Jumat, 29 Juli 2011

~Godaiin Gua Dong, Gua Si Cewek Seksi~

 “Penyesalan selalu terlambat karena yang disesali telah terjadi. Penyesalan tanpa pertobatan hanya penyesalan yang sia-sia.”

Dewa Klasik Alexander

Salah satu kebiasaan gua adalah membeli majalah. Bukan sembarang majalah. Gua suka beli majalah yang ada rubrik fashionnya. Sebagai cewek gaul, fashion menjadi prioritas yang sangat penting dalam hidup gua. Ngga bangetkan kalo hangout bareng teman-teman gua dan penampilan gua hancur. Please deh! Atau lagi jalan ada yang nilai penampilan gua jadul. Kayak dikompasiana, ngga bangetkan kalo tulisan loe dinilai oleh kompasianer lain sebagai tulisan ‘asal tulis’. Mending ngga usah nulis kalau hanya asal-asalan. Emang hidup untuk ngasal? Atau Tuhan asal-asalan menciptakan umat manusia? Iseng karena kurang kerjaan. Demikian juga bagi gua dalam hal penampilan. Penampilan tetap nomor satu. Ngga gaya ngga eksis. Ngga boleh ngasal dalam berpenampilan.

Gua senang banget kalau ada yang mengomentari penampilan gua. Atau ada yang bertanya, “beli di mana tuh? Sumpah, keren banget!” Serasa gua jadi kiblat para cewek di kampus gua dalam hal fashion. Kalau mau jujur, untuk apa sih para cewek doyan belanja pakaian bagus meski diskon kalau bukan ujung-ujungnya biar kelihatan menarik dan kalau perlu menjadi pusat perhatian. Ngapain betah berlama-lama di salon dan di depan kaca untuk dandan kalau bukan untuk kelihatan cantik? Sudah kodratnya wanita untuk tampil cantik. Ngga heran betapa paniknya wanita kalau ada kerutan, uban atau selulit menempel di bagian tubuhnya. Apa pun akan dilakukannya agar tetap menarik dan kelihatan cantik.

Ngga heran juga kalau banyak para suami menjadi koruptor karena kebutuhan sang istri. Dengan licik sang istri menggunakan senjata ampuhnya, merengek kayak anak kecil atau ngambek. Ada juga yang dengan terang-terangan membangkitkan rasa gengsi sang suami, “papa ngga malu kalau aku di rumpiin sama ibu-ibu pejabat yang lainnya kalau papa ngga mampu belikan istrinya berlian?”. Beli perhiasan yang harganya selangit biar ngga kalah sama istri pejabat lain kalau arisan. Seolah-olah arisan yang harusnya menjadi ajang silaturahmi mendadak menjadi etalase berjalan.

Entah sejak kapan gua suka dandan. Mungkin gara-gara gua kebanyakan nonton sinetron dan tertarik dengan penampilan keren anak muda sekarang. Yang pasti gua pengen menjadi pusat perhatian orang banyak secara khusus bagi para cowok. Kebanggaan tersendiri kalau banyak cowok yang melirik atau ketika gua lewat di depan mereka lalu ada yang bersiul-siul. Hati gua berbunga-bunga. Alasannya? Mana ada cowok normal yang mau godain cewek jelek? Yang ada malah jadi bahan tertawaan. Jadi kalau ada yang godain gua, otomatis mereka tertarik ama fisik gua. Itu artinya gua cantik. Benarkan? Cowok….Godaiin gua dong! Hahaha…

“Agnes, kamu mau ke mana?” tanya nyokap gua sambil memperhatikan gua dari ujung rambut sampai ujung kuku gua yang berwarna unggu muda.

“Aduh, mama sayang! Keluarlah. Masa di rumah terus sih?” Ucapku sambil melangkah bak super model.

“Mama tau, tapi kamu mau ke mana?”

“Jalan dengan Samuel, pacar baru aku. Ntar kapan-kapan aku kenalin ke mama deh!”

“Astaga! Jadi kamu mutusin Dewantara? Kenapa? Sejak kapan? Diakan anaknya baik?”

“Justru karena Dewantara terlalu baik makanya aku putusin, ma.”

“Kapan sih kamu mau sadar? Emang cowok itu mainan? Kamu mau mengoleksi berapa banyak mantan pacar?”

Aduh kepala gua udah mulai pusing dengar celoteh nyokap gua. Emang ngga pernah muda apa? Please deh!

“Ngapain pakai baju yang cuma pake tali kecil. Ntar kamu masuk angin loh. Celana jeans kamu terlalu pendek! Kayak ngga ada celana lain aja?”

“Duh, mama. Kok cerewet banget sih? Aku itu udah gede bukan anak kecil lagi yang perlu diatur-atur bagaimana harusnya berpakaian. Inikan lagi ngetrend sekarang. Coba lihat kalo di mall banyak tuh cewek-cewek yang bercelana super ketat dan pendek kayak gini.”

“Justru karena kamu sudah gede makanya kamu harus hati-hati. Tubuh bukan untuk diobral-obral.”

“Apanya yang salah, ma? Lihat boleh tapi pegang jangan.”

“Ya ampun! Barang yang bagus ngga perlu dipamerin pun orang sudah tahu kualitasnya, nak. Apa kamu tidak malu berpenampilan seperti pakai baju dan celana kekurangan kain? Orang yang beriman itu punya rasa malu. Orang yang punya rasa malu otomnatis menjaga tubuh dan kemaluannya.”

“Yang pentingkan seksi ma.”

“Ibu hanya bisa bilang, cepat atau lambat kamu akan merasakan akibatnya kalau kamu ngga berubah. Dibalik tubuh kamu yang katanya seksi ada hati terbuat besi. Ibu sudah capek menasehati kamu.”

“Mama cantik, kalau mau khotbah di pengajian saja ya. Aku pamit dulu. Daaaaa….” Ucap gua lalu melangkah pergi setelah mendengar suara mobil Samuel yang sudah nonggol di depan rumah.

Gua hanya memperhatikan wajah ibu yang menggeleng-gelengkan kepalanya.

#####

Kenapa penyesalan selalu datang terlambat? Sama seperti gua telat datang bulan. Biasanya tanggal segini paling lambat gua udah menstruasi. Tapi kok udah dua minggu lebih si bulan ngga datang-datang juga? Maksudnya gua ngga menstruasi juga? Masa hanya gara-gara malam itu gua hamil? OMG! Ngga mungkin.

Gua mencoba mengingat-ingat kejadian malam itu. Samuel memegang paha gua ketika di mobil. Samuel memarkir mobilnya di tempat yang sepi di pinggir jalan. Lalu kami berciuman dan peristiwa itu pun terjadi. Gua baru ingat, sebelumnya Samuel bilang paha gua putih dan mulus lalu dielus-elusnya. Dasar cowok! Masa hanya lihat paha putih langsung terangsang? Gua mah lihat cowok bertelanjang dada aja biasa-biasa. Mungkin benar apa yang pernah dikatakan oleh ibu gua, “cowok itu seperti kompor, dinyalain langsung panas. Kalau cewek itu kayak setrika butuh waktu untuk panas.”

Gua memperhatikan wajah gua di cermin. Gua meneliti baik-baik pantulan bayangan tubuh gua. Ketakutan. Kekuatiran. Kegelisahan. Itu yang gua temukan di wajah gua sekarang. Apa gua hamil?

Sepuluh menit kemudian, gua tertunduk lemas ketika memperhatikan hasil tes yang ada. Gua positif hamil. Gua mencoba untuk tenang. Tidak ada yang boleh tahu hal ini. Samuel? Si brengsek itu hilang entah kemana. Habis manis sepah dibuang! Andai saja malam itu gua mendengarkan ucapan nyokap gua untuk tidak berpenampilan terbuka dan seksi, mungkin ini semuanya ngga akan terjadi. Tapi apa daya, nasi telah menjadi bubur.

#####

Dua bulan kemudian.

“Ah…… Sakit!!!” teriak gua histeris memecah kesunyian malam.

Gua panik melihat darah segar keluar dengan banyaknya dari bagian kewanitaan gua.

“Sabar ya. Tahan! Sebentar lagi selesai,” ucap si dukun wanita yang berusia sekitar lima puluh tahun.

Benar-benar sakit. Itu yang gua rasakan. Rasa perih berkurang ketika si dukun selesai mengeluarkan seonggok daging yang penuh dengan darah segar dari rahimku. Sekarang gua ngga perlu panik lagi. Gua aman! Gua ngga perlu di caci gara-gara hamil diluar nikah. Gua mencoba tersenyum puas diantara arasa sakit yang masih belum menghilang. Gua benar-benar kelelahan.

Atas refrensi dari orang yang gua kenal lewat dunia maya. Gua mendatangi dukun wanita ini yang selain sebagai berprofesi dukun beranak juga sebagai dukun aborsi. Gua masa bodoh dengan daging yang dikeluarkan oleh si dukun tersebut. Mau dibuang atau dimasak, gua ngga mau tau. Masa bodoh!

Setengah jam kemudian, darah masih tetap mengalir dari vagina gua. Sejam kemudian gua mulai lemas dan semuanya tampak gelap. Hitam. Sunyi. Sisa darah masih mengalir namun jantungku berhenti berdenyut. Gua kehabisan darah. Gua tidak tertolong lagi. Dari kejauhan gua melihat tubuh gua yang tak bernyawa digiring keluar oleh si dukun lalu ditanam di kebun pisang bersama janin yang telah berhasil dikeluarkan dari tubuhku beberapa jam yang lalu. Semuanya sudah terlambat untuk disesali.

Aku tidak pernah menyangka kalau kegilaanku dengan berpenampilan seksi dan menggoda akan berujung tragis seperti ini.

0 komentar:

Posting Komentar