Minggu, 28 Juli 2013

Ramadhan, Mendidik Kita Kejujuran

Ketika kita berpuasa Ramadhan, maka kejujuran seharusnya mewarnai kehidupan kita sehingga kita tidak berani makan dan minum meskipun tidak ada orang yang mengetahuinya. Namun, pasti Allah SWT akan melihat kita.

Hal ini karena kita meyakini bahwa Allah SWT yang memerintahkan kita berpuasa selalu mengawasi diri kita dan tentunya kita tidak mau membohongi Allah SWT dan tidak mau membohongi diri sendiri karena hal itu memang tidak mungkin.

Inilah kejujuran yang sesungguhnya. Kejujuran yang diajarkan di dalam bulan suci Ramadhan. Karena itu, setelah berpuasa sebulan Ramadhan semestinya kita mampu menjadi orang-orang yang selalu berlaku jujur, baik jujur dalam perkataan, jujur dalam berinteraksi dengan orang, jujur dalam berjanji dan segala bentuk kejujuran lainnya.

Dalam kehidupan masyarakat dan bangsa kita sekarang ini, kejujuran merupakan sesuatu yang sangat diperlukan. Justru, banyak kasus di negeri kita yang tidak cepat selesai bahkan tidak selesai-selesai karena tidak ada kejujuran.

Orang yang bersalah sulit untuk dinyatakan bersalah karena belum bisa dibuktikan kesalahannya. Dan mencari pembuktian memerlukan waktu yang panjang, padahal jika yang bersalah itu mengaku saja secara jujur bahwa dia bersalah, tentu dengan cepat persoalan bisa selesai.

Sementara orang yang secara jujur mengaku tidak bersalah tidak perlu lagi untuk diselidiki apakah dia melakukan kesalahan atau tidak. Tapi karena kejujuran itu tidak ada, yang terjadi kemudian adalah saling curiga mencurigai bahkan tuduh menuduh yang membuat persoalan semakin rumit.

Ibadah puasa telah mendidik kita untuk berlaku jujur kepada hati nurani kita yang sehat dan tajam, bila kejujuran ini tidak mewarnai kehidupan kita sebelas bulan mendatang, maka pendidikan dari ibadah Ramadhan kita menemukan kegagalan, meskipun secara hukum ibadah puasanya tetap sah.

>> follow twitter @CepPangeran



0 komentar:

Posting Komentar