Arthur: How many do you see ?
Adams: There are four fingers, Arthur.
Arthur: No, no, no. Look at me.
Adams: What ?
Arthur: Y-You're focusing on the problem.
If you focus on the problem, you can't see the solution.
Never focus on the problem.
Look at me ! How many do you see ?
No, look beyond the fingers. How many do you see ?
Adams: Eight.
Arthur: Eight. Eight.
Yes ! Yes !
Eight's a good answer.
Yes.
See what no one else sees!
See what everyone else
chooses not to see...
out of fear and conformity and laziness.
See the whole world a new each day.
Percakapan diatas saya ambil dari film-nya Robin Williams tahun 1998 yang diambil dari kisah nyata, Patch Adams. Patch berbincang dengan seorang pasien RSJ ketika dia dirawat disana. Arthur, nama pasien itu, selalu menanyakan ke orang2 berapa yang dilihat ketika empat jari tangan diacungkan. Dan, Patch pun menyadari jawaban dari pertanyaan Arthur bahwa yang dilihat adalah 8, bukan 4 jari. Percakapan itulah yang membuat Patch Adams menjadi seorang dokter yang luar biasa dengan filosofi hubungan antara dokter dengan pasien yang bukan hanya hubungan subjek dan objek. Dokter sebagai subjek, dan pasien sebagai objek. Dengan cara pandangnya untuk berinteraksi dengan baik, membuat pasien terbuka dan merasakan kebahagiaan, Patch berhasil membuat suatu peningkatan kualitas hidup dari para pasien, bukan hanya mengobati.
Di film tersebut, bahwa tawa keceriaan dan kebahagiaan yang diterima oleh pasien melalui joke-nya Patch Adams membuat mereka lebih mudah untuk sembuh dan lebih mudah mengatasi sakit dibandingkan dengan tanpa tawa. Walopun di film ini Patch yang seorang dkter malah jadi mirip badut sirkus, tapi cara itu efektif untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.
Oke, coba kalo hal tersebut diaplikasikan ke kehidupan sehari-hari. Apa berlaku juga bakal meningkatkan kualitas hidup kita? Misalkan, kita ada suatu masalah yang berat, pasti bakal mengganggu pikiran kita sehingga mau tidak mau kita bakalan sedih dengan masalah itu. Karena apa? karena kita melihat masalah itu dengan cara biasa. Mengutip quote diatas "You're focusing on the problem. If you focus on the problem, you can't see the solution." Aku rasa benar juga. Karena mungkin terlalu fokus sama masalah yang dirasakan itu, maka bisa membuat kita menjadi makin terpuruk sama masalah itu. Menjadi sedih, menjadi depresi, menjadi makin terpuruk, dan tidak menutup kemungkinan bisa membuat menjadi gila bahkan bunuh diri.
Tiap orang mempunyai cara yang berbeda-beda dalam menghadapi masalah. Ada yang mungkin berusaha menghindar dari masalah itu, ada yang mungkin berusaha buat menerima masalah itu dengan pasrah dan tanpa melawan, ada yang mungkin menerima masalah itu lalu berusaha mencari solusi, dan mungkin ada yang mengabaikan masalah itu karena tidak dianggap sebagai masalah. Menurutku, buat poin pertama dan kedua sangat tidak efektif buat menghadapi masalah. Masalah tidak bisa dihindari. Mengutip dari lagu Lenka yang berjudul Trouble is A Friend, "Trouble will find you no mater where you go, oh oh.No Matter if you're fast no matter if you're slow, oh oh.The eye of the storm and the cry in the morn, oh oh. You'r efine for a while but then start to loose control." Jadi, kemana-mana pun kita bertemu dengan masalah. Kenapa gak kita jadiin 'teman' aja masalah itu?? Teman.. kita perhatian sama teman, kita berusaha mengerti teman, dan kita nyaman bersama teman.
Mungkin bagi Patch Adams, cara terbaik untuk menjadikan masalah sebagai teman dan mendapatkan solusi adalah dengan cara melihat masalah itu dengan cara pandang berbeda. Dan Patch, dengan cara memberi kecariaan dan tawa ketika menghadapi masalah. So, bagi kita, apa cara terbaik untuk menghadapi dan menyelesaikan masalah?? Itu tergantung dari cara pandang kita sendiri.
0 komentar:
Posting Komentar