Minggu, 18 Januari 2009

BULATKAN TEKADMU: KEJARLAH MIMPIMU!

www.spiritual-motivasi.blogspot.com

Senja yang indah. Sebentar lagi matahari akan pamit. Sambil memandangi langit yang berwarna keemasan, saya bersama seorang teman berdiskusi ditemani secangkir kopi.
“Saya lagi stress, neh,” kata temanku.
“Stres? Kenapa?”
“Yah…kerjaanku nggak beres-beres. Gimana neh…? Gue merasa sangat tertekan dengan semua tugas yang harus gue beresin.”
“Tertekan? Emangnya lagi ada masalah? Atau lu nggak suka sama pekerjaan lu?”
“Iya. Sebenarnya sih, gue nggak suka sama pekerjaan gue!”
“Kalo nggak suka kenapa dulu melamar di sana?”
“Ya…gue butuh duitlah. Gimana bisa hidup kalo nggak ada duit?”
“Ya…emang sih. T’rus sebenarnya lu suka bagian apa? Atau pekerjaan mana yang bikin lu suka saat mengerjakannya. Intinya lu merasa fun dan enak gitu?”
“Kalo mau jujur…gue sukanya bidang tulis-menulis. Tapi gue nggak yakin bakal bisa sukses di bidang itu. Lha gue sendiri aja nggak punya latar belakang pendidikan di bidang itu.”
“Lu coba dulu. Emang semua penulis yang lu kenal semuanya memiliki latar belakang tentang penulisan? Saya malah pernah membaca buku yang ditulis oleh seorang ahli Fisika. Bahkan ada banyak buku yang ditulis oleh orang-orang yang tidak memiliki latar belakang kepenulisan tapi malah sukses di pasaran. Kalo mereka bisa, kenapa lu nggak bisa?”
“Itu kan mereka, bukan gue.”
“Jadi, lu merasa lu berbeda dari mereka? Mereka manusia, lu juga manusia. Mereka punya otak, emangnya lu ga punya?”
“Iya sih…”
“Lu liat semua penulis hebat yang dikenal dunia saat ini, awalnya mereka semua bukan siapa-siapa. Ngga ada orang yang lahir langsung jadi hebat. Semuanya melewati suatu proses. Bahkan di antara orang-orang hebat itu ada yang memulainya di lingkungan yang sangat sulit. Yang mungkin menurut kita nggak mungkin bisa sukses. Tapi, toh akhirnya mereka bisa sukses. Siapa yang kenal Andrea Hirata sebelum Laskar Pelangi terbit?”
“Ga tau…”
“Ya paling-paling keluarga dan teman-temannya. Ha..ha..ha… santai saja bro. Tapi intinya lu mesti yakin sama diri lu sendiri.”
“Emmm…iya juga…tapi apa gue bisa?”
“Tergantung keyakinan lu. Kalo lu yakin diri lu mampu, lu bakal bisa. Sebaliknya, jika lu merasa nggak akan sukses di bidang ini, percayalah…lu nggak bakal sukses. Lu akan selalu mendapatkan apa yang lu yakini.”
“Jadi…kalo gue yakin gue bisa, gue bakal bisa, gitu?”
“Pastinya. Tapi jangan yakin doang. Lu juga harus belajar dan yang paling penting berlatih menulis. Bacalah berbagai buku yang membahas tentang kepenulisan. Baca juga buku-buku yang mengangkat topik yang lu sukai.”
“Tapi, apa iya orang mau baca tulisan gue?”
“Tergantung. Tulisan lu bermanfaat nggak. Kalo bermanfaat pasti dibaca sama orang-orang. Makanya belajarlah yang banyak tentang topik yang ingin lu tulis. Kalo lu ngga tau apa-apa, apa yang mau lu tulis? Sebelum lu memberi sesuatu untuk orang lain, lu sendiri harus memilikinya. Misalnya, lu mau nyumbang duit, lu sendiri musti punya duit. Kalo nggak punya, gimana nyumbangnya?”
“Tapi, pendidikan gue kan nggak tinggi. Nggak punya gelar lagi.”
“Wah…jangan pesimistis gitu dong. Gelar bukanlah jaminan bagi sebuah tulisan itu disukai oleh orang atau tidak. Kalo lu punya ide bagus, memberikan manfaat, ide lu pantas dihargai. Orang-orang akan menghargai itu. Ide lu sama berharganya dengan ide seorang pakar. Saya bahkan pernah membaca tentang seorang TKW yang berhasil menulis buku. Dunia selalu menyediakan tempat bagi mereka yang memiliki sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain.”
“Wah…hebat dong TKW itu…”
“Ya… karena dia berani dan percaya diri bahwa dia pasti bisa. Hasilnya dia beneran bisa. Kalo dia saja bisa, lu juga pasti bisa. Semua penulis hebat yang kita kenal sekarang, awalnya juga ragu-ragu dan tidak terlalu yakin. Tapi mereka terus mencoba dan berlatih. Terus belajar. Walau dikritik habis-habisan, mereka terus maju. Mereka tidak membiarkan kritik menghentikan langkah mereka. Mereka menggunakan kritik itu sebagai bahan bakar yang membuat semangat mereka terus membara. Akhirnya mereka terus tumbuh dan berkembang menjadi hebat seperti yang kita kenal sekarang. Tapi lu harus ingat! Awalnya mereka bukan siapa-siapa. Persis seperti lu.”
“Hmmm…iya juga ya…”
“Jangan takut salah. Semua orang pernah berbuat salah. Siapa yang selalu benar? Justru dengan salah, kita tahu betapa berartinya benar. Dengan salah, kita bisa belajar menjadi benar. Selalu ada makna dalam setiap kejadian. Termasuk dalam kesalahan sekali pun. Cuma, kita butuh kerendahan hati untuk mengakui, menerima, dan memperbaiki kesalahan yang kita perbuat. Kalo kita cukup rendah hati mengakui kesalahan kita dan belajar darinya, orang akan menghargai kita. Mereka akan senang berada di dekat kita dan mendukung usaha kita. So, mengapa harus takut salah? Mulailah. Kejar impianmu.”
“Wow…makin bijak lu sekarang.”
“Ah…biasa saja.”
“Tapi, gimana dengan pekerjaan gue?”
“Lu bisa bertahan dulu di tempat kerja yang sekarang. Ketika ada waktu luang, lu gunakan untuk belajar dan menulis. Ketika lu sudah siap dan merasa yakin bahwa lu bisa menghasilkan uang dari tulisan lu, lu bisa mengundurkan diri. Atau kalo nyali lu kuat, lu bisa berhenti saja sekarang dan fokus mengejar impian lu. Kadang dalam keadaan terjepit, kepepet, orang jadi lebih kreatif. Tiba-tiba saja dirinya memiliki kekuatan lebih. Tapi, lu pikirkan dulu matang-matang. Ini kan cuma pendapat gue. Yang jalanin nantinya kan lu sendiri. Lu yang akan nanggung resikonya. Keputusan tetap di tangan lu sendiri.”
“Hmmm…iya juga ya…”
“Kita masih muda bro… inilah saat yang tepat untuk mulai. Belum ada banyak hal yang harus kita pertimbangkan selain diri kita sendiri. Nothing to lose. Kadang gue dengar cerita orang-orang tua yang nyesel kenapa dulu waktu muda mereka nggak berani mengejar impian mereka. Mereka takut ambil resiko. Setelah tua baru mereka nyesel. Gue nggak ingin seperti itu. Apa lu mau seperti mereka?”
“Nggak lah…”
“Kalo begitu mulailah sekarang juga. Gue pernah baca bahwa jika kita fokus belajar tentang suatu hal, pada akhir tahun ke lima, kita akan mendapati diri kita telah menjadi ahli di bidang itu. Tapi kita harus memulainya sekarang. Kalo tidak, mau jadi apa kita lima tahun yang akan datang?”
“Bener juga sih…”
“Hidup memang penuh ketidakpastian. Namun, kita harus menentukan tujuan kita dengan pasti. Tujuan itulah yang ingin kita capai. Itulah pelabuhan yang ingin kita tuju dalam samudra kehidupan kita sendiri. Kalo tanpa pelabuhan yang ingin dituju, kita hanya akan terombang-ambing di tengah samudra kehidupan, menabrak karang, lalu karam ke dasar laut. Hidup yang menyedihkan.”
“Ciee… Eh gue ada sms masuk nih….. Thanks bro, gue musti pergi dulu. Ada janji sama teman. Ok ya bro, thanks. Akan gue pikirkan saran lu…”
“Ok deh…hati-hati ya…”
“Yup.”
Temanku pun pergi. Matahari juga pamit.

www.spiritual-motivasi.blogspot.com

0 komentar:

Posting Komentar