Saat ini di tulis tahun 2009, sebuah perkawinan atau pernikahan sudah di anggap oleh kebanyakan manusia sebagai sesuatu yang lumrah ,umum,biasa saja, tak ubahnya sebuah kegiatan iseng . Jaman sekarang perkawinan tak ubahnya sebuah KTP , yang fungsinya untuk identitas belaka. kawin dan cerai adalah hal biasa, dan sama mudahnya.
Hendaknya manusia manusia kembali sadar akan asal-usulnya, tentang mau cari apa dan untuk apa dalam yang perkawinan/pernikahan.
1 - Perkawinan atau pernikahan bukanlah sekedar identitas, karena Tuhan menganjurkan manusia untuk menjalani sebuah perkawinan adalah dengan maksud mulia, untuk mengangkat harga diri antara pria dan wanita, supaya bisa menjadi wadah emosi-nafsu yang terkendali ,bermanfaat, dan memberikan jalan serta motivasi untuk menigkatkan kesejahteraan umat manusia sendiri.
2 - Perkawinan yang benar adalah harus berlandaskan Agama atau kepercayaan, bukan cuma berdasarkan catatan birokrasi pemerintah. karena dalam acara pernikahan secara agama di adakan bentuk sentuhan cinta dan kasih sayang secara mendalam serta janji-komitmen dengan atas nama Tuhan.
3 - Bila sepasang insan telah terikat dalam sebuah perkwinan resmi secara agama/kepercayaan, maka hendaknya disadari bahwa mereka telah memutuskan dan berkomitmen untuk menyatu di hadapan Tuhan, satu sama lain merupakan bagian yang harus saling membangun dan melengkapi , masalah salah,benar,suka,duka adalah tanggung jawab dan bentuk harga diri bersama , Jika tidak bisa memiliki kesadaran atas itu semua, maka artinya pasangan itu sudah salah mengambil keputusan menikah pada awalnya .
Sebuah keputusan untuk menuju pernikahan hendak-nya di pikir dan di pertimbangkan secara matang dan luas, dan harus punya tekad sungguh-sungguh untuk menjadikan pasangan seumur hidup sampai mati , harus selalu disadari bahwa sebuah pernikahan akan membawa tanggung jawab, kepada Tuhan, diri sendiri, orang lain,keluarga, dan anak-anak keturunan.
Jaman sekarang dengan mudahnya orang berkata dan memutuskan "Cerai" , dengan alasan "sudah tidak ada kecocokan" , simple sekali alsan itu , sebuah alasan untuk melarikan diri dari janji dan komitmen yang di ikrarkan pada awalnya , dan mereka pikir alsan seperti itu mengesankan diri mereka orang yang rasionalis dan berfikir benar, padahal sebuah fakta yang lebih buruk, bahwa itu bentuk penjatuhan harga diri kepada diri sendiri dan keluarga, mereka keblinger dengan pola modernisasi berfikir. Seharusnya setiap pasangan harus berusaha mnghapus kata "sudah tidak ada kecocokan" , diganti dengan "bagaimana supaya kami semakin cocok" , sebagagai bentuk dari komitmen mengambil keputusan menikah. Inilah yang saya katakan bahwa pernikahan yang benar adalah secara Agama, supaya lebih memberi kekuatan motivasi pada sebuah bangunan perkawinan .
Atau, lupakan saja masalah ,pernikahan ,dan lalu ambil jalan "kumpul kebo" , sex bebas. Mungkin itu lebih sedikit terhormat, dari pada menyepelekan sebuah sumpah dan komitmen perkawinan, yang jelas-jelas bentuk penghianatan diri sendiri di hadapan Tuhan Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang.
0 komentar:
Posting Komentar