Pada zaman China kuno ada seorang anak ajaib yang sangat terkenal. Anak itu bernama Xiang Tuo. Ia sangat pintar, namun ia terkenal bukan hanya karena kepintarannya, tetapi karena Kong Zi, filsuf dari negeri China pernah belajar darinya saat usia Xiang Tuo belum genap tujuh tahun. Bahkan, Kong Zi pernah meminta Xiang Tuo menjadi gurunya.
Kong Zi pergi ke berbagai tempat dan berbagai negeri untuk mengajar. Suatu saat ketika dalam perjalanan, dari atas kereta ia menyaksikan ada tiga anak sedang bermain pasir dan membangun gunung pasir. Ia sangat tertarik menyaksikan ketiga anak itu bermain, terutama pada seorang anak yang begitu gembira dalam bermain. Anak itu sedang membuat semacam rumah yang dikelilingi benteng. Anak istimewa itu bernama Xiang Tuo.
Kereta yang ditumpangi Kong Zi harus berhenti karena Xiang Tuo bermain di jalan yang akan dilewati Kong Zi. Anak-anak itu terus bermain seolah-olah tidak ada kendaraan yang akan lewat, walau kereta Kong Zi suda ada tepat di hadapan mereka. Karena tidak ingin mengganggu kegembiraan anak-anak, Kong Zi turun dan mendekati anak-anak itu. Setelah beberapa saat Kong Zi berkata dengan lembut kepada Xiang Tuo, "Kamu bermain begitu gembira sampai tidak bisa melihat ada kereta yang mau lewat, apakah kamu tidak sadar bangunan pasirmu menghalangi jalan?"
Xiang Tuo bangkit dan balik bertanya, "Dari dulu, setahu saya, sebuah kendaraan hanya bisa melewati jalan atau mengitari sebuah kota. Di manakah ada sebuah kota khusus membuat jalan untuk sebuah kendaraan?" Kong Zi terkejut. Belum pernah seorang anak umur tujuh tahun bisa berdebat layaknya seorang ahli pikir.
Sementara anak itu terus bermain, Kong Zi berpikir. Ia lalu mendekati Xiang Tuo untuk menguji kepintarannya. "Baik, ucapanmu sungguh masuk akal dan benar. Sekarang saya ada beberapa pertanyaan, apakah kamu bisa mengingat semua pertanyaan ini dan menjawabnya dengan baik. Gunung apa yang tidak ada batunya? Kumpulan air apa yang tidak ada ikan di dalamnya? Pintu apa yang tidak bisa ditutup? Api apa yang tidak ada asapnya? Wanita macam apa yang tidak punya suami? Kapan siang hari terasa pendek? Kapan siang hari terasa panjang? Manusia apa yang tidak punya anak?" Tak terasa Kong Zi mengajukan empat puluh pertanyaan sekaligus.
Namun, Xiang Tuo mendengarkan semua pertanyaan Kong Zi. Tanpa banyak berpikir ia mulai menjawab, "Gunung pasir tidak mempunyai batu! Air minum tidak ada ikannya! Pintu yang tidak ada daun pintunya tidak bisa ditutup! Api amarah tidak ada asapnya! Siang hari terasa singkat pada musim dingin karena setelah pukul tujuh pagi baru mulai terang dan pukul empat sore sudah mulai gelap! Siang hari akan terasa lebih panjang saat musim panas, karena pukul lima pagi sudah terang dan diatas pukul delapan malam baru gelap!" Tak terasa empat puluh macam pertanyaan Kong Zi dijawabnya dengan baik dan lancar.
Semua jawaban Xiang Tuo terasa mudah bagi anak-anak sekarang, namun pada masa itu, khususnya untuk anak yang belum genap berumur tujuh tahun, itu merupakan jawaban yang luar biasa. Apa lagi, Xiang Tuo dapat mengingat semua pertanyaan itu dengan baik tanpa harus menuliskannya di buku tulis atau mencatatnya di komputer, serta dapat menjawabnya dengan urutan yang benar dan teliti. Untuk yang terakhir ini, sulit menjumpai anak sekarang bisa mengingat semua itu. Karena itu, Kong Zi mengangguk-anggukkan kepala dan berkata," Sungguh hebat dan ajaib!"
Xiang Tuo sama sekali tidak tahu bahwa yang dihadapinya adalah seorang filsuf yang sudah kesohor dan sangat disegani pada zaman itu. Xiang Tuo pun balik bertanya dengan pertanyaan yang susah dijawab dengan cepat oleh Kong Zi. Karena itu, Kong Zi berkata padanya,"Pengetahuanmu sangat luas dan dalam. Di kereta saya ada papan catur (catur China), mari ikut saya dan kita bertaruh apakah kamu bisa memenangkannya?"
Xiang Tuo sambil menggeleng-gelengkan kepala menjawab,"Aku tidak ingin bertaruh denganmu!"
Kong Zi mengernyitkan dahi dan bertanya, " Mengapa?"
Xiang Tuo menjawab, "Bertaruh adalah pekerjaan yang membosankan, karena itu tidak ada gunanya. Lagi pula bertaruh banyak ruginya daripada untungnya. Sering orang bertaruh kehilangan akal sehatnya dan tidak bisa membedakan mana yang perlu dan mana yang tidak perlu. Pendidik yang suka bertaruh akan membuatnya malas membaca buku, padahal itu penting untuk pekerjaannya. Petani yang suka bertaruh akan kurang konsentrasi untuk bercocok tanam dan hasil taninya akan jelek. Manajer yang suka bertaruh akan tidak tidak punya hati untuk menyelesaikan semua masalah kerjanya. Raja yang suka bertaruh akan mengabaikan rakyatnya!"
Kong Zi terkesima dan kagum saat mendengar semua perkataan yang menakjubkan dari Xiang Tuo. Karena itu, ia bertanya kepada Xiang Tuo, "Maukah kamu jadi guru saya?"
Sejak saat itu kepintaran dan hikmat Xiang Tuo yang tinggi terkenal ke berbagai tempat dan negeri, khususnya yang dikunjungi oleh Kong Zi. Sementara Kong Zi makin dihormati karena ia mau belajar dari seorang anak yang masih bau kencur.
Kong Zi pergi ke berbagai tempat dan berbagai negeri untuk mengajar. Suatu saat ketika dalam perjalanan, dari atas kereta ia menyaksikan ada tiga anak sedang bermain pasir dan membangun gunung pasir. Ia sangat tertarik menyaksikan ketiga anak itu bermain, terutama pada seorang anak yang begitu gembira dalam bermain. Anak itu sedang membuat semacam rumah yang dikelilingi benteng. Anak istimewa itu bernama Xiang Tuo.
Kereta yang ditumpangi Kong Zi harus berhenti karena Xiang Tuo bermain di jalan yang akan dilewati Kong Zi. Anak-anak itu terus bermain seolah-olah tidak ada kendaraan yang akan lewat, walau kereta Kong Zi suda ada tepat di hadapan mereka. Karena tidak ingin mengganggu kegembiraan anak-anak, Kong Zi turun dan mendekati anak-anak itu. Setelah beberapa saat Kong Zi berkata dengan lembut kepada Xiang Tuo, "Kamu bermain begitu gembira sampai tidak bisa melihat ada kereta yang mau lewat, apakah kamu tidak sadar bangunan pasirmu menghalangi jalan?"
Xiang Tuo bangkit dan balik bertanya, "Dari dulu, setahu saya, sebuah kendaraan hanya bisa melewati jalan atau mengitari sebuah kota. Di manakah ada sebuah kota khusus membuat jalan untuk sebuah kendaraan?" Kong Zi terkejut. Belum pernah seorang anak umur tujuh tahun bisa berdebat layaknya seorang ahli pikir.
Sementara anak itu terus bermain, Kong Zi berpikir. Ia lalu mendekati Xiang Tuo untuk menguji kepintarannya. "Baik, ucapanmu sungguh masuk akal dan benar. Sekarang saya ada beberapa pertanyaan, apakah kamu bisa mengingat semua pertanyaan ini dan menjawabnya dengan baik. Gunung apa yang tidak ada batunya? Kumpulan air apa yang tidak ada ikan di dalamnya? Pintu apa yang tidak bisa ditutup? Api apa yang tidak ada asapnya? Wanita macam apa yang tidak punya suami? Kapan siang hari terasa pendek? Kapan siang hari terasa panjang? Manusia apa yang tidak punya anak?" Tak terasa Kong Zi mengajukan empat puluh pertanyaan sekaligus.
Namun, Xiang Tuo mendengarkan semua pertanyaan Kong Zi. Tanpa banyak berpikir ia mulai menjawab, "Gunung pasir tidak mempunyai batu! Air minum tidak ada ikannya! Pintu yang tidak ada daun pintunya tidak bisa ditutup! Api amarah tidak ada asapnya! Siang hari terasa singkat pada musim dingin karena setelah pukul tujuh pagi baru mulai terang dan pukul empat sore sudah mulai gelap! Siang hari akan terasa lebih panjang saat musim panas, karena pukul lima pagi sudah terang dan diatas pukul delapan malam baru gelap!" Tak terasa empat puluh macam pertanyaan Kong Zi dijawabnya dengan baik dan lancar.
Semua jawaban Xiang Tuo terasa mudah bagi anak-anak sekarang, namun pada masa itu, khususnya untuk anak yang belum genap berumur tujuh tahun, itu merupakan jawaban yang luar biasa. Apa lagi, Xiang Tuo dapat mengingat semua pertanyaan itu dengan baik tanpa harus menuliskannya di buku tulis atau mencatatnya di komputer, serta dapat menjawabnya dengan urutan yang benar dan teliti. Untuk yang terakhir ini, sulit menjumpai anak sekarang bisa mengingat semua itu. Karena itu, Kong Zi mengangguk-anggukkan kepala dan berkata," Sungguh hebat dan ajaib!"
Xiang Tuo sama sekali tidak tahu bahwa yang dihadapinya adalah seorang filsuf yang sudah kesohor dan sangat disegani pada zaman itu. Xiang Tuo pun balik bertanya dengan pertanyaan yang susah dijawab dengan cepat oleh Kong Zi. Karena itu, Kong Zi berkata padanya,"Pengetahuanmu sangat luas dan dalam. Di kereta saya ada papan catur (catur China), mari ikut saya dan kita bertaruh apakah kamu bisa memenangkannya?"
Xiang Tuo sambil menggeleng-gelengkan kepala menjawab,"Aku tidak ingin bertaruh denganmu!"
Kong Zi mengernyitkan dahi dan bertanya, " Mengapa?"
Xiang Tuo menjawab, "Bertaruh adalah pekerjaan yang membosankan, karena itu tidak ada gunanya. Lagi pula bertaruh banyak ruginya daripada untungnya. Sering orang bertaruh kehilangan akal sehatnya dan tidak bisa membedakan mana yang perlu dan mana yang tidak perlu. Pendidik yang suka bertaruh akan membuatnya malas membaca buku, padahal itu penting untuk pekerjaannya. Petani yang suka bertaruh akan kurang konsentrasi untuk bercocok tanam dan hasil taninya akan jelek. Manajer yang suka bertaruh akan tidak tidak punya hati untuk menyelesaikan semua masalah kerjanya. Raja yang suka bertaruh akan mengabaikan rakyatnya!"
Kong Zi terkesima dan kagum saat mendengar semua perkataan yang menakjubkan dari Xiang Tuo. Karena itu, ia bertanya kepada Xiang Tuo, "Maukah kamu jadi guru saya?"
Sejak saat itu kepintaran dan hikmat Xiang Tuo yang tinggi terkenal ke berbagai tempat dan negeri, khususnya yang dikunjungi oleh Kong Zi. Sementara Kong Zi makin dihormati karena ia mau belajar dari seorang anak yang masih bau kencur.
-------------------
kebenaran dan pengalaman hidup bisa didapat dimana pun dan dari siapapun, tidak tergantung pada label label, pertanyaannya, jika kebenaran dan pengalaman itu datang dari musuh anda atau dari orang orang yang anda remehkan, mau kah anda dengan sukarela menerimanya?
0 komentar:
Posting Komentar