Dikisahkan seorang bangsawan kaya dan terhormat tinggal bersama istri dan putranya yang tampan. Sang Bangsawan setiap hari sibuk bekerja, demikian juga istrinya. Ia mempunyai berbagai kegiata
n di luar rumah sehingga putra kecilnya lebih sering ditemani oleh pengasuh. Putra bangsawan itu berusia lima tahun dan sedang tumbuh dengan segenap kenalakan dan dia mulai menggambar, mencorat-coret tanah di halaman belakan atau menggoreskan kuasnya ke berbagai permukaan yang disediakan oleh si pengasuh.
Sang Bangsawan adalah pahlawan kebanggaan kota itu. Karena jasa-jasanya membesarkan kota dan negara, maka Raja menghadiahkan sehelai kain sutera berlapis emas yang indah sekali. Suatu hari, saat si pengasuh lengah menjaga si kecil, terjadilah malapetaka. Si putra bangsawan yang melihat kain sutera emas berlapis emas yang ada diatas meja, segera menjadikannya alas untuk menggambar. Akibatnya kain sutera nan indah itu pun coreng-moreng penuh tinta hasil coretannya.
Ketika bangsawan dan istrinya tiba dirumah, dengan kegembiraan khas seorang anak, tanpa merasa bersalah sedikit pun, putra bangsawan itu memamerkan hasil coretannya di atas kain sutera emas pemberian raja.
Seketika itu sang bangsawan kaget dan meledak amarahnya. Sambil berteriak diambilnya alat pemukul.
“Dasar anak nakal, yang kamu coret-coret itu adalah sutera emas penghargaan raja!!! Rusak sudah kehormatan ayah. Tanpa berpikir panjang bangsawan itu memukuli tangan anaknya.
“ampun ayah, sakit, rengek sikecil sambil menahan sakit”
Keesokan harinya, saat si kecil dimandikan terdengar lirih suara tangis kesakitan. Pukulan Ayahnya kemarin ternyata meninggalkan luka di jarinya. Selang berapa hari putranya panas tinggi. Kemudian dibawa ke dokter, ternyata di bekas luka pukulan tadi membengkak kehitaman dan terpaksa harus di amputasi.
Setelah operasi, sang putra bilang sama ayah ibunya, jangan sedih, saya minta maaf telah membuat ayah kesal, tapi tolong Yah kembalikan tangan putra supaya putra bisa menyalami ayah untuk memohon ampun. Mendengar kata si kecil, meledaklah tangis kedua orang tuanya. Mereka sadar, penyesalan sedalam apapun tidak akan pernah mengembalikan utuh tangan anak mereka.
RENUNGAN:
Kemarahan yang tidak terkendali sesungguhnya adalah emosi yang membutakan mata hati. Tidak peduli apapun akibat dan hasilnya. Emosi yang tidak terkontrol biasanya hanya akan memperpanjang masalah. Tak jarang emosi yang berlebihan justru akan menimbulkan dampak masalah yang lain.
Tanpa kendali diri, kemarahan yang meledak-ledak, kebencian yang mengakar. Kedengkian yang mengerogoti akal sehat, dan dendam yang membara, sangat berpotensi merusak diri kita sendiri. Hubungan baik dengan sekeliling kita juga terganggu.
Hubungan dalam keluarga kita juga kadang ada masalah, begitu juga kerja sama dalam tem work kita sehari-hari, kadang ada masalah yang bisa mengakibatkan benturan antara orangtua dan anak, pimpinan dan anakbuah, atau antara pimpinan dan pimpinan. Namun yang paling penting kita tidak keluar dari focus untuk mencapai tujuan.
Emosi negatif harus kita rubah menjadi positif yang menjadi kekuatan kita. Masing-masing harus mau introspeksi diri mau menyadari kelemahan masing masing dan mau memperbaiki diri.
Ini adalah salah satu pilar yang cukup kuat untuk mensolidkan team kita menjadi team yang kuat.
“Kemarahan yang tidak terkendali sesungguhnya adalah emosi yang membutakan hati. Tidak peduli apapun akibat dan resikonya, penyesalan selalu datang belakangan"
0 komentar:
Posting Komentar