Selasa, 02 Agustus 2011

Zhu Ge Liang; memukul lawan yang lebih kuat.


Negara Wei dipimpin oleh seorang ber IQ tinggi,Cho Cho (Chao Chao), yang sejak kanak-kanak telah menunjukkan kecerdasannya antara lain menemukan cara untuk mengetahui berat badan seekor gajah; pada masa itu belum ada alat yang dapat menimbang beban seberat itu (para pembaca pernahkah mendengar kisahnya?).

Memimpin negara Wei, Cho Cho membentuk Kabinet pemerintahan dan kemiliteran dengan merekrut orang gagah berani dan cerdas, didanai dari hasil rampasan atas setiap daerah/kota yang didudukinya.

Dapatlah dibayangkan superioritas pasukan nya; jumlah personil yang besar dengan persenjataan yang lengkap (standard waktu itu).
Sementara negara Shu dibawah pimpinan Liu Pei, yang mengayomi rakyat, segalanya dilakukan bersahaja. Kualitas dan kuantitas pasukan serta persenjataan jauh dibawah yang dimiliki lawan.
Mobilitas pasukannya pun rendah, banyak waktu terpakai untuk mengawal rakyat yang mengungsi dari ancaman bala tentara negara Wei.

Namun demikian, Zhu Ge Liang, penasihat yang sewaktu-waktu memimpin pasukan negara Shu, dengan strateginya mampu membuat pasukan elite negara Wei kocar kacir, mengalami kekalahan berulang kali, sehingga mereka gentar setiap berhadapan dengan pasukan yang dipimpin Zhu Ge Liang.

Kegentaran pihak lawan pun tidak luput dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh Zhu Ge Liang (artikel berikutnya).
Strategi tokoh ini juga memanfaatkan keberpihakan cuaca. Melihat pasukan musuh menjajarkan kapalnya merapat satu sama lain untuk digunakan sebagai landasan bagi pendaratan pasukan besarnya; tindakan antisipasi yang dipersiapkan hanya beberapa puluh tentara dan sejumlah anak panah dengan ikatan sejemput jerami diujungnya.

Ketika pasukan lawan maju menyerang, pada saat yang tepat hujan anak panah berapi menyambut; bukan diarahkan kepada pasukan lawan berperisai lengkap, melainkan kepada bagian tertentu dari kapal.
Angin yang berhembus kencang kearah lawan, yang rupanya telah diperhitungkan sebelumnya, membuat api merembet membakar kapal-kapal berurutan satu persatu dengan cepatnya.

Pasukan lawan dipukul mundur dengan korban dan kerugian besar, tanpa perlawanan keras dari pasukan Shu.

Artikel ini kiranya menunjukkan betapa efektif nya strategi yang tepat, mengalahkan kekuatan yang jauh lebih besar. Bagaimanakah penerapan dalam business dan bidang lainnya?

~Zhu Ge Liang; membaca pikiran dan mem prediksi~

Ketekunan membiasakan melihat dari sudut pandang orang lain, Insight Feeling, akan membawa kepada kemampuan membaca pikiran orang lain. Seperti yang dapat kita lihat pada salah satu strategi Zhu Ge Liang untuk mencegat dan menghabisi lawannya.

Dalam perjalanan melarikan diri dari suatu kekalahan telak, pasukan yang dipimpin oleh Chao Chao sendiri, dihadapkan pada suatu persimpangan jalan yang bercabang dua. Disalah satu nya terlihat kepulan asap. Chao Chao yang sudah berkali-kali terkena strategi Zhu Ge Liang, berpikir tentunya dijalan yang tidak berasap itulah ditempatkan pasukan untuk mencegatnya, sebagai strategi penyesatan berikutnya dari Zhu Ge Liang.
Berpikir demikian, Chao Chao memilih jalan yang berasap. Cara berpikir Chao Chao ini telah di prediksi oleh Zhu Ge Liang bahwa Chao Chao akan mengambil jalan yang berasap.

Untuk kesekian kali Chao Chao terkecoh; dijalan yang berasap itulah justeru telah menanti Kwan Yu dengan pasukannya mencegat, berhasil menangkap Chao Chao..Pada saat mereka menyusun strategy penangkapan Chao Chao ini,

Zhu Ge Liang juga telah menyatakan prediksi nya bahwa Kwan Yu tidak akan ‘dapat’ memenggal kepala Chao Chao, hal mana dibantah oleh Kwan Yu. Nyatanya, setelah berhasil meringkus Chao Chao, Kwan Yu melepaskannya kembali; Chao Chao berhasil dengan licik memanfaatkan kelemahan Kwan Yu.

Kisah mengenai strategi Zhu Ge Liang mendatangkan kekaguman, dan yang terlebih penting adakah kita mempelajari sesuatu darinya?
Bagaimana Zhu Ge Liang dapat membuat prediksi sedemikian?

~Zhu Ge Liang; Strategi setelah meninggal.~

Pada front nya yang terakhir, Zhu Ge Liang jatuh sakit. Menyadari bahwa ajal telah dekat dan bahwa sepeninggalnya pasukannya akan mudah dikalahkan. Maka pasukan harus mengundurkan diri dari front, sedangkan sebagaimana dimaklumi bersama bahwa pasukan yang mengundurkan diri selalu merupakan sasaran empuk serangan lawan.

Oleh karenanya, ia mempersiapkan strategi pengunduran pasukan agar terhindar dari pembantaian lawan. Setelah ia meninggal, kematiannya dirahasiakan, dengan diam-diam pasukan inti di evakuasi ketempat yang aman. Pergerakan pasukan ini diketahui pihak lawan yang langsung mengejar untuk menggempur. Namun ketika melihat sebagian pasukan tetap berdiri dengan disiplin mengelilingi Zhu Ge Liang diatas joli, membuat pihak lawan mengurungkan niatnya; “Perangkap apa lagikah ini?”

Keraguan pihak lawan ini membuat pasukan inti berhasil menyelamatkan diri dengan membawa serta jenazah Zhu Ge Liang. Sedangkan Zhu Ge Liang yang tertampak diatas joli hanyalah boneka kayu yang telah dipersiapkan sebelumnya.

Taktik ini kemudian dikenal dengan nama ‘Serangga melepaskan kulit’. Yang dimaksud ialah; serangga yang berganti kulit selalu meninggalkan kulit lamanya yang berbentuk persis tubuh serangga, meng-ilustrasi seolah-olah serangga nya masih berada disana, padahal si serangga sendiri sudah pergi, yang tertinggal hanya kulit yang menyerupai serangga namun kosong belaka.

Shima yi, jenderal pasukan lawan, yang dikemudian hari mengetahui strategi ini memuji dengan kata-katanya: “Zhu Ge Liang dalam matinya pun dapat mengalahkan Shima Yi yang hidup.”

Sesungguhnya strategi klasik tetap relevan dijaman satelit ini. Permainan catur pada 64 kotak menunjukkan hal ini. Diatas papan berukuran kecil yang dapat dilihat kasat mata dari berbagai sudut pun tersembunyi berbagai strategi didalamnya.

Dan Insight Feeling bermanfaat bukan saja untuk berkonfrontasi, melainkan juga dapat diterapkan untuk menyatakan kasih, menyayangi sesama yang kita cintai.

Persoalannya adalah, siapkah kita melatih diri melihat dari berbagai sudut pandang?


0 komentar:

Posting Komentar