Selasa, 16 Agustus 2011

‎~Ular~


Orang-orang menginginkan kebahagiaan, tidak mau menderita. Akan tetapi, kebahagiaan sebenarnya adalah bentuk murni dari penderitaan. Penderitaan sendiri adalah bentuk yang kasar. Kita bisa membandingkannya dengan seekor ular. Kepala ular adalah ketidakbahagiaan. Ekor ular adalah kebahagiaan. Kepala ular sungguh berbahaya. Di sini, terdapat gigi berbisa. Jika kita menyentuhnya, kita akan digigitnya segera. Akan tetapi, tidak saja kepalanya yang berbahaya! Jika kita menyentuh ekornya, ia akan berbalik dan segera mengigit kita pula karena baik ekor maupun kepala, dimiliki oleh ular yang sama.

Demikian pula kebahagiaan dan ketidakbahagiaan, kegembiraan dan kesedihan, muncul dari ular yang sama: nafsu keinginan. Jadi, pada saat kita berbahagia, pikiran tidak sepenuhnya tenang.

Sebagai contoh, ketika kita mendapatkan apa yang kita inginkan, seperti kekayaan, harga diri, pujian, atau kegembiraan, kita senang, tetapi pikiran tetap gelisah karena takut kehilangan ini semua. Kondisi takut itu bukanlah keadaan yang penuh dengan ketenangan. Selanjutnya, kita mungkin kehilangan itu semua, sehingga kita benar-benar menderita.

Jadi apabila kita tidak waspada, bahkan saat bergembira, penderitaan siap mengancam. Ibarat kita memegang ekor ular – jika kita tidak membiarkannya pergi, kita akan digigitnya. Baik ekor maupun kepala ular, yaitu kondisi yang bermanfaat dan tidak bermanfaat, semuanya adalah ciri-ciri Roda Kehidupan, sesuatu yang terus-menerus berputar (samsara).

0 komentar:

Posting Komentar