Kamis, 05 Mei 2011

Citytour ke Gunung Magnet, Percetakaan Alquran (catatan-8)

Sekitar 15 menit berada di gunung Uhud, kami beserta rombongan bertolak ke Gunung (Jabal) Magnet. Lokasinya terletak di daerah Manthaqotul (Mantiqo) Baidho atau sekitar 60 kilometer dari Kota Madinah. Perjalanan menuju kawasan Gunung Magnet dari Madinah dipenuhi sejumlah perkebunan kurma dan hamparan bukit berbatuan.

10 kilometer menjelang Gunung Magnet, ada sebuah danau buatan yang cukup besar. Gunung Magnet didominasi warna hitam dan merah bata. Keanehan yang paling kentara di daerah ini adalah mobil berjalan sendiri

Jabal magnet terletak diluar wilayah haram, kawasan ini ditempuh sekitar 30 menit dari pusat kota Madinah. Untuk mengakses ke arah jabal magnet melalui hamparan pasir, pepohonan dan gunung berbatu menambah keindahannya.

Konon Jabal Magnet ini merupakan pusat magnet terbesar didunia, hal ini dirasakan dari daya magnet terhadap mobil yang dalam posisi perseneling netral, mobil dapat melaju kencang. Sebaliknya, kendaraan yang melintas menuju di jabal magnet akan terasa berat, karena terjadi arus tarik menarik.

Sebenarnya, Travel kami, Gema Shafa Marwa (GSM) Jakarta, tidak memasukkan Gunung Magnet kedalam paket citytour Madinah yang kami ikuti. Akan tetapi karena rasa penasaran dengan Gunung Magnet, maka kami pun meminta GSM untuk mengantarkan kami kesana.

Perjalanan dari Jabal Uhud menuju Jabal Magnet sekitar 30-40 menit. Tour guide kami, ustadz Zubair Suryadi, Lc dan ustadz Asep menerangkan bahwa Gunung Magnet ini ditemukan secara tidak sengaja oleh seorang Arab Baduy. Saat itu, si Arab ini menghentikan mobilnya, karena ingin buang air kecil. Ia mematikan mesin mobil, tapi tidak memasang rem tangan.

Ketika sedang buang air kecil, ia kaget melihat mobilnya berjalan sendiri dan makin lama makin kencang. Ia berusaha mengejar, tapi tidak berhasil dan mobilnya baru berhenti setelah melenceng ke tumpukan pasir di samping jalan. Sejak itulah, banyak warga dari berbagai pelosok dunia mengunjungi Gunung Magnet ini, termasuk para peneliti dari berbagai negara. Sebelumnya, Gunung Magnet ini ditutup untuk umum dan tidak memiliki akses jalan untuk ke sana.

Pemerintah Arab Saudi membuka Gunung Magnet ini sebagai tempat wisata dengan membuat jalan raya. Jalan tersebut merupakan jalan buntu, karena dihalangi gunung. Memasuki kawasan Gunung Magnet, terlihat di sebelah kanan dan kiri dipenuhi jejeran gunung yang gersang dengan gurun pasir putih. Terdapat juga areal peternakan domba, unta dan kebun kurma. Di beberapa lokasi terlihat sudah ada penanaman pohon agar terlihat menghijau.

Saat berada di tengah jalan, ustadz Asep meminta supir untuk berhenti dan mengarahkan ke jalan yang bergelombang, karena ingin mencoba apakah Bus yang kami tumpangi akan tertarik kebelakang oleh Gunung Magnet. Sang supir pun mematikan mesin mobil.

Tiba-tiba, Bus rombongan 2 yang kami tumpangi itu langsung menyala dan tertarik ke belakang, bahkan bisa melewati beberapa meter jalan sebelum akhirnya Bus rombongan 2 yang kami tumpangi berhenti bahkan langsung mati alias mogok tak bisa menyala lagi. Akhirnya, rombongan Bus 2 pindah ke Bus rombongan 1 yang sebelumnya telah dikontak untuk mengangkut rombongan Bus 2.

Setelah 15 menit, kami naik bus rombongan 1 untuk merasakan kembali tarikan dari medan magnet. Untuk merasakan tarikan magnet, sang sopir Bus rombongan 1 langsung mematikan mesin dan menetralkan gigi persneling. Bus mulai melaju dan semakin lama mencapai kecepatan 110 km per jam. Sang sopir hanya menginjak rem untuk mengatur lajunya bus yang makin kencang hingga sepanjang 3 km. Saat melewati batas Gunung Magnet, terasa tarikan magnet mulai melemah dan sopir mulai menginjak gas.

Selanjutnya, kami bersama rombongan harus melanjutkan perjalanan menuju ke percetakan Alquran bernama King Fahd Alquran Printing yang berjarak 10 km sebelah barat laut masjid Nabawi. Jam kami menunjukkan pukul 11.10 waktu setempat, percetakan Alquran ini diresmikan Raja Saudi Arabia, Fahd bin Abdul Aziz pada tahun 1985 dengan luas 20 hektar.

Percetakan mushaf Alquran ini merupakan yang terbesar di dunia dengan kapasitas cetak sebanyak 30 juta eksemplar per tahun. Percetakan khusus Alquran ini diberi nama Majma' Malik Fahd Li Thibaah Mushaf Syarif dengan luas 250.000 meter persegi, dilengkapi bangunan kantor utama, rumah sakit, gudang, kantin, rumah tinggal karyawan, toko dan masjid.

Seluruh kegiatan produksi cetak dibiayai anggaran kerajaan, sehingga tidak saja bersifat mencari keuntungan. Dimana, puluhan juta Alquran berbagai ukuran dibagikan secara gratis setiap tahun kepada para jamaah haji dan umrah yang berkunjung ke percetakan ini.

Jam sudah menunjukkan pukul 11.30 waktu setempat, kami melanjutkan perjalanan menuju ke Masjid Nabawi untuk salat zuhur berjamaah dengan melewati masjid Qiblatain yang berkiblat dua. Terletak di sebelah barat laut kota Madinanh sekitar 4 km. Di masjid ini Rasulullah SAW pernah salat dzuhur menghadap dua kiblat, yakni masjidil Aqsa di Palestina dan masjidil Haram di Mekkah


0 komentar:

Posting Komentar