Rabu, 12 Desember 2012

Tradisi mengaji

Puluhan tahun silam di setiap rumah di tempat tinggal saya, Komplek PLN PLTU Tanjung Priok, Jakarta Utara selepas maghrib datang selalu terdengar lantunan ayat suci Alquran dari rumah ke rumah.

Tradisi ini, kini sudah mulai menghilang seiring perkembangan zaman, arus globalisasi dan transformasi budaya yang sangat cepat berkembang terjadi saat ini. Lantunan ayat suci alquran ini, kini sudah tergantikan oleh sinetron-sinetron ‘penyekat’ waktu.

Tradisi mengaji di waktu selepas magrib sambil menunggu datangnya waktu shalat isya adalah warisan ‘masa lalu’ yang terjadi di banyak daerah di Indonesia yang telah mampu membentuk karakter masyarakat yang Qurani. Namun kini...lampu pijar itu tetap harus terus dinyalakan

Kepala Sekolah saat saya menimba ilmu di Madrasah Diniyah Nurul Falah, Ustad Drs Ahmad Dimyati (semoga Allah SWT memberikan pahala berlimpah padanya) adalah sosok yang sangat getol menyuarakan program magrib mengaji saat itu di Komplek yang kini jadi Kompleks PLN PLTGU (Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap) dan bersebelahan dengan Taman Impian Jaya Ancol.

“Cep, sebenarnya saya rindu sekali dengan suasana zaman dulu, dimana tiap rumah selalu dijumpai orang-orang mengaji,” ucap Ustad Dimyati, saat saya bertemu dengannya tahun 1993 di daerah Kebon Bawang daerah dekat Warakas Tanjung Priok, rumah beliau.

Semoga apa yang di cita-citakan beliau bersama para guru ngaji Madrasah Diniyah Nurul Falah lainnya, seperti Ustad Tarmidzi, Ustad Hasan Basri (almarhum), Ustad H Romli Baijuri (almarhum), Ustad dan Ustadzah Syahlani, Ustadzah Kudasi, dan lainnya menjadi cikal bakal penerus generasi masa kini. Dan kini, kamilah yang harus terus bekerja dalam dakwah untuk generasi sekarang…

0 komentar:

Posting Komentar