Perempuan (ibu) adalah madrasah pertama bagi pendidikan seorang anak. Apa yang didapatkan oleh seorang anaknya pada masa-masa awalnya akan sangat berpengaruh ketika ia tumbuh besar kelak. Anak yang cenderung meniru apa yang dilihatnya. Hal tersebut bergantung sekali kepada orang-orang yang ada di sekelingnya.
Di sinilah letak peran penting seorang perempuan dalam pembentukan watak seorang anak, dimana perempuanlah orang yang pertama kali berhubungan komunikasi dengan sang anak, yaitu dimulai sejak sang anak berada dalam kandungan atau bahkan jauh sebelum itu, saat ruh ditiupkan ke dalam rahimnya.
Ketika anak dalam kandungan, perempuan sebagai ibu, punya peran penting untuk pertumbuhkembangan sang anak, selain peran penting sang ayah. Ketika ibu tidak menjaga pola komunikasi fisik dan mentalnya, maka akan berakibat buruk. Tidak hanya dirasakan oleh ibu itu sendiri, dan anak yang berada di dalam kandungan turut merasakannya.
Hal itu akan berlanjut hingga sang anak lahir. Komunikasi dan kontak fisik serta batin secara langsung begitu erat terjalin antara ibu dan anak. Maka ketika seorang ibu memperlakukan anak dengan baik ketika merawat anaknya, pada saat itu pula ia telah memberikan contoh perilaku baik pada sang anak. Pada masa-masa berikutnya, anak akan melewati sebuah masa emas bagi perkembangan hidupnya. Anak akan dengan mudah menyerap segala informasi yang sampai padanya.
Maka sangat ditekankan, seorang perempuan (ibu) haruslah mengerti dan memahami posisi penting ini dengan mempersiapkan diri sebaik-baiknya untuk sebuah “misi suci”, membangun generasi-generasi tangguh yang akan menjadi pelaku-pelaku sejarah di masa mendatang. Akan berbeda tentunya bila kita membandingkan seorang perempuan yang mempunyai ilmu dan tidak.
Ketika perempuan itu mempunyai ilmu dan memahami hakikat dirinya maka ia akan selalu berbuat apa yang telah disebutkan AlQur’an sebagai pedoman bagi kaum Muslim, umat yang terbaik yang selalu bermanfaat bagi manusia.
Namun sayangnya, masih sedikit sekali orang tua yang menyadari peranan penting mereka, terlebih ibu yang mempunyai kedekatan komunikasi dan emosional lebih dalam pendidikan anak ini. Mereka beranggapan ketika anak sudah memasuki bangku sekolah, maka tanggung jawab pendidikan sudah lepas dari tangan mereka dan beralih pada guru-guru yang ada di sekolah.
Padahal tidaklah demikian, karena perempuan (ibu) lebih banyak waktu kebersamaan keluarga bagi anak daripada kebersamaan anak dengan guru-guru mereka. Terlebih lagi pada ibu, yang mempunyai peran penting dalam sosialnya, seperti melahirkan, menyusui dan mendidik, di samping ayah, setidaknya ia menyadari betul akan peran pentingnya tersebut.
Ia seharusnya memanfaatkan momen-momen penting yang dilalui oleh anak dan mengisinya dengan hal-hal yang berharga, melalui pendidikan yang ia berikan selama kebersamaannya dengan sang anak. Ia juga berpeluang untuk menanamkan nilai-nilai yang bersumber pada agama yang juga sesuai dengan fitrah sang anak. Maka ketika semua ini disadari, akan lahir generasi-generasi tangguh dari keluarga tersebut.
Dengan demikian, peran perempuan ternyata begitu besar dalam hal melahirkan sebuah peradaban. Tanpa kehadiran perempuan niscaya kehidupan ini tidak akan berputar seperti yang kita lihat sekarang. Tugas-tugas seperti itulah yang akhirnya memuliakan seorang perempuan.
0 komentar:
Posting Komentar