Hari Jumat, 22 April 2011 pukul 07.00 waktu setempat, cuaca di kota Madinah begitu terang dan cerah namun tetap dingin. Saya bersama rombongan sengaja pergi ke masjid Nabawi lebih awal.
Setelah sarapan pagi, dan mempersiapkan diri dengan bekal, doa, dzikir dan membawa alquran, pukul 09.00 tepat, kami berlima sudah berangkat menuju Masjid Nabawi. Tujuannya hanya satu, menuju Raudhah untuk bisa salat jumatan disana.
Yang kami lakukan dengan berangkat pagi, karena jika berangkat menjelang azan jumat, pastinya tidak akan kebagian tempat di Raudhah. Sebab, selain tempatnya kecil, sementara itu yang ingin salat disana begitu banyak. Hamper semua jamaah yang salat di masjid Nabawi ingin berlama-lama di Raudhah. Selama berangkat ke masjid Nabawi, saya pun dengan rasa ikhlas, pasrah dan berserah diri kepada Allah SWT.
Jam di tangan menunjukkan pukul 09.30 waktu setempat, ternyata saya lihat para jamaah dari berbagai negara sudah banyak yang masuk di Raudhah, namun terlihat masih di tutup dengan menggunakan kain pembatas yang cukup tinggi. Menjelang pembatas dibuka, kerumunan jamaah makin padat. Terjadi saling dorong dari belakang, samping kiri dan kanan. Di sinilah, saya dan kawan-kawan rasakan perjuangan terasa amat berat saat menanti masuk ke Raudah.
Begitu pembatas dibuka, para jamaah pun berhamburan masuk Raudhah, tak terkecuali saya bersama rombongan. Dengan saling bergandeng tangan kami bergegas seperti bersaing dengan jamaah dari negara lain yang lebih kuat dan tinggi yang juga sama-sama berjuang untuk bisa jumatan di Raudhah.
Alhamdulillah, kami mendapat tempat di shaf ketujuh, ada juga yang mendapat shaf kedua, ketiga dan kelima. Dua setengah jam lebih sambil menunggu tiba salat Jumat, saya bisa melaksanakan salat sunnah, berzikir, berdoa, dan membaca alquran hingga tiga juz. Tak terasa, air mata ini mengalir cukup deras, karena ini merupakan pengalaman yang tidak mudah dilupakan. Kami bisa mendapatkan kenikmatan berdoa, berzikir dan membaca alquran di tempat ini, di hari Jumat.
Sore harinya, selepas salat ashar berjamaah di Masjid Nabawi pukul 16.15 waktu setempat langit begitu cerah dan terang. Saya berziarah ke makam Baqi yang berada di sebelah timur masjid Nabawi. Terlihat puluhan aparat kepolisian berjaga-jaga di pintu pemakaman Baqi yang terbagi menjadi dua bagian, yakni khusus laki-laki dan perempuan.
Ada yang bilang ke saya bahwa makam Baqi’ ini dibuka hanya pada hari Jumat dan hari-hari tertentu yang belum pasti. Begitu masuk makam Baqi terdapat papan pengumuman besar berbahasa arab dan bahasa Indonesia yang memuat beberapa larangan saat berziarah. Terlihat puluhan ribu makam yang ditandai dengan hanya bongkahan batu.
Di pemakaman ini disemayamkan Khalifah ketiga, yakni Ustman bin Affan, para istri Rasullah SAW, kecuali Siti Khadijah, anak-anak dan para sahabat Rasulullah SAW. Selain itu, dimakamkan juga para syuhada, imam, khalifah dan jamaah haji dan umrah yang meninggal dunia. Secara bahasa Baqi' berarti tanah yang lembek yang digunakan Rasulullah sebagai lahan pekuburan massal.
Di makam ini, terlihat banyak burung dara yang terbang dan mencari makan. Tidak salah kemudian, para penziarah memberi makanan kepada burung dara yang pakannya dibeli di luar makam Baqi atau di luar masjid Nabawi. Disini, bagi penziarah dilarang mengambil gambar dengan menggunakan camera besar. Tapi dengan camera digital atau Hand Phone (HP) diperkenankan.
Saya pun berjalan hingga ujung makam Baqi bersama peziarah lainnya hingga memakan waktu 30 menit lebih. Terlihat juga rombongan peziarah dari Turki secara berkelompok dengan dipimpin ketua kelompok untuk memanjatkan doa kepada para penghuni makam Baqi.
Begitu keluar dari Makam Baqi, saya kembali ke Hotel Jawharat al Fairuz untuk membersihkan diri, setelah itu berangkat lagi ke masjid Nabawi menunggu waktu salat Magrib dan Isya. Saat masuk kedalam Masjid Nabawi lewat pintu Babussalam, tidak lupa, saya meminum air zam-zam yang memang disediakan di halaman maupun di dalam masjid Nabawi bagi para jamaah.
Air zam-zam yang ditampung di ribuan galon-galon besar dapat ditemukan di setiap sudut atau pintu keluar masuk masjid Nabawi. Tersedia dua pilihan, yakni dingin dan tidak dingin.
Di samping galon, terdapat gelas plastik berwarna putih yang digunakan untuk minum air zam-zam. Gelas tersebut dipakai hanya sekali, karena setelah dipakai, maka ditaruh di tempat yang sudah disediakan untuk dibuang petugas masjid Nabawi.
Menurut Rasulullah SAW, air zam-zam ini akan tergantung dari niat yang meminumnya. Apabila diniatkan untuk kesembuhan penyakit, maka akan menjadi obat segala macam penyakit dan lainnya.
Setelah selesai salat Maghrib dan Isya, sekaligus berzikir, membaca Alquran dan berdoa, memohon kepada Allah SWT agar dilapangkan hati ini dalam beribadah kepadaNya serta menambah semangat dan kekuatan dalam beribadah dimanapun dan kapanpun. Akhirnya, kami bersama rombongan begegas pulang ke Hotel untuk makan malam bersama seluruh rombongan dari Gema Shafa Marwa (GSM) yang lainnya
Makam Baqi' terlihat dari jauh
Petunjuk makam Baqi' ada yang berbahasa Indonesia
Banyak jamaah yang ingin ke makam Baqi'
Makam Baqi' berupa hamparan tanah yang luas
Salah satu makam yang hanya ditandai dengan batu tanpa nama
0 komentar:
Posting Komentar