Dikisahkan ada seorang pria kaya raya dan tiga anak perempuannya yang tinggal di sebuah rumah besar dan indah. Dari kejauhan, terlihat juga rumah-rumah yang ditinggali oleh para tukang kayu, pembuat kapal, dan banyak lagi orang dengan profesi berbeda. Banyak dari mereka termasuk orang yang jujur, tapi banyak juga yang terlalu egois karena terbuai kemewahan harta benda.
Pria kaya raya tadi punya rencana untuk menghapus sifat tersebut, dan ia memutuskan agar ketiga putrinya menyamar menjadi orang miskin. Masing-masing dari mereka diberi sekantung emas untuk diberikan pada orang yang mau menolong mereka.
Kemudian, pria tadi dan ketiga anaknya mulai berkeliling. Di rumah pertama, mereka mengetuk pintu dan seseorang pun membukakan pintu dan berkata, “Tidak. Kami tidak punya kamar atau makanan untuk pengemis.” Lalu menutup pintu.
Di rumah berikutnya, mereka mengetuk pintu lalu berkata pada orang yang membukakan pintu “bisakah Anda memberi makan dan tempat berlindung untuk kami?”
“Kami tak punya makanan untuk dibuang-buang, dan rumah kami hampir tidak cukup untuk diri kami sendiri.” Lalu menutup pintu.
Mereka berkata pada ayah mereka, “haruskah kita teruskan?”. Ayah mereka menjawab, “Masih ada dua lagi. Kita lihat siapa yang tidak egois. Karena kalian sebenarnya tidak membutuhkan bantuan, kalian bisa berhenti jika ditolak.”
Sampailah mereka di rumah berikutnya.
“Yang ini kelihatan lebih meriah daripada yang lain. Kita pasti akan diterima.” Dan sang ayah tetap mengawasi mereka sambil bersembunyi.
Ketika pintu dibuka, muncullah seorang gadis. “Bisakah kau memberi kami makan dan tempat berteduh selama satu malam?” kata salah seorang dari mereka.
“Tidak. Kami baru saja menghabiskan uang untuk saudara kami, Jack, yang baru saja kembali dari laut. Kami juga tidak bisa karena kami tidak punya satu kamarpun yang tersisa, sebab semua teman-teman kami ada di sini.”
“Tapi kami lelah, dan butuh tempat beristirahat dan makanan” Kata salah seorang dari mereka sambil melihat meja yang penuh dengan makanan.
“Ya, tapi kami hanya punya untuk diri kami sendiri dan teman-teman kami. Bukan untuk pengemis” kata gadis itu, lalu menutup pintu.
“Haruskah kami melanjutkan, ayah?” kata mereka.
“Satu kali ini saja, ini yang terakhir.” Katanya sambil mengantar mereka ke rumah seorang janda miskin.
Mereka berhenti sejenak di depan rumah, karena mereka mendengar suara seseorang yang sedang berdoa, “Berilah rizki pada hamba, maafkan kesalahan hamba, dan jangan biarkan hamba tergoda.”
Ia kemudian berdiri setelah mendengar suara ketukan pintu. Setelah membuka pintu, ia tersenyum pada ketiga gadis tadi.
“Aku punya tempat berteduh, tapi tak punya makanan. Masuklah.”
Mereka kemudian masuk.
“Aku tak punya makanan, tapi marilah dekat perapianku ini. Udara di luar sangat dingin, dan kalian pasti butuh istirahat.”
Ia kemudian berkata, “Aku senang kalian datang sekarang, aku tak punya bahan bakar lagi, dan jika kalian datang besok pasti di sini gelap dan dingin.”
Ketiga gadis tadi kemudian mengeluarkan emas yang ada di kantung mereka. Wanita tadi pun terkejut dan tidak bisa berkata-kata melihatnya.
“Ini dari ayah kami, karena Anda telah menolong kami yang sedang menyamar”. lalu mereka meletakkan emas di meja.
“Tuhan pasti akan memberi rizki pada orang yang mau membantu orang lain.” kata sang ayah yang kemudian muncul.
Pagi harinya, orang-orang ramai membicarakan emas yang didapat oleh wanita tadi. Mereka menyesal kenapa mereka tidak menolong tiga gadis yang menyamar tadi.
“Biarlah pengalaman ini menjadi pelajaran untuk seumur hidup kalian, agar menolong orang lain yang sedang membutuhkan.”
“Tapi mereka sebenarnya tidak kelaparan dan kedinginan!” Kata salah seorang dari penduduk.
“Kalian menghadapi hal yang sama, karena sebenarnya saat itu kalian semua tidak tahu bahwa mereka menyamar.” Mereka pun terdiam, karena itu memang benar.
Tapi pelajaran tersebut tidak hanya bertahan sementara, sebab mereka telah berubah dan tidak pernah lagi menutup pintu untuk orang asing yang sedang membutuhkan.
"Kesempatan-kesempatan besar untuk membantu orang lain jarang datang, tapi yang kecil ada di sekeliling kita setiap hari." - Sally Koch
0 komentar:
Posting Komentar