Sabtu, 10 Januari 2009

Sadis!!!!!!!......

Terlalu sadis dirimu
Menjadikan diriku
Pelampiasan cintamu
Agar dia kembali padamu
Tanpa perduli sakitnya aku

Tega niannya caramu
Menyingkirkan diriku
Akhiri percintaan ini
Agar dia kembali padamu
Tanpa perduli sakitnya aku

Semoga Tuhan membalas semua yang terjadi kepadaku suatu saat nanti
………………………..

Itulah kutipan syair lagu SADIS yang dibawakan dengan sangat indah oleh Afgan. Lagu ini merupakan salah satu lagu kesukaan saya. Lagu yang sangat menyentuh dan dalam serta enak didengar.

Semoga Tuhan membalas………

Jelas yang tercampakkan merasa terluka, lemah dan tak berdaya. Dia tak tahu harus bagaimana lagi mengatasi situasi yang menimpanya. Hanya Tuhan tumpuan hidupnya. Tuhan-lah penolongnya. Sangat beriman.

Namun, dalam doanya dia menyimpan dendam. Hal itu dengan sangat jelas terungkap dalam permintaannya agar Tuhan membalas rasa sakitnya. Dia tidak berdaya, jadi Tuhan diangkat menjadi pembelanya. Sesuatu yang sangat berlawanan dengan sifat Tuhan yang Maha Pengasih dan Penyayang akan semua mahluk. Yang baik maupun yang tidak.

Nah, kalau demikian sifat Tuhan, masih tepatkah doa tersebut?

Penderitaan selalu ada di mana-mana. Menimpa siapa saja. Dapat terjadi kapan saja. Suka atau tidak. Bisakah kita mengelak? Melalui tulisan ini saya ingin menghadirkan hasil permenungan pribadi. Anggap saja ini sebagai sebuah alternatif dari berbagi pilihan sikap yang telah ada.

Hidup penuh dengan keseimbangan. Ada baik di satu sisi, buruk menempati sisi yang lainnya. Bahagia-derita, tawa-tangisan, positif-negatif, sukses-gagal, siang-malam, semuanya hadir secara bersamaan membentuk sebuah keseimbangan. Seperti dua sisi mata uang, tak terpisahkan sampai kapan pun.

Lihatlah magnet, ada kutub positif dan negatif. Kita belajar bahwa magnet yang sekutub akan tolak-menolak. Sedangkan magnet yang berlainan kutub tarik-menarik. Bayangkan kalau hanya ada satu kutub, masihkah dia berfungsi sebagai magnet?

Arus listrik adalah contoh lainnya. Jika hanya ada satu arus, hanya positif atau hanya negatif, lampu tidak akan menyala. Harus lengkap keduannya. Atau bayangkan kalau hanya ada siang tapi tidak ada malam. Entah apa jadinya dunia ini.

Penderitaan datang sebagai sebuah makna tersembunyi. Dalam penderitaan pasti ada nilai kehidupan yang bisa kita petik. Ada sebuah pelajaran yang berharga. Penderitaan tidak hadir untuk dihindari atau disingkirkan dari kehidupan. Penderitaan datang untuk membuat kita semakin kokoh berjalan meraih impian.

Misalkan saja sebatang pohon, sebelum dia tumbuh semakin tinggi akarnya harus tumbuh semakin dalam mencengkram tanah. Karena semakin tinggi pohon semakin kencang angin bertiup. Kalau tidak, dengan sekali tiupan angin dia tumbang menyusur tanah. Sia-sialah sudah usahanya untuk tumbuh semakin tinggi.

Cobaan dan penderitaan serupa zat gizi dan vitamin yang dibutuhkan untuk tumbuh ke dalam. Menguatkan mental dan hati. Membuat pijakan kita semakin kokoh sebelum tumbuh semakin tinggi.

Kegagalan kita untuk menangkap makna di balik sebuah kejadianlah yang membuat kita menghindari penderitaan. Tuhan tentu tidak akan membiarkan kita menderita tanpa sebuah alasan yang menguntungkan. Bukankah ada pepatah yang mengatakan bahwa Tuhan tidak akan memberi kita cobaan di luar kemampuan kita. Jelas… Tuhan tahu keadaan kita dan melalui cobaan kita dididik untuk meningkatkan kemampuan kita.

Saya percaya sepenuhnya bahwa Tuhan itu Maha Baik. Tidak hanya kebahagiaan, penderitaan pun menjadi tanda kebaikan Tuhan. Karena dalam setiap kejadian, baik bahagia maupun derita, Tuhan menitipkan makna kehidupan. Tugas kita adalah menemukan makna tersebut.

Sangat membahagiakan mengetahui bahwa ada satu hukum alam yang akan sangat membantu kita menggali pesan-pesan berharga dalam penderitaan. Hukum Polaritas. Hukum ini menyatakan bahwa tidak ada sesuatu pun ada tanpa ada kebalikannya.

Sekali lagi, bahwa tidak ada sesuatu pun ada tanpa ada kebalikannya.

Jika kita menganggap suatu kejadian itu negatif, menurut Hukum Polaritas nilai positif pun ada di sana. Tidak mungkin tidak, karena Hukum Polaritas adalah hukum alam yang berlaku kapan saja, di mana saja, pada siapa saja, suka atau tidak. Sama seperti Hukum Gravitasi bumi.

Saya yakin anda ingin sebuah contoh sekarang.

Lihatlah proses kelahiran. Sang ibu harus menahan sakit yang luar biasa. Mempertaruhkan hidupnya. Akan tetapi, pada saat yang sama dia sedang memberikan sebuah kehidupan baru kepada bayinya. Penderitaan menghasilkan kebahagiaan.

Sebaliknya, kelahiran seorang anak akan membawa kebahagiaan untuk keluarganya (Kalau kelahiran itu memang diinginkan). Keluarga senang karena sekarang ada anggota baru dalam keluarga. Tapi, bukankah kematian telah menanti dengan pasti. Tidak ada seorang pun yang dapat menghindarinya.

Sekali lagi, tidak ada sesuatu pun ada tanpa ada kebalikannya. Tergantung fokus pikiran kita ke arah mana. Kemelekatan pikiran akan kebahagiaanlah yang membutakan mata kita akan makna di balik derita.

Kalau dalam derita ada kebahagiaan dan dalam kebahagiaan mengandung derita, bagaimanakah cara terbaik dalam menghadapi segala kejadian? Seorang bijak di negeri ini memberikan sebuah saran adalah dengan KEIKHLASAN. Ikhlas menerima apa pun yang terjadi. Percaya dan pasrah bahwa apa pun yang terjadi adalah yang terbaik bagi kita. Kemauan Tuhan memang terkadang di luar pemikiran kita. Akan tetapi, kita harus percaya bahwa semua yang terjadi adalah demi kebaikan kita.

Ada sebuah kisah sedih yang saya alami sendiri, tetapi saya dapat menemukan nilai positif dalam kejadian itu. Kisah ini sudah saya posting di sini (Bagaimana menemukan nilai Positif dalam kejadian Negatif)

* * * * *
Semoga bermanfaat
Terima kasih

Hermanus Y Lobo
SPIRITUAL MOTIVATOR
www.spiritual-motivasi.blogspot.com

0 komentar:

Posting Komentar