Kamis, 12 Mei 2011

Jabal Nur, Gua Hira dan Semangat Nenek Tua (catatan-14)

Hari masih pagi, Rabu, 27 April 2011, jam ditangan menunjukkan pukul 07.00 waktu setempat. Hari itu, sebanyak 14 orang termasuk saya didalamnya, berencana untuk melakukan citytour ke Jabal Nur (Gua Hira) serta mengunjungi peternakan unta di Hudaibiyah, sekaligus melaksanakan miqat di Hudaibiyah (dengan niat umrah).

Dipimpin ustadz Abdul Aziz Matnur (almarhum, semoga Allah SWT memberikan kebaikan di sisi-Nya), kami semua menaiki minibus yang cukup keren dan muat 14 orang, setelah sebelumnya terjadi tawar menawar harga. Setelah harga cocok, kami pun langsung meluncur ke lokasi pertama,yaitu menuju Jabal Nur, yang terletak di Timur Laut kota Makkah dengan jarak sekitar 6 kilometer dari Ka'bah, dan dengan ketinggian kira-kira 200 meter.

Jabal Nur atau yang dalam bahasa Indonesia berarti Bukit/Gunung Cahaya, adalah bukit tandus dan gersang dimana Rasulullah SAW menyepi dan bermunajat kepada Allah SWT.

Setiba di titik lokasi pemberhentian mobil, di ujung kaki Jabal Nur, pendakian pun langsung dimulai. Beruntung sekali rasanya dapat ziarah ke gua Hira.

Untuk menuju puncak gunung, rata-rata memerlukan waktu selama 45 menit bahkan lebih. Medannya cukup sulit dengan jalan berkelok-kelok.

Kami pun harus mendaki melewati batu-batu terjal. Baru beberapa menit berjalan ke arah kaki bukit, nafas kami sudah mulai terasa sesak. Hal itu membuat kami harus mengatur nafas dengan cukup. Bahkan hingga kami harus istirahat beberapa kali.

Sungguh, perjalanan yang cukup melelahkan, nyali pun semakin menurun. Jalan bertangga, baru ditemukan setelah tiga perempat perjalanan. Beberapa meter sebelum puncak gunung, medannya sedikit ringan, dan kamipun bisa mengatur nafas dengan baik.

Beberapa kawan yang tak kuat mendaki jadi malu sendiri, ketika melihat seorang nenek, tiba-tiba turun dari balik bukit dan melewati rombongan kami. Jalan pun cukup susah payah dengan tongkatnya.

“Wah, ibu itu yang tua saja sanggup mendaki bukit ini, masa kita yang masih muda malah keteteran, maunya ngaso melulu,” sahut salah seorang kawan dengan canda.

Ketangguhan sang nenek, langsung memotivasi kawan-kawan yang sejak tadi istirahat memulihkan tenaga. “Wah, nenek-nenek itu aja kuat. Masa kita nggak bisa sih, ayo jalan lagi,” canda kawan lainnya memberi semangat. Mendadak, hilang sudah rasa penat, berubah jadi semangat! Tetap semangat.

Mendekati puncak, jalanan sudah sulit dilalui. Terlihat antrian panjang dan mulai berjejal. Sulit untuk melalui jalur lain karena di samping jalur itu terdapat tebing yang curam dengan pemandangan langsung ke Kota Makkah. Akhirnya semua rombongan tiba diatas bukit.

Di puncak bukit, banyak orang sudah berdesakan. Mereka berusaha untuk masuk ke arah mulut gua yang terletak di salah satu tebing Jabal Nur. Terlihat, hanya ada beberapa yang berhasil masuk ke dalam gua yang berukuran tinggi sekitar dua meter.

Gua itu terletak di belakang dua batu raksasa yang sangat dalam dan sempit. Di dalamnya, hanya cukup untuk tidur tiga orang dewasa. Para penziarah berebutan untuk shalat dan sekedar melihat ke dalamnya.

Pikiranpun saya langsung melayang, teringat bagaimana Nabi Muhammad SAW ketika mendaki bukit terjal itu setiap saat selama bertahun-tahun untuk menyepi atau berkhalwat di tempat tersebut sekaligus menerima wahyu pertama dari Allah SWT melalui malaikat Jibril. Juga bagaimana beliau berjalan kaki dari rumahnya menuju Gua Hira. Sungguh, perjuangan yang sangat berat dengan langkah dan tutunan dari Allah SWT.

Di gua Hira pula, Nabi Muhammad SAW menerima wahyu pertamanya dari Allah SWT melalui Malaikat Jibril. Wahyu itu terkandung dalam surat Al Alaq sebanyak lima ayat. “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Mulia, Yang mengajar (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya”. (QS Al Alaq: 1-5)


Kaki bukit dilihat dari atas Jabal Nur, jalan yang berkelok


Jam raksasa di gedung King Abdul Aziz Endowment terlihat dari puncak Jabal Nur


Rehat sejenak melepas lelah di puncak Jabal Nur


Foto bersama berlatar Jabal Nur


0 komentar:

Posting Komentar