Malam sudah cukup larut. Namun terjadi perdebatan antara sepatu kiri dan sepatu kanan disudut ruangan suatu rumah, tepatnya di rak sepatu. Padahal mereka baru saja melepas lelah setelah seharian penuh mene
mani tuannya pergi ke pegunugan.
"Enak benar kamu hari ini. Pulang-pulang langsung mau tidur,padahal seharian udah tidur" gerutu sepatu kanan ketika melihat sepatu kiri sudah mau tidur.
"Kamu lihat sendiri, sudah jam berapa sekarang? Masa aku ga boleh tidur?" Jawab si sepatu kiri dengan kesal
"Bukannya kamu sudah ngorok seharian?" Tanya sepatu kanan dengan ketus
"Enak saja! Mana berani di depan bos ngorok?" jawab sepatu kiri sama ketusnya.
"Ya sudah kalau tidak mau mengaku. Yang jelas hari ini kamu santai-santai kan? UENAAKKK TENAN!" Kata sepatu kanan dengan sinis.
"Kamu ini salah makan atau apa? Tanpa alasan marah-marah melulu?" sahut sepatu kiri
"Aku ini tidak marah. Cuma kesal!"
"Apa bedanya marah dan kesal?!"
"Marah setingkat lebih tinggi. Tapi kesal ada gemasnya juga!"
"Hahaha dapat definisi dari mana sobat?"tanya sepatu kiri
"Yah masa bodohlah. Dapat definisi dari mana kek tidak perlu tahu. Yang jelas kamu egois tanpa perasaan. Mengaku sobat, tapi tidak punya empati. Kalau emang seorang sahabat, seharusnya mau membantu!"
"Lho lho lho?aku jadi bingung. Kita ini bukan sekedar sahabat bung! Lebih dari itu. Tidur berdampingan pergi bareng kemana mana. Berbecek ria bersama, dsb. Meski ditakdirkan mempunyai dua tubuh, tetapi kita selalu ditakdirkan hidup berdampingan. Bahkan salah satu di antara kita bagaikan bayangan di cermin. kamu seperti bayanganku, aku seperti bayanganmu. Jadi apa lagi yang perlu dipersoalkan." Jawab si sepatu kiri
"Kamu memang paling pintar bersilat lidah, Berbusa-busa, tapi kenyataannya berbeda!"
"Sudahlah, ini sudah malam. Besok pagi-pagi kita harus sudah siap menemani bos lagi. Aku tidak paham apa yang kamu maksudkan. Coba bicara dengan jelas. Setelah itu kita tidur, "Jawab si sepatu kiri sambil menguap
"Oke, aku mau bicara dengan jujur, gamblang, terang,blak-blakan. Mengapa seharian kamu tidak mau membantu aku? Sepanjang hari, naik turun bukit kamu diam membayu. Sementara aku dibiarkan bekerja keras sendirian?!"
"Lho kamu ini gimana? Bos kan menggunakan mobil barunya! Mobil otomatis. Kaki kirinya sama sekali tidak bekerja. Sementara kaki kanannya menginjak gas dan rem bergantian. Bukannya aku tidak mau membantu. Aku memang tidak bisa berperan karena kaki kiri bos kita juga tidak berperan. Masa aku harus minta-minta dipakai di kaki kanan bos menggantikanmu?! "jawab si kaki kiri panjang lebar
"Jadi besok2 kamu akan bersantai?!"
"Memangnya bos kita seharian menyetir mobil melulu? Apa dia tidak jalan kaki? Kalau jalan kaki apa hanya menggunakan kaki kanan saja? Kamu ini jangan seperti anak kecil hitung-hitungan sama teman. Coba kamu ingat, sebelum beli mobil baru yang otomatis, aku kan yang lebih capai ketimbang kamu? Kalau naik turun pegunungan, aku harus menahan kopling terus-terusan. Apa selama ini aku menggerutu dan jengkel sama kamu? Kan Tidak?!" sahut sepatu kiri berapi-api.
Mendengar penjelasan sepatu kiri, sepatu kanan hanya diam dan menghela napas.
"Sudahlah sobat, kita ini ditakdirkan menjadi pasangan sehidup semati, tak akan pernah berpisah sekejap pun. Abadi. Bahkan lebih abadi ketimbang pasangan suami istri di zaman sekarang, yang sebentar-sebentar kawin cerai. Seandainya aku rusak dan tubuhmu masih utuh pasti kita berdua dibuang. Demikian juga sebaliknya. Tak ada sejarahmya sepatu kiri rusak lalu bos membeli sepatu kiri baru untuk menamani sepatu kanan! Ya kan?" kata si sepatu kiri beragumentasi.
"Kamu memang benar sobat. Hari ini aku terlalu lelah dan gampang emosi. Maafkan aku. Aku telah mengaku salah" Akhirnya sepatu kanan memohon maaf.
Lalu keduanya pun tidur dengan lelap, wajah keduanya tampak ceria dan penuh kedamaian.
Esok harinya mereka saling akrab dan bahu membahu. Saat si bos mengendari mobil, sepatu kiri istirahat sejenak. Namun ketika si bos bermain bola dengan semangat, giliran sepatu kiri yang bekerja keras karena si bos adalah pemain sayap kiri yang menggunakan kaki kirinya.
RENUNGAN:
Cerita yang begitu menyentuh ini kita dapat mengambil sebuah kesimpulan yaitu bahwa hidup harus bisa saling menunjang, saling berbagi, saling bekerja sama. Kita tidak akan bisa hidup hanya sendiri saja. Kita perlu tema, perlu partner untuk menjalani hidup ini. Betapa bahagianya apabila hidup akan selalu berdampingan dengan bahagia. Alangkah indahnya bila suami istri, Ketua Umum - Sek Jen, Presiden dan wakilnya mencontoh kerja sama sepasang sepatu.
0 komentar:
Posting Komentar