atas kerugian dan keuntungannya pada hari itu. Lalu, ia memperbaiki taubatnya dengan nasuhah kepada Allah SWT, lantas tidur dalam keadaan bertaubat dan bertekad tidak melakukan dosa yang sama jika ia telah bangun. Itu ia kerjakan setiap malam. Jika ia meninggal pada malam tersebut, ia meninggal dalam keadaan bertaubat. Jika ia bangun, ia bangun dalam keadaan siap beramal, senang amalnya ditunda, dan siap mengerjakan perbuatan-perbuatan yang belum ia kerjakan”.
2. Taubat
3. Mencari ilmu dan memperluas wawasan. Banyak hal yang dapat dilakukan, seperti menghadiri peertemuan-pertemuan tarbiyah, membaca buku, dan sebagainya. Yang perlu diperhatikan, ikhlas dalam mencari ilmu, rajin, menerapkan ilmu yang telah didapatkan, dan menunaikan hak ilmu dengan mendakwahkannya.
4. Mengerjakan amalan-amalan iman. Ibadah wajib, peduli terhadap ibadah sunnah dan dzikir (membaca Alquran, dan sebagainya.
5. Memperindah akhlak. Sabar, membersihkan hati dari akhlak tercela, meningkatkan kualitas akhlak, bergaul dengan orang-orang yang berakhlak mulia, memperhatikan etika-etika umum.
6. Melibatkan diri dalam kegiatan dakwah. Merasakan kewajiban dakwah, menggunakan setiap kesempatan untuk berdakwah, terus-menerus, gunakan segala cara yang baik, beramal jama’i.
7. Mujahadah (bersungguh-sungguh)
8. Berdoa dengan tulus kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. “Iman pasti lusuh dihati salah seorang dari kalian, sebagaimana pakaian itu lusuh. Maka itu mintalah Allah memperbaharui iman di hati kalian”. (HR At Thabrani, sanadnya hasan).

Buah dari tarbiyah dzatiyah:
1. Mendapat Ridha Allah SWT
2. Kebahagiaan dan ketentraman
3. Dicintai dan diterima Allah
4. Sukses
5. Terjaga dari keburukan
6. Keberkahan waktu
7. Sabar dalam segala kondisi
8. Jiwa merasa aman


Diringkas oleh: Cecep Y Pramana
Dari buku: “Tarbiyah Dzatiyah” karya: Abdullah bin Abdul Aziz Al Aidan
 

0 komentar:

Posting Komentar