Selasa, 21 April 2009

Rahasia Menciptakan Keberuntungan

Anda Belum Beruntung !!, Itulah tulisan yang terlihat dalam sebuah produk yang menawarkan hadiah bagi pembelinya. Dengan rasa penasaran akhirnya kita membeli produk tersebut terus dan terus, kejadiannya tetap sama, Anda belum beruntung !, tetapi anehnya ada seorang teman saya selalu mendapatkan keberuntungan dengan selalu menang apabila setiap ada undian, door prize, atau hadiah2 dalam produk dan ini betul betul terjadi lho?, mengapa bisa demikian atau hanya faktor kebetulan belaka?

Karena penasaran akhirnya saya tanyakan langsung sama teman saya tersebut, apa rahasianya hingga bisa selalu beruntung.

Jawabanya membuat saya bingung karena teman saya menganggap hal itu bukan keberuntungan dan kejadian-kejadian seperti itu menurutnya kebiasaan.

Nah bingung kan?

Karena semakin penasaran saya coba cari literatur mengenai hal ini, dan ternyata keberuntungan seperti itu erat kaitanya dengan kondisi bawah sadar seseorang dan kepekaan intuisi. Semakin sering anda mendapatkan keberuntungan akan semakin memperkuat fokus bawah sadar anda untuk kembali mengulang keberuntungan. Sebagai contoh teman saya tersebut memang sejak dari kecil selalu memenangkan berbagia hadiah dan undian lalu secara tidak sadar akumulasi tersebut semakin memperkuat keyakinan serta optimisme dirinya bahwa dia pasti menang namun hal itu tidak diungkapkannya melainakan sudah menjadi kebiasaan dalam bawah sadarnya dan setiap ada penarikan undian, door prize atau sejenisnya bawah sadarnya aktif dan itulah sebabnya dia selalu memenangkanya.

Tak cukup sampai disitu saya menemukan kembali literatur lain dari www.motivasi.web.id , Judul aslinya sih Kisah si untung, saya mencuplik bagian pentingnya dari sana.

Professor Richard Wiseman dari University of Hertfordshire Inggris, mencoba meneliti hal-hal yang membedakan orang2 beruntung dengan yang sial. Wiseman merekrut sekelompok orang yang merasa hidupnya selalu untung, dan sekelompok lain yang hidupnya selalu sial. Memang kesan nya seperti main-main, bagaimana mungkin keberuntungan bisa diteliti. Namun ternyata memang orang yang beruntung bertindak berbeda dengan mereka yang sial.

Misalnya, dalam salah satu penelitian the Luck Project ini, Wiseman memberikan tugas untuk menghitung berapa jumlah foto dalam koran yang dibagikan kepada dua kelompok tadi. Orang2 dari kelompok sial memerlukan waktu rata-rata 2 menit untuk menyelesaikan tugas ini. Sementara mereka dari kelompok si Untung hanya perlu beberapa detik saja! Lho kok bisa?

Ya, karena sebelumnya pada halaman ke dua Wiseman telah meletakkan tulisan yang tidak kecil berbunyi “berhenti menghitung sekarang! ada 43 gambar di koran ini”. Kelompol sial melewatkan tulisan ini ketika asyik menghitung gambar. Bahkan, lebih iseng lagi, di tengah2 koran, Wiseman menaruh pesan lain yang bunyinya: “berhenti menghitung sekarang dan bilang ke peneliti Anda menemukan ini, dan menangkan $250!” Lagi-lagi kelompok sial melewatkan pesan tadi! Memang benar2 sial.

Singkatnya, dari penelitian yang diklaimnya “scientific” ini, Wiseman menemukan 4 faktor yang membedakan mereka yang beruntung dari yang sial:

1. Sikap terhadap peluang.

Orang beruntung ternyata lebih terbuka terhadap peluang. Mereka lebih peka terhadap adanya peluang, pandai menciptakan peluang, dan bertindak ketika peluang datang. Bagaimana hal ini dimungkinkan?
Ternyata orang-orang yg beruntung memiliki sikap yang lebih rileks dan terbuka terhadap pengalaman-pengalaman baru. Mereka lebih terbuka terhadap interaksi dengan orang-orang yang baru dikenal, dan menciptakan jaringan-jaringan sosial baru. Orang yang sial lebih tegang sehingga tertutup terhadap kemungkinan- kemungkinan baru.
Sebagai contoh, ketika Barnett Helzberg seorang pemilik toko permata di New York hendak menjual toko permata nya, tanpa disengaja sewaktu berjalan di depan Plaza Hotel, dia mendengar seorang wanita memanggil pria di sebelahnya: “Mr. Buffet!” Hanya kejadian sekilas yang mungkin akan dilewatkan kebanyakan orang yang kurang beruntung. Tapi Helzber berpikir lain. Ia berpikir jika pria di sebelahnya ternyata adalah Warren Buffet, salah seorang investor terbesar di Amerika, maka dia berpeluang menawarkan jaringan toko permata nya. Maka Helzberg segera menyapa pria di sebelahnya, dan betul ternyata dia adalah Warren Buffet. Perkenalan pun terjadi dan Helzberg yang sebelumnya sama sekali tidak mengenal Warren Buffet, berhasil menawarkan bisnisnya secara langsung kepada Buffet, face to face. Setahun kemudian Buffet setuju membeli jaringan toko permata milik Helzberg. Betul-betul beruntung.

2. Menggunakan intuisi dalam membuat keputusan.

Orang yang beruntung ternyata lebih mengandalkan intuisi daripada logika. Keputusan-keputusan penting yang dilakukan oleh orang beruntung ternyata sebagian besar dilakukan atas dasar bisikan “hati nurani” (intuisi). Yang terbaik disini adalah good feeling bukan good thinking. Segala perhitungan menurut logika memang membantu tetapi sebagai decision makernya adalah perasaan dalam hati nurani.
Perbedaanya mungkin begini, orang yang merasa sial atau kurang beruntung akan sulit merasakan good feeling tersebut karena otaknya dipenuhi oleh penalaran yang tak berkesudahan sedangkan orang yang beruntung lebih mudah mengakses dalam merasakan good feeling tersebut karena pada umumnya, orang beruntung mempunyai metoda untuk mempertajam intuisi mereka, misalnya melalui meditasi yang teratur. Pada kondisi mental yang tenang, dan pikiran yang jernih, intuisi akan lebih mudah diakses. Dan makin sering digunakan, intuisi kita juga akan semakin tajam.

Sesungguhnya intuisi itu sering muncul dalam berbagai bentuk, misalnya:

- Isyarat dari badan. Anda pasti sering mengalami. “Gue kok tiba2 deg-deg an ya, mau dapet rejeki kali”, semacam itu. Badan kita sesungguhnya sering memberi isyarat2 tertentu yang harus Anda maknakan. Misalnya Anda kok tiba2 meriang kalau mau dapet deal gede, ya diwaspadai saja kalau tiba2 meriang lagi. Tetapi isyarat dari badan tiap orang bereda, dan anda masing-masing yang bisa merasakanya.

- Isyarat dari perasaan. Tiba-tiba saja Anda merasakan sesuatu yang lain ketika sedang melihat atau melakukan sesuatu. Contohnya ketika anda akan bepergian kadang merasa gak enak, males atau apa aja dan ternyata ketika anda memaksakan untuk pergi suatu kejadian terjadi.. Hal ini memang pernah saya alami yaitu pada saat saya bekerja tiba-tiba entah mengapa persaan seperti lesu gak bergairah muncul dengan tiba-tiba saya coba alaihkan tapi tetep aja ada perasaan gak enak hati. Dan ternyata ketika saya dijalan hendak pulang, saya menerima kabar Bapak saya kecelakaan. Nah mungkin itu yang disebut isyarat dari perasaan. Atau anda merasa nyaman pokoknya enjoy, happy dan tenang dan tiba-tiba kabar baik anda terima. Yang jelas suasana hati seperti itu biasanya memang suatu isyarat dari perasaan.

3. Selalu berharap kebaikan akan datang.

Orang yang beruntung selalu optimis. Selalu berprasangka baik bahwa kebaikan akan datang kepadanya. Dengan sikap mental yang demikian, mereka lebih tahan terhadap ujian yang menimpa mereka, dan akan lebih positif dalam berinteraksi dengan orang lain. Coba saja Anda lakukan tes sendiri secara sederhana, tanya orang sukses yang Anda kenal, bagaimana prospek bisnis kedepan. Pasti mereka akan menceritakan optimisme dan harapan.

4. Mengubah hal yang buruk menjadi baik.

Orang-orang beruntung sangat pandai menghadapi situasi buruk dan merubahnya menjadi kebaikan. Bagi mereka setiap situasi selalu ada sisi baiknya. Dalam salah satu tes nya Prof Wiseman meminta peserta untuk membayangkan sedang pergi ke bank dan tiba-tiba bank tersebut diserbu kawanan perampok bersenjata. Dan peserta diminta mengutarakan reaksi mereka. Reaksi orang dari kelompok sial umunya adalah: “wah sial bener ada di tengah2 perampokan begitu”. Sementara reaksi orang beruntung, misalnya adalah: “untung saya ada disana, saya bisa menuliskan pengalaman saya untuk media dan dapet duit”. Apapun situasinya orang yg beruntung pokoknya untung terus.
Mereka dengan cepat mampu beradaptasi dengan situasi buruk dan merubahnya menjadi keberuntungan.

Bagi mereka yang kurang beruntung, Prof Wiseman bahkan membuka Luck School.
Latihan yang diberikan Wiseman untuk orang2 semacam itu adalah dengan membuat “Luck Diary”, buku harian keberuntungan. Setiap hari, peserta harus mencatat hal-hal positif atau keberuntungan yang terjadi.

Mereka dilarang keras menuliskan kesialan mereka. Awalnya mungkin sulit, tapi begitu mereka bisa menuliskan satu keberuntungan, besok-besoknya akan semakin mudah dan semakin banyak keberuntungan yg mereka tuliskan.

Dan ketika mereka melihat beberapa hari kebelakang Lucky Diary mereka, mereka semakin sadar betapa beruntungnya mereka. Dan sesuai prinsip “law of attraction”, semakin mereka memikirkan betapa mereka beruntung, maka semakin banyak lagi lucky events yang datang pada hidup mereka.

Semua orang bisa menciptakan keberuntungan nya sendiri termasuk Anda.

Tertarik menciptakan keberuntungan? Coba aja deh...he..he.


0 komentar:

Posting Komentar