Jumat, 18 Mei 2012

Si Kelinci Yang Penakut

Manusia adalah mahluk sosial yang hidup saling bergantung satu sama lain. Walaupun ide hidup saling tolong menolong ini menyenangkan, namun sesungguhnya banyak konflik terjadi disana jika pengharapan kita tidak terpenuhi oleh lingkungan kita.

Setiap manusia mempunyai masalah. Masalah ini akan semakin besar kala kita mulai membandingkajn diri kita dengan hal yang jauh lebih besar.

Kita istimewa dan berhak mendapatkan kesuksesan apapun yang terjadi. Untuk itu mari kita simak ilustrasi cerita di bawah ini, agar kita tetap semangat menghadapi segala kemungkinan yang ada.


Sejak dulu kelinci dikenal sebagai hewan bernyali kecil. Mereka sering ketakutan tanpa sebab jelas. Seringkali mereka menyingkir sesegera mungkin jika keamanannya terancam.

Suatu hari nampaklah sekelompok kelinci tengah berkumpul di tepian sungai. Mereka berkeluh kesah meratapi nyali mereka yang kecil, mengeluh kehidupan mereka yang selalu dibayangi marabahaya. Semakin dalam mereka mengobrol, mereka pun semakin sedih dan ketakutan memikirkan nasib mereka sendiri. Alangkah malangnya terlahir sebagai kelinci. Mau lebih kuat tidak punya tenaga, ingin terbang tidak punya sayap. Setiap hari selalu ketakutan karena terganggu oleh telinga panjang mereka yang tajam pendengarannya. Sehingga matanya yang berwarna merahpun semakin merah saja. Mereka merasa hidup ini tidak ada artinya. Daripada hidup menderita dan terus menerus dihantui ketakutan mereka pun berpikir untuk mati saja.

Keputusan bunuh diri masal pun diambil. Mereka akan bersama – sama bunuh diri dengan melompat dari tebing tinggi yang curam. Namun ketika mereka melewati pinggir sungai, terlihat ada katak yang terkejut melihat kelinci yang berjumlah banyak. Katak ketakutan melihat pemandangan itu. Katak pun melarikan diri dengan melompat ke dalam sungai.

Kelinci sering sekali melihat katak melompat ke dalam air dan mereka tidak mempedulikannya. Tapi pemandangan yang baru dilihatnya sungguh lain. Diantara sejumlah kelinci itu ada seekor kelinci yang sadar. Akhirnya kelinci itu menghimbau rekan kelinci lainnya untuk menghentikan tindakan mereka untuk bunuh diri. Karena mereka bukan satu – satunya jenis mahluk yang bernyali kecil. Masih ada katak yang nyalinya jauh lebih kecil dibanding mereka. Hal ini terbukti dengan larinya katak begitu melihat gerombolan kelinci.

Mendengar perkataan kelinci itu, rekan kelinci lain akhirnya terbuka pikirannya. Tiba – tiba seolah tumbuh tunas keberanian di hati mereka. Dengan riang gembira mereka pun saling membesarkan diri satu sama lain. Kelompok kelinci itu pun kembali pulang dan melupakan niat untuk bunuh diri.

Saat keberuntungan tidak memihak kepada kita, janganlah kita suka meratapi nasib yang dirundung malang seakan kita mahluk paling menderita di bumi ini. Lihatlah sekeliling kita. Masih banyak yang nasibnya kurang beruntung dibanding kita. Jika mereka hidup dalam kekuatan dan mampu menjalani semua itu dengan tegar dan tetap berjuang, lalu kenapa kita tidak. Apapun keadaan hidup kita hari ini, jalani dengan optimis dan aktif. Nasib tidak akan berubah tanpa manusia itu sendiri yang merubahnya. Karena sesungguhnya sukses adalah hak semua orang yang mau berjuang dengan sungguh – sungguh.

Manusia selalu berada dalam keadaan bergairah, senang, sedih dan susah. Namun semua itu tergantung kembali pada saluran mental itu sendiri. Daripada mati sebagai pengecut lebih baik hidup sebagai ksatria. Setiap orang sebenarnya punya kemampuan menghadapi masalah. Dan penyelesaian masalah itu bukanlah dengan mengeluh. Karena mengeluh bisa menyebabkan depresi yang akhirnya membuat kita lupa bahwa kita manusia mempunyai kekuatan mengubah hidup.

0 komentar:

Posting Komentar