Suatu hari, si sulungku pulang sekolah dengan muka cemberut. Dilemparnya tas sekolah dengan kasar. Spontan tanganku berkacak pinggang. Seperti menyadari kesalahannya, dia mengambil kembali tas yg dilempar dan menaruhnya di meja. ‘ Ada apa, nak. Kog mukanya cemberut gitu?”tanyaku penuh selidik Dia tak menjawab malah masuk ke kamarnya . Berusaha utk memberi kesempatan padanya utk meredakan kekesalannya (mungkin), tanpa bertanya lg aku beranjak ke dapur melanjutkan aktifitasku yg tadi tertunda.. Dan benar, tak lama kemudian dia menghampiriku.
“Ma…tadi bu guru kasih tugas bikin puisi . Abang nga bisa,”
“lho, kog nga bisa. Memang puisinya tentang apa?”
“Kasih ibu. Selesai dibuat dibacakan di depan kelas. Semua teman udah tampil, tapi abang belum karena puisinya belum siap.”
“Hmmm…sekarang ganti baju dulu, terus makan. Nanti selesai cuci piring mama bantu abang bikin tugas ya..” Namun ternyata jawabanku tetap tidak memuaskannya. Terlihat dari wajahnya yg masih cemberut. Tak berapa lama, kudengar suara rengekannya membujuk si kakek untuk membuatkan puisi tersebut. Dan sepertinya si kakek tak tega mendengar rengekan sang cucu. Buru-buru kuselesaikan pekerjaanku .
“Bang, puisinya kakek yang buat ya?” tanyaku . Dia mengangguk malu. Kudekati dia yg tengah asyik menyalin tulisan si kakek ke buku tulisnya..
“Abang masih ingat cerita ini nga? Dengarin ya.. suatu hari truk sampah bernama gorby ingin bertemu dengan tokoh idolanya yaitu Frank si truk super. Ketika bertemu, si gorby saking gugupnya tidak bisa berkata apa-apa. Kemudian dia minta tolong pada Finley si mobil pemadam kebakaran untuk mendiktekan kata-kata melalui pesawat radio walki talki.. Kata-kata yang diucapkan Finley itulah yang diulang Gorby untuk mengungkapkan kekagumannya pada Frank. Tapi kemudian perbuatan keduanya diketahui Deck si truk pasir yg kemudian memberitahu Frank bahwa Gorby berbohong dan kata2nya tadi bukan kata2nya sendiri melainkan kata2 si Finley. Finleypun menjelaskan semuanya pada Frank, Dan tanpa sengaja Gorby keceplosan ngomong kalau dia sangat mengagumi Frank dan sangat ingin menjadi truk sehebat Frank. Dan Frank menyukai cara bicara Gorby itu. Singkat cerita Frank menasehati Gorby untuk bisa berbicara sendiri dan mengungkapkan sendiri apa yang ingin disampaikannya. Karena untuk membuat orang lain terkesan kita harus menjadi diri kita sendiri. Ingat nga kata kuncinya ?”
“AS GOOD AS YOUR WORD” si abang langsung menjawab dengan tegas. Hmm…sepertinya dia tidak lupa dengan film kartun kegemarannya waktu masih TK itu.
“Benar, nak. Artinya, akan lebih baik kalau kita bisa berbicara dan mengutarakan isi hati dan pikiran kita dengan bahasa kita sendiri. Memang kita bisa minta bantuan orang untuk mendiktekan tapi itu bukanlah kata2 kita yang pasti tidak mencerminkan diri kita. Karena setiap orang itu punya pendapat dan cara bicara yang berbeda. Gaya bahasapun berbeda.”
“Berarti abang nga boleh baca puisi yang dibuat kakek ini ma?”
“Boleh saja…tapi itu berati yang dapat nilai kakek. Karena itu kata2 kakek bukan kata2 abang.”
“Tapi abang nga bisa..”rengeknya. Aku mengusap kepalanya.
“Ingat kata2 mama ini ya…. Katakan terus didalam hati AKU BISA, setiap kali abang merasa nga bisa katakan AKU BISA. Dan satu lagi , jadilah dirimu sendiri, kamu pasti bisa. “
Keesokan harinya anakku pulang dengan selembar kertas di tangannya.
“Ma…puisi abang dapat nilai 100. AS GOOD AS MY WORD hahahaha….”
Dan aku terharu ketika membaca lembaran putih itu:
~Mama, menyayangiku…
Seperti matahari pagi hangatkan bumi
Mama, selalu didekatku
Seperti bulan dan bintang di malam hari
Disaat aku tak bisa, mama selalu ada
Disaat aku tak mampu, mama bersamaku
Memberiku segalanya untuk bisa berkata “AKU BISA”
Ini adalah kata2 terbaik yang pernah ditulisnya…well done son. I know that you can do AS GOOD AS YOUR WORD.
0 komentar:
Posting Komentar