Kamis, 22 Agustus 2013

Fitrah Manusia

Fitrah manusia pada dasarnya selalu mengakui pada kebenaran yang hak. Tetapi pada realitasnya manusia selalu dihadapkan pada hal-hal yang berlawanan, yaitu sifat yang cenderung untuk berbuat jelek (maksiat) dan merusak.

Hal ini disebabkan besarnya pengaruh hawa nafsu yang disetir oleh syaitan. Jika tidak segera dikenali maka hal ini akan menurunkan derajat iman dan takwa kita menuju tingkatan yang paling rendah, naudzubillah.

Sesungguhnya semakin tinggi tingkat keimanan dan ketakwaan seseorang semakin tingi pula tingkat godaannya. Godaan syaitan ini tidak hanya dari satu arah, tetapi dari berbagai arah dan cara serta terus menerus.

Sesuai janjinya saat berdialog dengan Allah SWT, syaitan akan menggoda manusia dan meminta kepada Allah agar umurnya diperpanjang sampai hari kiamat (QS 7: 14-17 dan QS 25: 36-39).

Oleh karena itu, untuk melawannya seorang mukmin harus mempunyai senjata atau kekuatan sehingga keimanan dan ketakwaannya tidak menurun. Yaitu dengan kesabaran, keikhlasan dan rasa optimisme dalam melaksanakan ibadah kepada Allah SWT.

Apabila usaha ini dapat dipertahankan maka keimanan dan ketakwaan kita akan semakin meningkat menuju derajat mukhlisin, yang telah dijanjikan Allah tidak akan tergoda oleh syaitan (seperti dalam QS 15: 39-40).

Harus kita sadari bahwa pertumbuhan keimanan dan ketakwaan ini tidak selalu berjalan mulus seperti yang kita harapkan. Bagaikan di jalan raya, terkadang ada hambatan ataupun rintangan yang datangnya tak terduga.

Oleh karena itu perlu dilaksanakan secara terus-menerus dalam segala situasi dan kondisi, yaitu dengan tarbiyah ruhiyah. Tarbiyah ruhiyah adalah usaha terapi rohaniah untuk menumbuh-suburkan takwa dalam diri seorang hamba.

Dalam hal taqwa ini, Sayyid Qutb berkata bahwa “dengan bekal takwa hati akan selalu terjaga, waspada, hati-hati, selalu konsentrasi dan penuh dengan inspirasi yang menjurus kepada kebaikan”.

Takwa adalah sumber cahaya yang menerangi langkah kita untuk menuju kepada Allah SWT dan sekaligus sebagai pengendali seluruh perbuatan yang akan dikerjakan. Takwa adalah sifat yang dinamis, artinya dapat berubah setiap saat berdasar input yang ada, hawa nafsu juga ikut berperan dalam hal ini.

Oleh karena itu perlu adanya filter pada diri seseorang. Sebaik-baik filter adalah pengetahuan (ilmu) dan ketajaman/kepekaan hati (bashirah) yang selalu dilatih untuk hal-hal yang baik.

Takwa adalah sumber kekuatan untuk menghadapi permasalahan, yang secara logis tidak mampu diselesaikan, kecuali berkat pertolongan Allah SWT. Pangkal ketakwaan adalah rasa ikhlas dan kesabaran dalam semua amal dan perbuatan.


0 komentar:

Posting Komentar