Tidak jarang para istri Rasulullah SAW ada rasa cemburu sebagaimana layaknya para wanita. Namun ketika kecemburuan ini mulai menampakkan ketidakwajaran dihadapan beliau, maka beliau segera meluruskannya dengan pendidikan (tarbiyah) yang baik.
Seringkali istr-istri Rasul SAW mempergunakan kebebasannya dalam berbicara. Sedang beliau mendengarkan, menjawab, dan menyampaikan pendidikan. Beliau selalu membujuk dan melipur hati mereka hingga menjadi jernih tanpa suatu beban apapun.
Dalam sebuah peristiwa, Aisyah pernah bercerita, bahwa pada suatu hari Rasululluh SAW masuk kerumahnya. Aisyah segera bertanya, ”Di mana seharian tadi?”
”Wahai Humaira, aku tadi di rumah Ummu Salamah,” jawab beliau.”Apakah engkau belum kenyang di rumah Ummu Salamah?” tanyaku lagi. Rasul SAW hanya tersenyum saja.
Aku berkata lagi, ”Wahai Rasulullah, tidakkah engkau mau memberitahuku tentang dirimu? Andaikan engkau turun di dua lembah, yang satu belum pernah digunakan untuk menggembala, manakah yang hendak kau gunakan untuk menggembala?”
”Tentu saja yang belum pernah digunakan untuk menggembala,” jawab beliau.
”Aku tidak seperti seorang pun di antara istri-istrimu. Masing-masing di antara mereka pernah menikah dengan seorang lelaki, selain aku,” kata Aisyah. Lalu beliau tersenyum saja.
Para istri Rasul SAW juga sering bercanda, dan beliau pun ikut bergabung dalam suasana kegembiraan mereka. Abu Ya’la meriwayatkan dari Aisyah RA, ia berkata, “Aku mendatangi Rasulullah sambil membawa tepung terigu yang sudah kumasak. Aku berkata kepada Saudah, sedang beliau berada di antara diriku dan Saudah, “makanlah!”
Namun Saudah enggan untuk makan. Maka aku berkata lagi, “Kamu makan ataukah harus kupolesi wajahmu!?”
Saudah tetap enggan, tidak mau makan. Kuletakkan tanganku di tepung, lalu kupolesi wajah Saudah. Rasulullah SAW tertawa melihat tingkah kami.
Rasul pun meletakkan tangannya di dalam tepung seraya berkata kepada Saudah, ”Ayo, polesi wajah Aisyah!,” sabdanya sambil tertawa kepada Saudah.
0 komentar:
Posting Komentar