Rabu, 13 Juli 2011

Pakis Dan Bambu

Alkisah, tersebutlah seorang pria yang putus asa dan ingin meninggalkan segalanya.Meninggalkan pekerjaan, hubungan, dan berhenti hidup.Ia lalu pergi ke hutan untuk bicara yang terakhir kalinya dengan Tuhan Sang Maha Pencipta.

“Tuhan,” katanya. “Apakah Tuhan bisa memberi saya satu alasan yang baik untuk jangan berhenti hidup dan menyerah?” Jawaban Tuhan sangat mengejutkan.


“Coba lihat ke sekitarmu. Apakah kamu melihat pakis dan bambu?” Ya,” jawab pria itu.

“Ketika menanam benih pakis dan benih bambu, Aku merawat keduanya secara sangat baik. Aku memberi keduanya cahaya. Memberikan air. Pakis tumbuh cepat di bumi. Daunnya yang hijau segar menutupi permukaan tanah hutan.

Sementara itu, benih bambu tidak menghasilkan apapun. Tapi Aku tidak menyerah.

Pada tahun kedua, pakis tumbuh makin subur dan banyak, tapi belum ada juga yang muncul dari benih bambu.

Tapi Aku tidak menyerah.

Di tahun ketiga, benih bambu belum juga memunculkan sesuatu. Tapi Aku tidak menyerah. Di tahun ke-4, masih juga belum ada apapun dari benih bambu. Aku tidak menyerah,” kataNya.

“Di tahun kelima, muncul sebuah tunas kecil. Dibanding dengan pohon pakis, tunas itu tampak kecil dan tidak bermakna. Tapi 6 bulan kemudian, bambu itu menjulang sampai 100 kaki. Untuk menumbuhkan akar itu perlu waktu 5 tahun. Akar ini membuat bambu kuat dan memberi apa yang diperlukan bambu untuk bertahan hidup.

Aku tak akan memberi cobaan yang tak sangup diatasi ciptaan-Ku,” kata Tuhan kepada pria itu.

“Tahukah kamu, anak-Ku, di saat menghadapi semua kesulitan dan perjuangan berat ini, kamu sebenarnya menumbuhkan akar-akar?” “Aku tidak meninggalkan bambu itu. Aku juga tak akan meninggalkanmu. ”

“Jangan membandingkan diri sendiri dengan orang lain,” kata Tuhan. “Bambu mempunyai tujuan yang beda dengan pakis. Tapi keduanya membuat hutan menjadi indah.” “Waktumu akan datang. Kamu akan menanjak dan menjulang tinggi.” “Saya akan menjulang setinggi apa?” tanya pria itu.

“Setinggi apa pohon bambu bisa menjulang?” tanya Tuhan “Setinggi yang bisa dicapainya,” jawab pria itu.

“Ya, benar! Agungkan dan muliakan nama-Ku dengan menjadi yang terbaik, meraih yang tertinggi sesuai kemampuanmu,” kata Tuhan.

Nah, pemirsa, bagaimana cerita ini? Semoga bisa mencari cerita motivasi atau inspirasi bagi pemirsa, yang mungkin sedang mengalami proses seperti yang “pohon bambu” alami…

Bebek Peking, "Ingat Bebek"

Kisah simple, sederhana, namun membawa banyak hikmah dan bijak dalam kehidupan. Kalau ngomong bebek, saya ingat sifat sportifnya, yaitu ngantri. haha… Bebek aja bisa ngantri dengan tertib. Nah, kisah berikut bukanlah belajar dari bebek, tapi ada hubungannya dengan bebek .. Yah, kita mulai saja ceritanya…

Ingat bebek? Ada seorang bocah laki-laki sedang berkunjung ke kakek dan neneknya dipertanian mereka.

Dia mendapat sebuah katapel untuk bermain-main di hutan. Dia berlatih dan berlatih tetapi tidak pernah berhasil mengenai sasaran. Dengan kesal dia kembali pulang untuk makan malam. Pada waktu pulang, dilihatnya bebek peliharaan neneknya. Masih dalam keadaan kesal, dibidiknya bebek itu dikepala, matilah si bebek. Dia terperanjat dan sedih. Dengan panik, disembunyikannya bangkai bebek didalam timbunan kayu, dilihatnya ada kakak perempuannya mengawasi. Sally melihat semuanya, tetapi tidak berkata apapun.

Setelah makan, nenek berkata, “Sally, cuci piring.” Tetapi Sally berkata, “Nenek, Johnny berkata bahwa dia ingin membantu didapur, bukankah demikian Johnny?” Dan Sally berbisik, “Ingat bebek?” Jadi Johnny mencuci piring.

Kemudian kakek menawarkan bila anak-anak mau pergi memancing, dan nenek berkata, “Maafkan, tetapi aku perlu Sally untuk membantu menyiapkan makanan.” Tetapi Sally tersenyum dan berkata, “Tidak apa-apa, karena Johnny memberitahu kalau ingin membantu.” Kembali dia berbisik, “Ingat bebek?” Jadi Sally pergi memancing dan Johnny tinggal dirumah.
Setelah beberapa hari Johnny mengerjakan tugas-tugasnya dan juga tugas-tugas Sally, akhirnya dia tidak dapat bertahan lagi. Ditemuinya nenek dan mengaku telah membunuh bebek neneknya dan meminta ampun. Nenek berlutut dan merangkulnya, katanya, “Sayangku, aku tahu. Tidakkah kau lihat, aku berdiri dijendela dan melihat semuanya. Karena aku mencintaimu, aku memaafkan. Hanya aku heran berapa lama engkau akan membiarkan Sally memanfaatkanmu.” Aku tidak tahu masa lalumu. Aku tidak tahu dosa apakah yang dilemparkan musuh kemukamu. Tetapi apapun itu, aku ingin memberitahu sesuatu. Tuhan juga selalu berdiri di’jendela’. Dan Dia melihat segalanya. Dan karena Dia mencintaimu, Dia akan mengampunimu bila engkau memintanya. Hanya Dia heran melihat berapa lama engkau membiarkan musuh memperbudakmu. Hal yang luar biasa adalah Dia tidak hanya mengampuni, tetapi Dia juga tidak mengingat-ingat lagi dosamu.”

0 komentar:

Posting Komentar