Pada Hari keempat juga di tahun yang baru ini, tepatnya tanggal 4 bulan 1 Imlek menurut penanggalan imlek ( Cia Gwee Ce Si / Cheng Yue Ju Wu), yang tahun ini jatuh pada tanggal 26 Januari 2012 kembali ditandai lagi dengan suatu upacara persembahyangan yang agak prestisius, dipasang petasan dalam jumlah yang banyak untuk menyambut turunnya Dewa-Dewi dari Langit ke dunia ini. Selain disambut dengan petasan, orang-orang Tionghoa juga mengundang 'Barongsai' dan 'Bilek Hud' untuk masuk ke rumah mereka.
Barongsai juga dipercaya dapat mengusir kuasa kegelapan yang ada dalam rumah mereka, karena itu biasanya barongsai diajak menari-nari memasuki setiap ruang yang ada di dalam rumah. Jauh sebelum barongsai dimainkan, barongsai sudah diberi sajian dan disembayangi dengan lilin dan pembakaran hio.
Barongsai melambangkan binatang pujaan orang Tionghoa, simbiosa singa dan naga yang dianggap sebagai pembawa pertolongan, pengharapan serta keselamatan pada manusia dan rumah tangganya, dan digunakan sebagai perisai untuk mengusir roh-roh kurang baik (sha-chi). Menurut Xie Xuanjing dalam buku 'Filosofi Budaya' dikatakan bahwa "Mitologi naga adalah suatu kesempatan bagi manusia untuk menjadikan mahluk non-manusia sebagai obyek penyembahan.
Persembahyangan ini umumnya dilakukan di Kuil / Klenteng / Wihara Tridharma, ada juga yang di rumah masing-masing, sekitar tengah malam menjelang tibanya tanggal 4 bulan 1 Imlek atau tanggal 26 Januari 2012. Tujuan upacara sembahyang ini adalah untuk menyambut tibanya kembali Dewa Dapur atau dewa lainnya dari Istana Langit karena telah selesai membuat Laporan Tahunan kepada Giok Hong Siang Te / Yu Hwang Shang Di. Selanjutnya kembali Dewa Dapur atau dewa lainnya tersebut bertugas mengawasi jalannya Kehidupan di Dunia ini.
Kalangan Umat Kelenteng / Sam Kao sangat percaya sekali bahwa di hari baik inilah Para Dewa-Dewi yang baru turun dari Langit itu membawa banyak oleh-oleh ( Berkah ) yang akan dibagi-bagikan kepada manusia di Dunia. Dilengkapi juga dengan kepercayaan tentang turunnya Cai-Sen ( Dewa Harta ) yang akan melimpahkan berkah ( Hok-Kie ) kepada siapa saja yang mendapat perkenanNya. Upacara sembahyang ini sering disebut juga sebagai Upacara Membuka Gerbang Keberuntungan.
Saat penyambutan tersebut dipersembahkan kertas bergambar seekor kuda untuk menyambut Dewa-Dewi yang turun dari langit ke bumi. Lalu berdoa menggunakan gaharu kecil dan gaharu besar yang dibakar di depan vihara yang terbagi dalam tiga posisi. Gaharu di tengah dipersembahkan untuk Tuhan sebagai wujud ucapan terima kasih atas berkah yang diberikan. Yang sebelah kiri dipersembahkan untuk Dewa. Yang sebelah kanan untuk para leluhur sebagai wujud terima kasih atas jasa para leluhur.
Ritual tahunan tersebut digelar selama setahun sekali untuk menyambut Imlek. Semoga Dewa -Dewi turun dari langit membawa Berkah juga Perdamaian bagi seluruh umat di dunia ini.
0 komentar:
Posting Komentar