Di beberapa masjid, mushalla, televisi, radio, internet, social media, blog serta berbagai mailing list, ungkapan Marhaban Ya Ramadhan memenuhi rubrik dengan berbagai ekpresi yang variatif. Seluruh umat Islam di dunia juga menyerukan “Marhaban Ya Ramadhan”.
Seluruh media, terutama televisi juga radio terlihat berlomba dengan sederet agendanya masing-masing terkait Ramadhan. Rasa gembira, khusyu, harapan, semangat dan nuansa spiritualitas lainnya terpancar dengan sarat makna untuk diekpresikan. Itulah Ramadhan, bulan yang tahun ini kita ingin memperbaiki kualitas ibadahnya, dan kini telah datang kembali.
Hikmah yang terkandung dalam ibadah puasa pun marak dikaji dan dikembangkan. Ada nilai sosial, kemanusiaan, solidaritas, kebersamaan, persahabatan yang terus dicari untuk dinikmati dalam nilai-nilai ibadah Ramadhan ini.
Semuanya adalah nilai-nilai positif yang terkandung dalam puasa Ramadhan yang sudah selayaknya tidak hanya dipahami sebagai wacana yang memenuhi intelektualitas kita saja, namun menuntut implementasi dan penghayatan dalam setiap aspek kehidupan kita.
Selain itu, tentunya bagaimana kita merancang langkah-langkah strategis dalam mengisinya agar mampu memproduksi nilai-nilai positif dan hikmah yang dikandungnya. Jadi, tidak hanya berfiktir untuk menu untuk berbuka puasa dan sahur saja.
Ramadhan adalah bulan penyemangat jiwa. Bulan yang mengisi kembali baterai jiwa setiap umat muslim. Ramadhan sebagai bulan ibadah, harus dapat dimaknai dengan semangat pengamalan ibadah yang sempurna. Ramadhan sebagai bulan petunjuk, harus diimplementasikan dengan semangat dalam mengajak kepada jalan yang benar.
Ramadhan sebagai bulan kemenangan, harus dimaknai dengan memenangkan kebaikan atas segala keburukan. Ramadhan sebagai bulan ampunan, harus kita hiasi dengan meminta dan memberikan ampunan.
Dengan persiapan dan program aktifitas yang kita jalani selama bulan Ramadhan ini, insya Allah akan menghasilkan kebahagiaan. Kebahagiaan akan terasa istimewa manakala melalui perjuangan dan jerih payah.
Semakin berat dan serius usaha kita meraih nilai-nilai kabahagiaan, maka semakin terasa nikmat kebahagiaan itu kita rasakan. Itulah yang dijelaskan dalam sebuah hadist Nabi bahwa orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kebahagiaan. Kebahagiaan ketika ia berbuka dan kebahagiaan ketika ia bertemu dengan Tuhannya.
Inilah kebahagian ukhrawi, saat pertemuan yang hakiki dengan al-Khaliq, Allah SWT. Kebahagiaan yang merupakan puncak dari setiap kebahagiaan yang ada. Kebahagiaan yang tidak dapat digantikan dengan kenikmatan lainnya. Marhaban Ya Ramadhan, selamat datang ya Ramadhan. ~ Cecep Y. Pramana | @CepPangeran
0 komentar:
Posting Komentar