Saat kecil dulu, saya suka naik-naik atap rumah untuk melihat kampung dari tempat yang agak tinggi.
(Memang sejak kecil saya suka merenung di tempat-tepat yang lebih tinggi.)
Ibu melarang saya, dan sering memperingatkan bahwa itu bahaya.
Dasar anak kecil yang asyik dengan pikirannya sendiri, saya tetap saja naik-naik genteng rumah dan menikmati kesendirian di tempat yang saya rasa saat itu lebih dekat dengan keajaiban langit dan memberikan sapuan yang luas terhadap kesibukan orang di kampung.
Saat saya berdiri untuk pindah ke posisi yang lebih baik, saya kehilangan keseimbangan dan tubuh saya bergerak ke arah bawah – jatuh.
Dengan otomatis saya menggapai kabel listrik yang merentang di atas bubungan atap, dan zzZZzzZZZttTTT !!! – saya kesetrum !!! seluruh tulang di tubuh saya terasa terpisah dan terbakar dan nafas tersentak berhenti mendadak.
Tapi yang mengherankan, bahkan sampai saat ini bagi saya, Mario Kecil itu bisa dengan sadar mengatur ketegakannya tubuhnya dari kecondongan yang berbahaya, dan melepaskan genggaman tangannya dari kabel listrik itu.
Saya duduk dengan tubuh lemas gemetar. Alhamdulillah, tidak ada sedikit pun luka di telapak tangan dan bagian tubuh yang lain.
Setelah menunggu sampai otot-otot saya cukup kuat, saya merambat turun dengan ekstra hati-hati. Dan dalam hati saya berkata: Orang tua benar !!!
Itulah terakhir kali saya naik atap rumah. (Saya tidak pernah menceritakan kejadian itu kepada Ibu dan Bapak).
Untuk selanjutnya, saya mencari tempat-tempat tinggi yang lebih aman untuk merenungkan diri dan kehidupan anak kecil yang tidak mudah, yang ternyata sulitnya berlanjut sampai jauh ke masa depan yang panjang.
Orang tua benar !!!
Larangan itu dibuat oleh orang tua karena mereka tahu akibat dari tidak dilarang.
Mario Teguh
0 komentar:
Posting Komentar