Selasa, 12 Juli 2011

Manusia Sampah

Suatu ketika, ada seorang manajer wanita yang tak pernah puas dengan apa pun. Mukanya selalu cemberut. Tatkala orang lain begitu senangnya, dia selalu datar-datar saja. Ketika orang lain bisa bergembira mampu mencapai prestasi yang begitu hebatnya, dia selalu mengatakan, "Ah, biasa-biasa saja, nggak hebat kok!" 
Dia pun selalu mengeluh, bahkan cenderung sinis dlm berbagai kejadian.Suatu ketika, tibalah saatnya dia akan pulang kampung. Sudah begitu lama dia idamkan. Dia pun merasa, saatnya untuk menunjukkan prestasinya kepada orangtuanya.

Singkat cerita, setelah sekian lama, dia pun bisa menjumpai orangtuanya lagi. Saat bertemu, dia pun mulai bercerita tentang kesuksesannya mendapatkan posisi manajer. Rupanya, reaksi ibunya sungguh diluar perkiraannya hanya datar-datar saja sambil berujar, "Lha, cuma jadi manager aja udah senang. Kalau kamu sudah jadi direktur baru hebat !". 

Malam itu, si manajer itu menangis sesungukan seperti masa kecilnya lagi.Nah, sekarang, kita jadi mengerti asal muasal perilaku si manajer yang negatif. Tak heran, jika saya sering berucap, "Kalau pikiran kita isinya adalah sampah. Jangan heran kalau yang keluar dari diri kita pasti juga sampah!". Itulah tipe manusia yang akan kita bicarakan pada kesempatan ini. 

Kisah manusia sampah
=============
Nah, pernahkah Anda bertemu orang yang akhirnya membuat Anda mengalami 'luka batin' karena tuntutan ataupun kritikan pedas tanpa kenal ampun yang pernah mereka berikan? Yang jelas, manusia jenis ini umumnya memang agak menjengkelkan.
Mereka jarang terpuaskan, tidak pernah menghargai bahkan tak tampak bahagia dengan apa pun yang mereka terima. Mereka pun jarang memperlihatkan apresiasi pada apa yang diperolehnya.

Umumnya, meski orang lain di sekitarnya telah berusaha melakukan yang terbaik baginya, dia hanya akan bersikap 'biasa-biasa' saja bahkan cenderung sinis. Itulah jenis manusia yang secara ekstrem, disebut dengan manusia sampah.Hati-hati! Jangan bersikap negatif dulu, dengan istilah ekstrem 'manusia sampah' yang ada di sini. Tentu saja ada alasannya.

Pertama, ada satu kiasan yang pernah dipergunakan oleh seorang penceramah rohani terkenal, ketika disebutkan, "Kalau teko isinya air, keluarnya ya air , tetapi kalau isinya sampah, maka keluarnya juga sampah".

Kedua, sama seperti kisah di atas, saya menemukan bahwa banyak orang yang sangat negatif hidupnya karena masa lalunya yang tragis, traumatis ataupun banyak berisi 'sampah-sampah' yang sebenarnya tidak dikehendakinya tetapi terus ditabung oleh orang-orang di sekitarnya.

Tak mengherankan, jika akhirnya orang semacam ini akhirnya penuh dengan tabungan sampah di pikirannya. Dari sinilah, berawalnya manusia-manusia negatif yang sering kali amat mengganggu dan bisa merampok kebahagiaan ataupun kebanggaan orang lain. 

Berempati
======
Memang tidak mudah untuk hidup bersama mereka, tetapi hal yg sulit kan bukan berarti tidak mungkin. Sebab, pada dasarnya, orang yang demikian bukannya harus dibenci, tetapi justru dikasihani. 
Kenyataannya, mereka memang betul-betul butuh untuk dikasihi.Itulah yang selama ini mereka tidak peroleh dalam hidupnya, sehingga banyak 'sampah-sampah ' yang masuk kedalam kehidupannya dan akhirnya keluar lagi dari kehidupan mereka. Perhatikan beberapa contoh nyata berikut ini.

Ada seorang yang suka mencela. Bahkan, kesannya ia suka mencari-cari kesalahan para stafnya ataupun orang-orang bawahannya di kantor. Sedikit saja tidak beres, maka ia bisa membentak-bentak dan sangat penuntut.
Orang-orang di kantor amat takut kepadanya. Namun ternyata dia adalah seorang penderita stres yang berat. Bahkan, pernah mencoba mengakhiri hidupnya beberapa kali.

Di sisi lain, ada seorang trainer yg pernah bercerita tentang seorang peserta yang 'tak pernah puas' dengan apa pun yang diterimanya. Tatkala semuanya menganggap sangat bagus, baginya adalah 'biasa-bisa saja' bahkan cenderung buruk.Ia selalu mencari titik lemah. Ketika, ditilik masa lalunya, ternyata ia adalah bagian dari orang buangan yang tidak terpakai di kantor karena sikapnya yang cenderung negatif. 

Isi facebooknya pun cenderung kalimat-kalimat yang negatif.Dari kedua kisah di atas kita bisa melihat bahwa persoalan sebenarnya terletak pada diri mereka. Sayangnya mereka sering kali tidak pernah sadar, ataupun tidak pernah mau mengakuinya. Bahkan, dalam banyak situasi, mereka mengatakan bahwa mereka hanya berusaha untuk bersikap 'kritis'.Namun, tentu saja, sikap kritis tidaklah sama dengan bersikap negatif terus-menerus. 
Kalau diperhatikan, yang kita lihat hanyalah sikap 'tak puas' terus-terusan. Komentar mereka pun, jarang sekali merupakan solusi ataupun sesuatu yang konstruktif. 

Bersikap positif
=========
Pertama, kita harus menyadari bahwa jenis manusia sampah tidak pernah valid pendapatnya, akan sangat membantu kita untuk menyikapi mereka. Baik kata-kata, ucapan maupun perilaku mereka sering kali muncul dari persoalan dan luka-luka yang mereka miliki. Jadi, sebenarnya kesalahan dan kekurangan yang ia lihat hanyalah jadi pemicu bagi sampah-sampahnya untuk 'ditumpahkan' keluar.
Tentu bukanlah sikap yang bijak tatkala kita menjadi kehilangan motivasi, frustrasi ataupun patah arang akibat kata-kata mereka. Menyadari bahwa pendapat mereka bisa sangat bias, akan banyak membantu kita untuk tetap tegar menghadapi celaannya.

Kedua, perasaan kita akan lebih lega, tatkala kita menyadari bahwa sikap mereka yang tidak pernah puas, tidak pernah menghargai, selalu akan kena batunya. Masalahnya, di mana pun mereka, mereka tidak akan pernah merasa bersyukur, puas dan bahagia, sebab mereka akan selalu menuntut di mana pun mereka berada.Kadang, tuntutan mereka bisa berhasil. Namun dunia ini bukanlah pion-pion catur yang bisa digerakkan seenaknya. Dunia punya logika sendiri yang berjalan menurut hukumnya. Akibatnya, ketika tidak mencapai dan tidak terpenuhi apa yang mereka inginkan, mereka menjadi frustrasi dan marah-marah.
Pada akhirnya, mereka pun akan mencari korban lain yang bisa dijadikan sasaran pelampiasan ketidakpuasannya. Dengan demikian, sungguh kita bisa menyadari, betapa perlu dikasihaninya orang semacam ini.Terakhir, sebenarnya sampah pun bisa menjadi pupuk, kalau diperlakukan secara benar. Begitu pula orang-orang yang masa lalunya penuh sampah ini. Sebenarnya mereka bisa menjadi sumber daya yang berharga.Meskipun, kritik-kritik mereka tidak terlalu valid untuk didengarkan, tetapi mereka tetaplah bisa menjadi orang yang selalu membangunkan kita untuk terus memberikan yang terbaik.
Di sisi lain, kita pun dapat menolong manusia sampah semacam ini sehingga bisa membingkai ulang sampah-sampah yang ada di pikirannya menjadi sumber daya yang berharga.Masalahnya, dibutuhkan orang yang mau memahami serta tulus menerima mereka. Dalam realitanya, itulah yang tersulit karena siapapun yang berusaha menolongnya pun, bisa jadi akan diserang oleh mereka! 

Note : Moral dari cerita ini adalah kita harus bisa membersihkan diri kita dari “ sampah-sampah “ agar kita tidak menjadi “ Manusia Sampah “

0 komentar:

Posting Komentar