Assalamualaikum Sobat Ruang
Lebih baik Diam>>Pada kesempatan yang berbahagia ini, saya ingin share tentang sifat para sahabat Nabi dan para ulama terdahulu ketika diminta memberikan fatwa, memberikan tafsir kepada suatu hadist, dan memberikan tanggapan terhadap berbagai bentuk permasalahan dalam hukum agama. Dari sini kita bisa belajar, bagaimana kehati-hatian para sahabat dan ulama terdahulu dalam berkata-kata, berfatwa dan memberikan pendapat.
Bagaimana dengan kita? yang ilmunya hanya sekedar, itupun kebanyakan dari baca membaca, debat dikit langsung kopas berkilo-kilo hadis, tersinggung dikit langsung sodorkan ayat-ayat panjang....ampuni kami Ya Allah
Semoga ini nantinya bisa menjadi pelajaran bagi kita, terutama untuk saya pribadi, agar berhati-hati untuk tidak asal ngomong, asal copas ayat dan hadis atau menjelaskan suatu masalah yang berkaitan dengan urusan agama yang kita kurang pemahaman tentangnya.
Ibrahim At-Taimiy apabila ditanya tentang suatu masalah maka ia menangis sambil bertanya, " Apakah kalian tidak menemukan orang lain, sampai kalian menanyakannya kepadaku?"
Ibnu Umar Radliyallahu'anhuma pernah ditanya tentang sepuluh masalah. Beliau hanya menjawab satu masalah dan beliau diam, tidak menjawab sisanya.
Ibnu Abbas Radliyallahu'anhum pernah menjawab sembilan pertanyaan yang diajukan kepadanya, dan yang satu tidak dijawab.
Abdurrahman bin Abi Laila berkata : " Di dalam masjid ini, aku pernah sempat bertemu 120 orang sahabat Rasulullah Shallalahu Alaihi Wa salam. Tidak seorang pun diantara mereka yang ditanya tentang suatu hadis atau keterangan hukum, kecuali lebih suka temannya yang menjawabnya"
Abu Hafs An-Naisabury berkata : " Orang alim adalah orang yang ketika ditanya tentang suatu masalah, merasa takut kalau-kalau nanti pada hari kiamat ditanyakan kepadanya, 'Dari mana Dasar Jawabanmu?' "
Sebagian ulama berkata : " Sesungguhnya orang Alim adalah orang yang apabila ditanya tentang suatu masalah, maka seolah ia mencabut gigi gerahamnya"
Ulama lain berkata : " Para sahabat nabi saling melempar dalam empat perkara : Pemimpin negara, Penerima Wasiat, Menerima barang titipan dan Meberikan Fatwa "
Ibnu Husbain berkata : " Ada ulama zaman ini yang berani memberikan fatwa tentang suatu masalah, yang seandainya masalah tersebut dikemukakan kepada halifah Umar bin Khattab Radliyallahu'anhu, tentu beliau akan mengumpulkan ahli badar untuk membicarakannya"
Selalu Diam merupakan kebiasaan ahli ilmu, kecuali pada waktu terpaksa.
Abu Sulaiman berkata : "Makrifat itu lebih dekat kepada Diam daripada Bicara"
Di ceritakan bahwa seorang sahat meriwayatkan 20 Hadis dihadapan Al-Hasan. Lalu ia ditanya tafsir dari 20 hadits tersebut, Ia Menjawab : "Aku hanya bisa meriwayatkan". Maka tampilah Al-Hasan mentafsirkan ke-20 hadits tersebut, satu demi satu, maka para hadirin merasa takjub akan kebaikan penafsiran dan hapalannya. Lalu sahabat nabi yang meriwayatkan ke-20 hadits tersebut mengambil segenggam kerikil dan melemparkannya kepada para hadirin, seraya berkata : " Kalian bertanya tentang suatu ilmu kepadaku, sedangkan orang alim ini ada diantara kalian"
Demikianlah sifat para sahabat nabi dan para ulama terdahulu, memang, kita tidak akan dimintai untuk memberikan fatwa atau semacamnya..... :D
Tapi bukankah ini adalah sebuah pelajaran yang sangat berharga untuk kita, bagaimana para alim terdahulu sangat berhati-hati dalam berpendapat dan berkata-kata terutama masalah Agama, karna setiap ucapan, omongan, tulisan, sikap maupun tindakan, kelak akan dipertanggung jawabkan.
Lebih Baik Diam, tentu ini bukan ajakan untuk membatasi diri menyampaikan kebaikan, tapi ketika kita sampai pada suatu permasalahan yang kita tidak terlalu paham akan permasalahan tersebut, maka Lebih Baik Diam. Allahu'alam
Wassalamualaikum
Sumber : Kitab Ihya 'ulumuddin, Al-Ghazali>> Cacat Ilmu dan Menerangkan ciri-ciri Ulama Akherat dan Ulama Su' (ulama jelek)
0 komentar:
Posting Komentar